Dendam Winarsih

Bukan Nona?



Bukan Nona?

0Narsih yang melihat Dino senang sedikit sedih karena Dino tidak tahu kalau Nona sudah di rasuki oleh sosok ibunya Nona, dan dari kejauhan ada sosok suaminya.     

"Aku akan usahakan untuk datang ke sana, aku tidak sabar untuk berjumpa dengan di, aku ingin bertemu dengan dia, besok aku akan jumpai dia." Dino bergegas masuk ke dalam untuk membersihkan diri.     

Narsih melihat Dino yang gembira merasakan kepedihan dan dia tidak tega mengatakannya. Paijo yang melihat Narsih berbeda berdehem.     

"Ada yang kamu sembunyikan?" tanya Paijo kepada Narsih.     

Narsih diam dia tidak berkata apapun, dia tidak tega mengatakan ke mereka semuanya. Mang Dadang yang tahu ada yang di sembunyikan oleh Narsih berusaha membuat dia Narsih mengatakannya.     

"Katakan saja, jangan buat kamu menyembunyikan apa yang terjadi. Dan kemana kamu semalam? Bagaimana dengan dukun itu?" tanya mang Dadang kepada Narsih.     

"Dia bukan Nona, dia ibunya yang masuk ke dalam tubuhnya Nona, dan semalam aku yang selesai menghabisi sosok itu, ke tempat Nona dan aku melihat dia sadar, tapi bukan dia. Di ruang inap juga ada suamiku, dia berdiri di dekat Nona, tidak ada yang tahu, aku melihat dari kejauhan.     

Mang Dadang dan yang lainnya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Narsih, mereka tidak menyangka kalau Nona sadar tapi bukan dirinya, melainkan sosok itu. Paijo melihat ke arah Mang Dadang, dia bingung kenapa bisa seperti ini.     

"Bram juga tidak tahu? Jadi, bagaimana dengan dendam kamu Narsih?" tanya mang Dadang kepada Narsih.     

"Aku akan tetap membalasnya," jawab Narsih dengan suara datar.     

"Mereka punya anak kecil bukan? Kalau kamu bunuh, mereka yatim piatu, apa kamu sudah siap menghadapi mereka?" tanya Paijo kepada Narsih.     

Narsih langsung pergi, dia tidak menjawab apapun, dia meninggal kan rumah Dino dan tanpa mereka duga Dino berdiri di belakang Narsih, mang Dadang terkejut Dino di sana. Dino bersembunyi di belakang pintu, dia mendengar apa yang dikatakan oleh Narsih, air mata Dino mengalir, dia tidak pernah sedih mengetahui semua kebenarannya.     

"Dino, kamu harus tenang, kita akan katakan pada mang Jupri, dia harus tahu itu. Dan Paijo, aku sudah katakan untuk urusan dendam biar Narsih yang lakukan, jika dia mau bunuh atau tidak itu urusan dia, jangan kamu mengatakan akan hal itu." mang Dadang sedikit kesal dengan Paijo karena dia masih membahas apa yang sudah dibahas di rumah sakit tempo hari dan dia juga menjelaskan ke Dino untuk tenang.     

"Aku hanya tidak mau dia salah, mereka punya keluarga dan anak merkeaasih kecil, dan ibu mereka juga meninggal, apa kita tidak kasihan mang?" tanya Paijo yang bersikeras mengatakan itu.     

"Ok, kita kasihan, tapi waktu mereka melakukan itu apa mereka sudah mikir bagaimana abah dan emak Narsih melihat anaknya meninggal dengan cara yang tragis. Apa tidak dipikirkan dulu, harusnya tidak seperti itu kan!" seru mang Dadang.     

"Baiklah, kita tidak perlu bahas itu. Besok kita pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan Nona? Apa ada yang mau ikut tidak?" tanya Paijo kepada yang lain.     

"Ada apa ini? Kenapa kalian di sini? Apa kalian tidak mau tidur eh salah makan? Ini sudah malam, kalian tidak lapar?" tanya Ian yang baru pulang dari rumah Pak RT.     

