Dendam Winarsih

Menikah Lah Dengan Ku



Menikah Lah Dengan Ku

0Suster yang bernama Marni itu tertunduk lemas, dia akhirnya dipecat, padahal dia baru kerja hari ini dan sekarang dia harus dipecat. Marni juga merasa bersalah karena dia memarahi keluarga pasien harusnya dia tidak memarahi keluarga pasien, harusnya dia bertanya baik-baik.     

Marni keluar dari ruangan dokter dengan wajah memelas, Ian yang melihat suster keluar dari ruangan dokter langsung melihat wajah Ian yang menatap wajahnya.     

"Ada apa ya? Mau ketemu dengan dokter ya?" tanya Marni dengan senyum kecil.     

"Menikah lah dengan ku," ucap Ian dengan tegas dan lugas.     

Marni terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Ian. Ian menarik tangan Marni, dia ingin membawa Marni ke dalam kamar inap Paimin. Dia ingin memberi tahu kan ke Dino dan yang lainnya dengan niatnya. Marni terlihat cantik, putih dan berisi, dia ingin memiliki Marni bukan karena dia cantik tapi hatinya tersentuh karena perkataan suster ini.     

Cekkklekkk!     

ian membuka pintu kamar Paimin, dia menatap ke arah Dino dan sahabatnya yang lain dia juga melihat ke arah mang Dadang. Ian yang ingin membangunkan mereka semua mengurungkan niatnya, karena suster menarik ujung baju Ian, Ian yang ujung bajunya di tarik dan memandang ke arah suster yang geleng kepala.     

"Biarkan saja, mereka tidur, maaf aku harus pergi sekarang, aku tidak mau menganggu kamu, aku permisi, aku pergi sekarang ya," ucap suster Marni yang berbalik dan meninggalkan Ian.     

Ian menarik tangan suster Marni dan membawa suster Marni keluar, suster Marni hanya mengikuti kemana pria ini membawanya.     

"Nama aku Ian, kamu namanya siapa?" tanya Ian dengan suara darat.     

"Saya Marni." Marni mengatakan namanya dengan pelan.     

"Kamu yatim piatu ya? Kenapa orang tua kamu meninggal?" tanya Ian lagi.     

Sambil jalan, Ian bertanya kepada Marni, dia ingin bertanya lebih detail dengan Marni, dia tidak mau salah pilih, walaupun sudah dia nyatakan menikahi Marni tetap dia tidak ingin Marni hanya memanipulasi datanya. Keduanya sampai di taman rumah sakit, malam-malam Ian duduk di taman bersama dengan Marni.     

"Cerita kan padaku siapa dirimu sebenarnya, selain namamu Marni dan anak yatim piatu. Aku mau istriku tidak berbohong, katakan saja cepat jangan membohongi aku." Ian duduk dan menghadap ke arah suster Marni.     

Suster Marni menjadi salah tingkah, baru kali ini dia di tanya seperti ini dan dilamar secara langsung tanpa pacaran. Mirna menarik nafas dan menghembuskan nafasnya.     

"Aku tidak punya keluarga, keluargaku meninggal karena kecelakaan, dari kecil aku tinggal di panti asuhan di dekat sini, keluargaku tidak ada satupun, yang menjengukku, aku tidak tahu kemana mereka, makanya aku katakan aku sebatang kara, sanak saudara tidak ada, aku sekolah karena beasiswa dari sekolah sampai kuliah, dan aku baru lulus keperawatan dan baru masuk ke sini dan hari ini juga aku di pecat. Aku harus berkemas karena aku tidak mungkin tinggal di asrama rumah sakit, aku sudah tidak bekerja lagi, jadi aku akan cari pekerjaan lain," ucap Mirna kepada Ian dengan suara sendu dan lirih.     

"Kamu tidak mau menikah denganku?Jika tidak mau, aku akan tetap mau menikah denganmu, besok kita jumpai penghulu, kamu tahu di mana penghulu atau ustad yang bisa nikahi kita, kamu harus pakai wali hakim saja, karena orang tua kamu sudah meninggal, jadi kita pakai wali hakim saja, dan setelah kembali ke kota kita akan urus surat legal di kota ya, jangan takut kamu, aku orang baik dan tidak akan main-main, aku serius kepadamu," ucap Ian dengan wajah serius.     

