Dendam Winarsih

Jangan Sakiti Papaku



Jangan Sakiti Papaku

0Narsih yang lagi-lagi di tanya apakah dia akan membunuh tentu jawabnya tidak tahu, bukan berarti tidak mau membunuh mereka, dia ingin sekali tapi apakah dia bisa mendekati mereka yang memakai jimat itu? Tentu jawabnya tidak, karena dia tidak bisa mendekati apa lagi membunuh jimat itu.     

Narsih sekarang berada di rumah Demi, dia ingin melihat Deki, apakah ada kesempatan dia untuk membunuh Deki atau tidak. Narsih berdiri di jendela kamar anaknya Deki, saat ini Deki sedang berada di kamar anaknya, Deki yang mengurus anaknya dikarenakan istrinya meninggal.     

"Papa, aku tadi lihat ada orang di luar jendela, apa dia tamu?" tanya Nana anak Deki yang kecil.     

Deki hanya melihat sekilas dari tempat tidur ke arah jendela kamar anaknya tidak melihat sama sekali, malah dia tidak ada siapapun di sana. Deki yang penasaran langsung bangun dia mendekati jendela dan menyibak kain gorden.     

"Apa yang anakku lihat hal seperti itu ya, padahal tidak ada orang di sini ? Apa yang dia lihat itu hantu atau apa ya? Atau bisa saja itu Narsih!" Deki bergumam dalam hati menerka siapa yang di lihat oleh anaknya.     

Deki berbalik dan melihat ke arah anaknya, dia akan menenangkan anaknya yang saat ini pasti bingung kenapa ada orang di luar jendela.     

"Sayang, tidak ada siapapun di situ, lihat itu sepi, mungkin itu karena kamu ngantuk, sekarang tidur lah, jangan kamu pikirkan yang nggak-nggak ya," ucap Deki pada anaknya.     

Nana menganggukkan kepalanya, dia tidur berbaring dengan di dampingi oleh Deki, anak Deki yang tertua tidur dk kamarnya sendiri, dia yang tidur menemani dirinya. Deki sekilas melihat bayangan putih yang ada di luar jendela dan tentu saja terlihat jelas di sana.     

Deki berjalan perlahan untuk melihat apakah dia halusinasi atau ngantuk, Deki mendekati jendela dan menyibak kain gorden dan sretttt. Deki terkejut karena ada Narsih di luar dan dia membawa dua kepala dan goloknya tertancap di kepalanya.     

"Nar-Narsih, mau apa kamu di sini?" tanya Deki yang terbata-bata.     

"Menyerah lah, akui jika kamu bersalah, aku akan menunggu kamu mengakuinya, jika kamu tidak mau, maka nasib kamu seperti mereka, aku akan buat kamu membayar semua perbuatan kamu, aku tidak peduli kamu punya anak, aku hanya mau kamu mengakuinya ke polisi, aku menunggu kamu Deki, lihat dia, jika kamu tiada dia akan jadi yatim, jika kamu menyerah dan mengakuinya maka aku akan melepaskan kamu, pilih salah satunya, aku tidak akan memberikan kesempatan ke dua lagi pada kamu Deki, jadi pikirkan kembali," ucap Narsih pada Deki.     

Nana yang terbangun melihat sosok wanita yang berdiri di jendela sedang berbicara dengn Papanya. Nana bangun dan mendekati Deki, Deki yang tidak mengetahui Nana bangun masih terdiam memikirkan apa yang Narsih katakan, dia tidak mengaku, anaknya akan jadi yatim piatu, ada pun istrinya tetap dia akan jadi anak tanpa kasih sayang ayahnya.     

Narsih berbalik sambil memunggungi Deki, anak Deki Nana, mendekati Deki dan memegang tangan Deki. Deki yang terkejut langsung melihat ke arah tangan yang memegangnya. Tangan mungil dari Nana.     

"Sayang, kamu di sini, bukannya kamu sudah tidur kan? Ayo kita masuk, jangan di luar nanti kamu sakit, ayo cepat sayang," ucap Deki kepada Nana.     

Nana melepaskan tangannya dan mendekati Narsih, Nana berjalan perlahan dan menatap ke arah Narsih yang membelakangi keduanya.     