"Iya, ini kami mau bersih-bersih dulu. Kalian masuk saja," jawab mang Dadang kepada Ian.     

"Toni ada apa? Kenapa wajah kalian beda? Apa ada sesuati?" tanya Ian kepada Toni.     

Toni melirik ke arah istri Ian dan Ian yang tahu hanya diam dan dia tahu artinya. Mirna masih tetap diam dan tidak tahu apapun yang terjadi.     

"Ya sudah, kami masuk dulu, terima kasih, sini tasnya, aku harap kamu tidak minta imbalan," cicit Ian yang tersenyum ke arah Toni.     

Toni yang mendengar apa yang dikatakan oleh Ian hanya mendengus, dia malas melayani Ian yang kan berujung dirinya saling ejek satu sama lain. Ian masuk ke kamar tamu, beruntung rumah Dino kamarnya lumayan lebih dari satu, jadi dia bisa punya kamar untuk istrinya.     

****     

"Bram, Nona kenapa dari sadar tidak juga menunjukkan perubahan, maksudnya kenapa dia hanya diam saja, di tanya juga tidak jawab, paman rasa dia sedikit beda dan ini bukan Nona yang paman kenal, apa dia benar Nona kah? Paman merasa kalau dia bukan Nona," ucap mang Jupri kepada Bram.     

"Pak, jangan katakan seperti itu, itu Nona kita, mungkin dia tidak mau bicara dulu, dia trauma dengan kita kali, karena kita yang buat dia seperti ini," jawab bibi Sumi kepada suaminya.     

Mang Jupri yang mendengar penjelasan istrinya kesal karena istrinya tidak peka akan hal gaib itu. "aku tahu itu dari sorot matanya yang kosong dan kamar ruang inap dia juga serem, maksudnya ada yang memperhatikan kita kalau kita berada di ruangan itu," ucap mang Jupri lagi.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh mang Jupri diam, dia mencerna apa yang dikatakan mang Jupri. Bram sudah merasakan kalau masuk ke kamar inap Nona perubahan itu terasa, dia juga seperti ada yang melihatnya dan Nona tidak mau berbicara dengannya. Dia paham kalau Nona marah, tapi tidak seperti ini sikapnya.     

"Saya juga merasakan itu, dia bukan Nona, aku yakin itu," jawab Bram lagi.     

"Kalau bukan dia siapa lagi Bram?" tanya bibi Sumi kepada Bram.     

"Dia kerasukkan Narsih, dia ingin membunuhku, jadi dia seperti itu," jawab Bram kepada keduanya.     

Mang Jupri dan bibi Sumi yang tahu diam, keduanya saling pandang dan memberikan kode untuk tidak memberitahu ke Bram kalau mereka tahu semuanya.     

"Maksudnya apa?" tanya mang Jupri kepada Bram dengan wajah pura-pura tidak tahu.     

Bram terdiam, bingung mau jelaskan apa, Bram yang tidak tahu kedua orang tua ini sudah mengetahuinya, dia berpikir kalau keduanya tidak tahu. Bram jadi salah tingkah dan tentu membuat dia tidak bisa berkata apapun.     

"Maksudnya apa Bram?" tanya bibi Sumi kepada Bram.     

Bram yang mendengar dua pertanyaan dari keduanya mulai bingung jawab apa, Nona kerasukan apa mereka percaya pikir Bram kepada dirinya sendiri. Mang Jupri dan bibi Sumi saling pandang, mereka tahu kalau Bram mulai bingung menjelaskan apa yang terjadi, Bram berdehem dan tidak menjelaskannya, dia bangun dan pergi meninggalkan mang Jupri dan bibi Sumi.     

"Pak, apa benar Narsih masuk ke dalam tubuh Nona? Kalau menurut ibu tidak mungkin, pasti ada yang di sembunyikan, coba kasih tahu si Dadang, siapa tahu mereka tahu," ucap bibi Sumi kepada suaminya dengan suara sedikit pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.