Dendam Winarsih

Serem Ya



Serem Ya

0Suster yang masuk ke dalam ruangan inap terkejut dengan yang dilakukan keluarga pasien, dia masuk ke dalam ruangan itu untuk memeriksa kondisi pasien yang baru masuk malam ini. Mendengar pertanyaan dari keluarga pasien yang mengatakan dia hantu, membuat suster itu kesal dan mendekati Ian dan menghajar Ian dengan menarik telinga Ian hingga telinganya naik ke atas.     

"Wadohhhh, sakit sekali suster, ampuni aku, aku hanya bertanya saja, jangan buat aku menjadi kurcaci yang telinganya panjang!" pekik Ian dengan kencang.     

"Ian, pelankan suara kamu, jangan buat Paimin bangun, bahaya jika dia bangun," cicit Paijo yang masih menahan kepala sosok gaib di dalam kain.     

"Masih berani kamu bilang aku ini hantu hmm! Kamu tidak lihat apa, aku ini bukan hantu, aku ini manusia dan aku ini masih cantik dan belum menikah, kamu paham!" teriak suster itu dengan kencang sehingga Paimin yang tadinya tidur terbangun mendengar suara suster yang baru masuk itu.     

"Kenapa ini, kenapa kalian ada di sini? Dan kenapa aku bisa berada di sini juga, dan Ian kenapa itu?" tanya Paimin yang melihat semua orang terlihat heboh dengan kelakuan masing-masing.     

"Apa aku bilang kan, dia bangun, kalian ini berisik sekali, dan kamu ini suster serem ya kalau sudah marah, lihat pasien jadi bangun, kalau memang belum nikah ya, nikah sama dia saja, kalian cocok sekali, " ucap Paijo seenaknya saja.     

"Enggak!" teriak keduanya.     

Dino yang bergerak cepat membungkus kepala itu, walaupun sedikit memberontak dia tidak peduli, mang Dadang membantu dino membungkus kepala dengan kain dan mengikatnya. Dino yang kesal langsung membanting kepala itu dengan kencang dan tentu saja membuat kepala sosok gaib itu mengerang dan diam tidak bergerak sama sekali.     

"Eh, kalian apakan dia?" tanya Ian yang melihat kepala itu terdiam.     

"Apa kamu tidak lihat apa? Dia aku banting, dan aku kesal dia tidak mau diam, dan suster maafkan kami ya, kami tidak bisa menjaga kesopanan kami di sini," ucap Dino dengan wajah memelas.     

Mang Dadang juga tersenyum kecil, sambil mengikat kain rumah sakit yang di dalam ada kepala sosok gaib. Toni menatap suster itu dan tersenyum kecil. Ian yang kupingnya masih di tarik berusaha melepaskan kupingnya, tapi tetap tidak bisa juga.     

"Hei, lepaskan cepat, aku tidak suka kamu menarik telingaku, kamu pikir tidak sakit apa," cicit Ian yang masih kesal telinganya tidak bisa juga lepas dari tangan suster ini.     

"Kalian bungkus apa itu?" tanya suster itu.     

"Bukan apa-apa, kami pinjam kain ini ya, nanti kita kembali kan ya," ucap mang Dadang.     

Ceklekkk!     

Dokter masuk ke dalam ruangan dan melihat suster dan keluarga pasien, pasien terbangun. Dokter berjalan ke arah mereka dan menatap tajam suster yang dia perintahkan untuk mengecek pasien.     

"Apaan ini? Kenapa kalian seperti ini, kalian tidak bisa lihat apa pasiennya butuh ketenangan, kamu suster, habis ini ikut ke ruangan saya, kamu baru masuk dan di test sudah buat kekacauan. Seperti kamu tidak bisa bekerja secara profesional," ucap dokter dengan tegas.     

Suster yang mendengar apa yang dikatakan oleh dokter itu hanya diam dan tidak berkata apapun. Dia menundukkan kepala karena merasa bersalah. Ian yang mendengar apa yang dikatakan oleh dokter kesal dan kasihan dengan suster itu.     

