Dendam Winarsih

Jelmaan Joko



Jelmaan Joko

0"Kamu tidak salahkan Paijo?" tanya Dino kepada Paijo yang membawa mobil.     

"Kalau aku tidak salah, ya benar, itu lihat di sebelah bukannya itu rumah yang kita datangi tadi." Paijo menunjukkan ke arah sebelah mereka rumah yang tadi mereka datangi dan sekarang berubah menyeramkan.     

"Ayo kita kabur, itu pasti jelmaan Joko, dia pasti ingin membuat kita jadi tumbalnya dan ini pasti karena jasad yang di ambil dukun itu, bagaimana ini mang, ayo Dino, Paijo kita kabur saja dari sini cepat!" teriak Ian yang ketakutan karena kembali lagi ke rumah yang makin menyeramkan dimata mereka,     

Paijo mencoba menstater tapi alhasil tidak bisa juga dan itu membuat dia makin gelisah karena mobilnya malah mengeluarkan asap. Hari sudah menjelang senja. Mereka terjebak di desa yang menyeramkan, dan tidak ada satupun mobil yang lewat.     

"Sepertinya, akan ada pertarungan antara Narsih dan Joko nanti malam, kita tidak akan bisa mengelak lagi, kita tidak bisa kemana-mana lagi, kita sudah terjebak di sini, jadi, kita menunggu bantuan saja, entah dari siapa, desa mati ini," ucap Paijo yang pasrah karena dia tidak bisa berbuat apa mobil tidak mau bergerak sama sekali, padam dan berasap bagian mesin depannya.     

"Dino, kamu tidak periksa mobil ya? Kenapa mobil bisa berasap seperti ini? Bukannya kita itu selalu cek semuanya sebelum pergi?" tanya Ian kepada Dino.     

"Aku sudah cek, mana mungkin jalan jauh nggak di cek, aman saja dan tidak ada masalah sama sekali," ucap Paijo kepada Ian.     

"Dia memperhatikan kita dari dalam dan ada dua sosok, aku rasa itu ibu mbak Nona yang mas Ian lihat," ucap Paimin yang sudah menahan keringatnya.     

Ian merapatkan ke Dino, dia takut kalau Dino pergi dari dia dan meninggalkan dia, Dino menghela nafas panjang karena Ian menempel tanpa memberikan dia pergerakan sedikitpun.     

"Ian, jangan seperti ini kenapa, aku nggak bisa bergerak sama sekali dan tidak bernapas, jauh sedikit kenapa, bisa nggak, aku sesak loh Ian duh ya Allah, kamu ini," cicit Dino yang kesal karena kelakuan Ian yang super duper menyebalkan.     

"Aku takut Dino, kamu tahukan kalau aku takut, jadi tolong jangan usir aku ya, aku takut sekali," ucap Ian dengan wajah memelas.     

Mang Dadang kelihatan celingak celinguk karena ingin melihat rumah yang kembali suram dan mengerikan sekali. Paimin terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, Ian dan Dino terkejut karena melihat Paimin terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.     

"Eh, dia batuk dan mengeluarkan darah, Paimin kamu kenapa?" tanya Ian yang panik.     

Toni yang melihat ke arah Paimin dan mengusap wajah Paimin yang terlihat sangat pucat, Dino tidak bisa apa-apa, mang Dadang mulai diam dan membacakan doa dengan kusyuk dan tentu membuat dia di ganggu, tapi mang Dadang tetap fokus dan tidak memikirkan apapun, dia tidak terkecoh sama sekali dan dia tidak mau terhasut oleh bisikkan yang membuat dia makin kuat membaca ayat suci di dalam hati.     

Dino yang melihat mang Dadang terdiam dan mulai ikut tenang, dia membaca doa dalam hati dan membuat dia makin tenang, Ian yang gemetar seketika menoleh ke arah Dino dan mang Dadang yang tenang ikut tenang dan ikut membaca doa yang di hafal.     