"Jangan sakiti Papaku, aku hanya punya papaku, mamaku sudah tidak ada, jadi jangan sakit dia ya, aku mohon, maafkan papaku." Nana menangis memohon kepada Narsih untuk tidak membunuh papanya.     

Narsih yang mendengar anak kecil memohon untuk tidak menyakiti papanya hanya diam, dia tidak bisa melihat anak kecil memohon padanya, karena dia tahu kalau saat ini dia tidak punya pilihan, jika Deki tidak mengakui, maka dia yang akan membuat Deki merasakan apa yang dia rasakan.     

Deki yang mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya sedih, karena dia memohon kepada Narsih untuk tidak membunuhnya. Narsih pergi begitu saja, dia tidak ingin mendengar apa yang anak Deki katakan.     

Ada rasa sakit di hati Deki melihat anaknya meminta Narsih untuk tidak membunuhnya. Demi dia anaknya menangis dan memohon, Deki memikirkan tawaran Narsih, dia ingin mempertimbangkan apa yang Narsih katakan.     

"Sayang, kamu jangan bicara seperti itu, siapa yang mau membunuh papa hmm? Tidak ada, kamu tahu sendiri kan, kalau papa itu baik-baik saja, jadi jangan kamu sedih ya nak!" seru Deki yang memeluk anaknya.     

Narsih yang berada di dalam kamar melihat keduanya berpeluk kan, Narsih sedikit sedih, ya, dia cukup berat untuk mengambil keputusan ini, dia hanya mau mereka mengakuinya, tidak lebih hanya itu yang dia inginkan walaupun dia ingin sekali membunuh mereka semua tapi tetap dia tidak ingin membuat anak-anak mereka menjadi yatim.     

****     

Mang Jupri pagi-pagi sudah bersiap, dia ingin segera ke rumah sahabatnya dan Dino, dia ingin menanyakan apakah yang Narsih katakan itu benar atau tidak.     

"Pak, mau kemana?" tanya bibi Sumi kepada mang Jupri yang tengah bersiap mau berangkat keluar.     

"Mau kerumah Dadang, mau tanyakan masalah ini. Kamu tidak apa kan pergi ke rumah sakit sendirian, ingat minta di temani, takutnya sosok yang di dalam tubuh Nona akan mengamuk dan kamu kenapa-napa, aku tidak mau itu terjadi, kamu harus hati-hati paham kamu bu!" seru mang Jupri pada istrinya.     

"Iya, kamu hati-hati di jalan jangan buat masalah jika kamu ada masalah telpon aku ya," jawab bibi Sumi kepada mang Jupri.     

Mang Jupri menganggukkan kepala, dia keluar rumah. Mang Jupri menyapa pengawal dan supir, mereka senang mang Jupri sudah kembali, karena mereka bisa bermain catur malam hari. Mang Jupri yang bergegas ke luar dan mencari ojek pangkalan.     

"Mana ini ojek, sudah tahu aku mau pergi, dia malah tidak ada, bagaimana ini ya, aku harus apa sekarang, duh aku rasa aku jalan kaki sampai di rumah mereka, bisa sampai malam aku," gumam mang Jupri yang jalan terbongkok-bongkon.     

Mang Jupri yang berjalan pelan, akhirnya ketemu juga dengan ojek pengkolan, Mang Jupri langsung naik dan memberi tahu kan alamat rumah Dino kepada tukang Ojek. Tidak berapa lama, motor si abang ojek sampai di rumah Dino, mang Jupri turun dan masuk kedalam rumah.     

"Lah, belum di buka kuncinya, apa-apan ini," ucap mang Jupri yang mengetuk pintu pagar rumah Dino.     

Mirna yang mendengar suara ketukkan pintu pagar membangunkan Ian, Ian yang tidur lelap karena habis malam pertama, tidak bisa membuka matanya.     

"Mas Ian, itu ada tamu, buka pintu sana, aku tidak tahu kuncinya ada di mana," jawab Mirna.     

Ian yang melihat Mirna yang baru bangun tidur dan belum memakai apapun membuka matanya dan tersenyum indah, dia bangun pertama melihat wanita cantik dan tanpa pakaian tentu membuat dia seperti mimpi.     

"Mimpi apa aku semalam melihat wanita secantik ini dan lihat tanpa busana lagi, mimpi itu kadang nyata dan benar-benar nyata," ucap Ian yang memegang Mirna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.