Dendam Winarsih

Pergi Kamu



Pergi Kamu

0Kedua sosok gaib itu langsung beradu tatapan mata, keduanya tidak ada yang mau mengalah sama sekali, mereka tidak ada yang mau mengalah sama sekali.     

"Pergi kamu, kembali ke tuanmu, aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti mereka semua, pergi sebelum aku melakukan hal yang sama lagi," ucap Narsih yang tidak pernah main-main dalam hal apapun.     

"Aku tidak akan pergi sebelum membawa dia ke tuanku, pergi kamu, jangan menganggu aku, aku tidak akan membiarkan kamu ikut campur, pergi sana jangan menganggu aku," ucap sosok gaib itu dengan suara datar dan tatapan mata yang mengerikan.     

"Aku tidak akan pergi sama sekali, aku akan pergi jika kamu pergi, katakan pada tuanmu, jangan bermimpi untuk mendekati dia," jawab Narsih.     

Sosok gaib yang tidak terima dengan apa yang dikatakan Narsih mulai menunjukkan amarahnya, sosok itu mendekati Narsih dan langsung mencekik Narsih dengan tangannya yang terulur ke arah Narsih. Narsih yang dicekik tidak perduli, dia mengayunkan goloknya dan tentu saja tangan sosok gaib itu dia tebas hingga putus dan menempel di leher Narsih.     

Sosok itu masih menempelkan tangannya, dan masih berusaha mencekik leher Narsih dengan erat. Ian menarik Dino agar menjauh dari kedua mahluk gaib itu.     

"Sepertinya kita harus bawa Paimin pulang, tidak baik kita buat keributan di sini, karena kita tidak mungkin melihat sosok gaib berganti terus. Kita beruntung rumah sakit ini tidak ramai, jika ramai mungkin mereka sudah mengusir kita, karena perkelahian dua sosok ini," ucap mang Dadang kepada Dino.     

Mang Dadang di tarik Paijo ikut menjauh dan mereka semua bersembunyi di sudut pintu, mereka sudah tidak punya tempat lagi untuk bersembunyi.     

"Tapi, dokter bilang besok, kita kan harus periksa dia lagi, takutnya ada luka dalam atau apapun, kita mencegah hal yang tidak ingin kita lakukan, perjalanan kita ke kota sangat jauh, dan tentu saja kita harus bisa menunggu, kalau untuk rawat jalan bisa dilakukan di kota, kalau sekarang biar kita tunggu kata dokter, kalau kita main kabur aja bahaya mang," ucap Dino yang sudah bersandar di dindingbersama dengan Ian.     

"Iya benar, kita harus bisa membuat Paimin dapat izin dari dokter mang, kalau kita bawa dia bisa bahaya dia, masih jauh lagi kah kita pulang ke kota?" tanya Ian kepada mang Dadang dan Dino.     

"Lumayan jauh juga, makanya kita harus bersabar dan jangan gegabah, sekarang kita lihat apa yang terjadi, tidak ada yang mengalah, aku harap mbak Narsih bisa bawa dia pergi dari sini," ucap Dino yang melihat Narsih masih bertarung dengan sosok itu.     

Narsih yang kesulitan menarik tangan sosok itu, dia menarik dengan kuat dan tentu membuat sosok yang tangannya masih di leher Narsih tertawa dan mendekati Narsih, tangannya di arahkan ke Narsih, dengan cepat tangannya menyatu kembali.     

Narsih menarik sosok itu ke arah dinding dan keduanya menembua dinding dan langsung menghilang dari hadapan Dino dan yang lainnya. Mereka semua menghela nafas panjang dan menatap ke arah sosok gaib yang hanya kepalanya saja yang tinggal.     

"Itu kenapa dia bisa di sana? Apa Narsih tidak bisa membawa dia sekalian kah?" tanya Ian yang menunjukkan ke arah sosok yang kepalanya di letakkan di lantai kamar inap Paimin.     