"Dokter, ini salah kami tidak ada kaitannya dengan dia, dia sudah melarang kami, tapi tetap kami yang salah, tolong jangan marahin dia, dan kalau bisa jangan pecat dia." Ian membela suster itu dengan wajah memelas.     

"Maaf atas kesalahan kami dan tidak membuat kenyamanan, kami akan periksa pasien dulu ya, suster ayo kita periksa pasien," ucap dokter dengan wajah datar tapi tetap tersenyum ke keluarga pasien.     

Mang Dadang merasa bersalah karena suster ini di tegur oleh dokter. Suster yang mendengar perintah dokter langsung memeriksa Paimin. Paimin yang melihatnya tersenyum karena dia suster ini di tegur.     

Selesai melakukan pemeriksaan, suster dan dokter keluar, sebelum keluar, dokter memberitahukan kondisi Paimin.     

"Pasien tidak apa-apa, dia bisa pulang besok. Kalau begitu saya pamit dulu ya, selamat beristirahat," ucap dokter kepada mang Dadang dan yang lainnya.     

"Terima kasih banyak, maafkan kami karena kami sudah membuat kekacauan di sini," ucap mang Dadang yang dengan penuh penyesalan.     

"Iya, tidak apa, saya yang harus minta maaf, kalau begitu permisi ya," ucap dokter itu kepada mang Dadang dan yang lainnya.     

Dino yang melihat kepergian dokter dan suster hanya bisa menghela nafas panjang. Dino melihat ke arah Paimin yang kembali istirahat.     

"Kita tidur dulu, besok kita pulang dan untuk kepala ini kita taruh di sini saja, kalian pasti lelah kan, ayo kita tidur sekarang." Mang Dadang langsung memerintah kan Dino dan yang lainnya untuk tidur.     

Mang Dadang meletakkan kepala sosok gaib itu di sebelah dia. Semuanya tidur di bawah dengan alasan tikar, Ian masih teringat suster itu, dia tahu kalau suster itu pasti di pecat. Ian bangun dan berjalan keluar, dia ingin melihat kondisi suster itu, dia ingin tahu suster itu dipecat atau tidak.     

"Aku lihat dia saja, aku yakin karena masalah ini dia pasti di marahi oleh itu, dan aku yakin dia akan mendapatkan masalah." Ian keluar perlahan dari ruangan inap Paimin dan mencari ruangan demi ruangan.     

Sampai di ruangan yang ada di ujung ruangan tempat dokter tadi, Ian menghentikan langkah kakinya dan dia mencoba mendengar pembicaraan dokter dengan suster itu dan personalia     

"Kamu sudah membuat kita malu, kamu masih baru, etika kamu tidak baik, kamu harus dirumah kan, lagian kamu masih baru kan, jadi bisa cari kerja di luar, kami hanya bisa menyarankan suster cari rumah sakit yang lain saja, bukan tidak suka tapi kami ingin menjaga nama rumah sakit jika seperti ini terus maka kami akan mendapatkan nilai yang buruk." personalia mengatakan hal yang membuat suster itu sedih.     

"Apa tidak bisa di pertimbangkan lagi dokter dan pak personalia, saya hanya melarang mereka, agar tetap tenang tapi, mereka tetap tidak tenang, dan. membuat pasien terganggu. Saya saja terkejut mereka melakukan hal yang aneh," ucap suster itu dengan suara lirih.     

Suster itu tertunduk, dia sedih karena harus di pecat, personalia dan dokter tadi tidak bisa berkata apapun, dia hanya menatap sendu nasibnya yang tidak bisa bekerja di rumah sakit ini.     

"Maafkan saya, besok kamu tidak perlu ke sini lagi, saya akan buatkan surat rekomendasi untuk kamu ya," jawab personalia kepada suster itu.     

"Pak, saya sebatang kara, saya juga tidak punya rumah, saya saja di sini tinggal di asrama rumah sakit, kalau saya di pecat saya mau tinggal di mana?" tanya suster itu dengan wajah memelas.     

Ian yang mendengar apa yang di katakan oleh suster itu sedih, karena mereka suster itu di pecat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.