"Bismilah, ayo nyala, ayo cepat!" Paijo yang berusaha gelisah karena mobil tidak juga nyala, dia percaya mobil ini tidak bermasalah, mungkin karena gangguan makhluk goib jadi membuat mobil bermasalah.     

Brummm!     

Paijo senang karena mobil sudah bisa nyala dan langsung injak gas dan mobil bergerak dengan kencang, mang Dadang masih fokus begitu juga dengan Ian dan Dino yang masih tenang dan tentu saja tidak terkecoh suara teriakkan kencang dari sosok yang membuat dia tetap tidak peduli sama sekali.     

Paijo terus melaju dan akhirnya keluar dari desa itu, dia tenang karena bisa keluar dari desa itu. "mang Dadang, kita keluar juga, aku rasa kita tidak akan bebas mang, kita sudah keluar mang, alhamdulillah, kita aman mang," ucap Paijo yang senang karena sudah keluar dari desa itu.     

Mang Dadang yang membuka matanya melihat jalan raya hanya bisa mengucap kata syukur dan dia mengusap wajahnya dengan tenang. Ian dan Dino juga mengucapkan hal yang sama, dia mengucapkan syukur juga.     

"Kita bawa ke rumah sakit, Toni, bagaimana dengan dia, aman kan?" tanya Dino kepada Toni.     

Dino melihat ke belakang, Paimin terlihat aman dan tenang, dia sempat mengacungkan jempol ke arah Dino dan Ian. Ian mengangkat tangannya dan melakukan tos ke Paimin dan di sambut oleh Paimin.     

Paijo senang karena mereka selamat, mobil langsung masuk ke rumah sakit yang dekat dengan kawasan ini. Mobil di parkirkan dan keluar dari mobil. Perlahan mereka keluar dengan membawa Paimin keluar dan langsung ke IGD.     

"Suster tolong teman saya, dia muntah darah, tolong ya," ucap Paijo kepada suster yang menghampiri mereka.     

"Tunggu di sini dulu, kami akan segera menangani teman anda, jangan khawatir ya," ucap suster yang mendorong kursi roda ke hadapan mereka, Paimin duduk di kursi dan di dorong ke dalam IGD.     

Mang Dadang duduk di kursi tunggu, mereka sedikit lega karena malam pun sudah terlihat. Rumah sakit sedikit sepi mungkin masuk magrib.     

"Nanti kita solat di mana ya, apa nanti saja? Karena kalau kita tinggalin dia takutnya dia ke cariin, kita tunggu saja ya," ucap mang Dadang mengusulkan solat menunggu Paimin selesai di periksa.     

"Iya, boleh mang, kita tunggu saja, kita tidak mungkin tinggalkan dia sendiri di sini dan kita harus bisa sabar dan semoga Paimin tidak apa-apa. Tapi, aku aneh lihat dia, kenapa bisa dia seperti itu ya?" tanya Dino kepada mang Dadang.     

"Entahlah, kita tanya dia saja nanti, kalau bisa kita harus tanyanya perlahan saja, karena bisa saja, dukun dia itu yang melakukannya dan dia jadi seperti itu," ucap mang Dadang.     

"Iya, aku rasa seperti itu, aku rasa memang kita tunggu dia saja dulu bicara, kalau bisa, tapi kalau dia tidak mau bicara ya sudah tidak apa, kita diam saja lah, mungkin dia segan dengan kita," jawab Paijo lagi.     

Akhirnya semua menunggu apa kata dokter tentang sakit yang di derita Paimin. Karena dia muntah darah dan keringat dingin serta batuk-batuk. Narsih berdiri di depan mereka secara tiba-tiba, Ian yang melihatnya terkejut hingga mengumpat dengan kencang.     

"Mbak manis, kenapa kagetin aku hmmm?" tanya Ian yang mengusap dadanya yang berdetak kencang. Ian kesal karena Narsih muncul begitu saja di depan dia, sedangkan dia sedang melamun.     

Yuk singgah di Kutukan Nyai Darsimah ya, simpan di rak kalian dunk, aku tunggu ee salam dari aku Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.