"Mas buang sana, takutnya dia akan memangsa kita, walaupun hanya kepala dia bisa terbang dan menyerang kita." Toni bersembunyi di belakang Paijo, dia takut kalau sewaktu-waktu sosok itu terbang dan menyerang kita.     

"Ka-kamu tahu dari mana?" tanya Ian dengan suara terbata-bata.     

"Sepertinya saya tahu dari cerita nenek saya dulu, nenek saya katakan kalau sosok gaib hanya kepalanya saja yang kelihatan dia punya kekuatan lain," ucap Toni berbisik di telinga Ian.     

Dino dan mang Dadang melihat ke arah sosok yang hanya kepalanya saja. Mereka melihat kepala sosok itu bergerak dan memandang ke arah mereka. Ian makin merapatkan diri mereka dan tentu itu membuat mereka mulai ketakutan, terlebih wajah sosok itu menakutkan sekali.     

"Dia melihat kita mang, apa yang harus kita lakukan, apa kita tutup pakai kain saja wajahnya agar dia tidak melihat kita, lihat itu tatapan dia menakutkan sekali," ucap Paijo yang bergidik ngeri melihat sosok itu memandang dia.     

"Sepertinya iya, kita harus tutup pakai kain yang ada di sini, lihat dia sepertinya tersenyum pada kita," ucap Ian yang menutup mata karena sosok di depannya melihat dirinya.     

Mang Dadang yang melihat sosok itu memandang ke arah mereka mulai beringsut untuk mencari sesuatu yang bisa menutup wajah menyeramkan dari sosok gaib itu.     

"Sepertinya kita harus benar-benar membawa Paimin, guru dukun dia sedang mengincar dia lagi, bisa saja dia mau di bawa jahat lagi," ucap Ian yang melihat dari mata sebelah kepala sosok itu.     

"Kalau bisa jangan lah, kasihan dia, yang ada kita tidak mungkin bisa membantu dia untuk ke jalan yang benar, kita juga harus bisa membuat dia tidak tersentuh ilmu gaib lagi," ucap Dino kepada Ian.     

Ian menganggukkan kepalanya dan melihat ke arah kepala gaib itu mengikuti mang Dadang. Mang Dadang yang beringsut menelan salivanya dan tentu membuat dia menelan salivanya.     

"Lihat, dia melihat mang Dadang, dan dia mulai bergerak, kita harus menahan dia," ucap Dino yang bergerak perlahan untuk menahan kepala gaib itu mendekati mang Dadang.     

Dino yang bergerak perlahan mengambil kain di dekat lemari kecil dan membuka lemari itu perlahan agar tidak terdengar sosok yang mengikuti mang Dadang. Mang Dadang yang melirik Dino mengambil kain di dalam lemari sedikit tenang, karena sosok itu semakin mendekati dia, walaupun hanya kepala, tetap bisa bergerak.     

Huppp!     

Dino yang berhasil mengambil kain, segera menutup kepala sosok itu dengan kain tersebut. Sosok yang kepalanya di tutup Dino memberontak dan berusaha melepaskan diri. Melihat Dino yang kesulitan menahan gerakkan sosok kepala itu mang Dadang dan yang lainnya, mulai membantu dia dan berusaha untuk menahan kepala sosok itu.     

"Tahan cepat, jangan sampai kalian melepaskan dia, cepat pegang yang erat." mang Dadang meminta yang lainnya menahan kepala yang bergerak dengan sangat cepat dan mengerang.     

"Aaaaa, lepaskan aku! Aku akan menghabisi kalian semua!" sosok itu berteriak dengan kencang dan membuat Dino dan yang lainnya kesulitan untuk menahannnha.     

Ceklekkk!     

Pintu kamar inap terbuka, terlihat jelas wajah suster yang menatap ke arah Dino dan yang lainnya, suster itu menyerngitkan keningnya ke arah mereka semua. Suster itu berjalan mendekati mereka dengan membawa obat dan buku pasien.     

"Dia hantu juga kah?" tanya Ian kepada Paijo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.