Ian yang awalnya hanya kasihan kepada Marni lama-lama memantapkan hatinya, tidak salah dia menikah dengan Marni dia juga butuh pendamping. Marni diam tidak berkata apapun, dia hanya menatap Ian dengan lekat dan mencari kebohongan di mata Ian, tertanya dia tidak seperti pria lainnya yang berbohong.     

Marni diam dan duduk bersama dengan Marni sampai menjelang pagi, setelah itu, dia langsung pergi bersama Marni untuk bertemu ustad yang Marni kenal. Keduanya meminjam sepeda motor satpam yang mengenal Marni, Marni juga meminta tolong ke pak satpam untuk menjadi saksinya, Ian juga menjelaskan ke pak satpam, dan pak satpam yang kenal dengan Marni langsung mengiyakan.     

"Pak, masih jauh tidak rumah pak ustadnya?" tanya Ian kepada pak satpam.     

Pak satpam bersama temannya yang satunya, dia kebetulan sudah selesai bekerja dan bergantian dengan temannya.     

"Tidak jauh mas, tinggal belok saja, dan sampai ke rumahnya." pak satpam menjelaskan kepada Ian.     

Sepeda motor melaju membelah jalan menuju rumah pak ustad. Motor belok ke arah jalan menuju rumah pak ustad, dan sampai di rumah pak ustad semuanya turun dan bertemu dengan pak ustad.     

Ian turun dari motor dan menggengam tangan Mirna. Keduanya masuk bersama pak satpam, pak satpam yang mengenal dengan pak ustad memperkenalkan tamu yang ingin menikah secara agama terlebih dahulu. Pak ustad menjelaskan semuanya dan setelah syarat terpenuhi, Ian langsung mengucapkan ijab kabul dengan lancar, pak ustad yang menjadi wali nikah Mirna.     

Ian yang mendengar kata sah langsung tersenyum, dia harus menjadi suami dan tentu dia memiliki tanggung jawab terhadap istrinya, Mirna tidak meminta mahar yang tidak berlebihan, dia meminta mahar yang sesuai dengan tanggal pernikahan mereka. Selesai ijab kabul mereka pulang ke rumah sakit.     

"Kamu nanti bereskan pakaian ya, kita ketemu dengan temanku, kamu ikut ke kota," ucap Ian dengan Mirna.     

"Iya," jawab Mirna kepada Ian dengan lembut,     

Motor melaju ke rumah saki, sebelum ke rumah sakit, Ian ke tempat tinggal Mirna. Ian memarkirkan motor, lalu keduanya turun dari motor dan berjalan ke tempat Mirna tinggal. Mirna masuk ke dalam kamarnya dan mengemas tas, setelah selesai Ian membawa tas Mirna dan keduanya berjalan ke motor, jarak tempat tinggal tidak terlalu jauh dari rumah sakit.     

"Kita ke rumah sakit ya, kamu siap kan bertemu dengan sahabatku dan si mamang." Ian menanyakan siap atau tidak dia bertemu dengan sahabatnya.     

"Siap, apa mereka akan menerimaku?" tanya Mirna.     

"Pasti terima kok, kita juga ada surat tertulis ada tanda tangan, sisanya kita urus lagi di kota. Kita akan catatkan di catatan sipil jadi kamu akan jadi istri sah menurut agama," ucap Ian dengan tegas.     

Motor sampai di rumah sakit, Ian memarkirkan motor di depan pos satpam, pak satpam yang meminjamkan motornya tersenyum, dia mendoakan keduanya bahagia, Ian yang ingin memberikan uang ditolak oleh pak satpam, karena dia ikhlas. Ian senang, masih ada yang baik kepada dirinya. Ian mengajak Mirna masuk, semua orang melihat Mirna dengan tatapan tajam, rumor dia di pecat terdengar dan dia sekarang bersama pria.     

Ian yang tahu istrinya di katai oleh suster di sini hanya berdehem ke arah suster yang menggunjing istrinya. Dino dan yang lainnya heran, Ian tidak ada. Mereka yang ingin bersiap pulang harus mencari Ian.     

"Dia tidak ada, aku sudah cari dia, apa dia diculik ya?" tanya Paijo yang masuk bersama Toni, keduanya mencari Ian tapi tidak bertemu.     

"Kalian mencariku?" tanya Ian tiba-tiba masuk dan masuk bersama dengan suster yang semalam menarik kupingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.