Dendam Winarsih

Awas Kamu Deki



Awas Kamu Deki

0Bram yang sudah keluar dari ruangan Deki geram, dia tidak tahu kalau Narsih mulai menghasutnya untuk menyerahkan dan mengaku ke polisi.     

"Dasar bodoh kamu Deki, apa kamu pikir dengan mengatakan itu, kamu akan selamat dari dia? Tidak, dia akan membunuh kamu, sial sekali, tidak di rumah sakit tidak di sini semuanya membuat aku kesal. Awas kamu Deki, aku akan membuat perhitungan dengan kamu, tunggu saja, jika kamu sampai ke kantor polisi aku akan bunuh kamu." Bram benar-benar geram karena dia tidak menyangka Deki mau mengakui kesalahan yang dia perbuat dan itu sudah cukup lama, kasusnya juga sudah di tutup, jika Deki mengaku, maka polisi akan membuka kembali kasus ini.     

Bram yang sudah di lobby langsung ke kantornya, dia tidak ke rumah sakit, dia benci ke rumah sakit, melihat sikap Nona yang berubah dingin padanya membuat dia muak, dia ingin tenangin dulu baru setelah itu dia akan ke rumah sakit lagi     

"Bram kenapa marah, apa dia tidak setuju jika dia mengaku, dan apa benar kata Bram kalau Narsih akan membunuh dia juga kalau dia mengakuinya?" tanya Deki dalam hati.     

Deki mulai bimbang, dia tidak mau jika dia mengaku Narsih membunuhnya. Tapi, dari apa yang dia dengar kalau Narsih tidak berbohong, apa dia melihat anakku dan dia kasihan jika anakku yatim piatu ya.     

Deki mulai merenung kembali, dia tidak mau salah ambil keputusan, dia akan memikirkan anaknya juga. Bram yang sudah tiba di kantornya langsung turun dan berjalan langsung ke ruangannya. Bram duduk di kursi kebesaran dan memikirkan langkah selanjutnya, dia akan meminta anak buahnya untuk membunuh Deki jika Deki ke rumah sakit. Seringai dari sudut bibir Bram muncul dan terlihat menakutkan.     

"Aku akan minta mereka langsung membunuh Deki jika Deki nekad ke sana, aku yakin dia akan ke sana." Bram menduga kalau Deki kekantor polisi.     

Bram tidak tahu jika kasus kematian istrinya Deki mengharuskan dia bolak balik ke sana. Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus kecelakaan istrinya Deki, dan dia juga minta kepada polisi untuk tidak mengatakan ke siapapun, dia ingin tahu siapa orangnya, dan apa motifnya membunuh istrinya, untuk itu dia merahasiakan semuanya termasuk dari temannya.     

Tut ... tut ...     

"Halo, bos ada apa?" tanya anak buah Bram yang sampai saat ini masih di markasnya dan masih mengawasi anak buah Diman yang membunuh istri Deki.     

"Ada kerjaan buat kamu, dan aku harap kalian harus hati-hati." Bram mengatakan ada tugas untuk anak buahnya.     

"Apa itu?" tanya anak buah Bram.     

Bram mengatakan apa yang akan dikerjakan oleh anak buahnya, anak buahnya tahu siapa target bosnya ini, dia salah satu satu sahabatnya tapi kenapa dia meminta itu. Anak buah Bram mendengarkan saja, tanpa dia protes sama sekali.     

"Ingat, kalian harus bermain cantik, jangan sampai dia tahu atau jejak apapun dan aku tidak mau kalian ketangkap, dan buat seolah kecelakaan paham?" tanya Bram kepada anak buahnya.     

"Baiklah, akan kami lakukan bos, bos jangan takut, saya akan lakukan dengan cantik, ini bayarannya tinggi bos," ucap anak buah Bram yang meminta lebih untuk tugasnya.     

"Jangan takut, aku akan kasih lebih, asal kalian bisa melakukan ini dengan rapi. Lakukan sekarang dan jangan buat aku yang menghabisi kalian karena kalian ketahuan." Bram menegaskan ke anak buahnya untuk melakukan tugasnya dengan baik.     

Bram yang sudah selesai memberikan tugas untuk anak buahnya langsung tersenyum, jika Narsih tidak membunuhnya, dia yang akan membunuh temannya, jika temannya mengaku, jika tidak maka dia akan lepaskan. Bram tidak mau nama baiknya hancur dan dia akan kehilangan segalanya termasuk Nona.     

"Aku akan cari tahu, kenapa Nona seperti itu, aku akan cari dukun yang lain, jika Narsih di dalam tubuh Nona, maka siap saja kamu Narsih sialan, aku akan buat kamu menyesal," gumam Bram dengan mengepalkan kedua tangannya dengan erat.     

Bram kembali menelpon anak buahnya yang tadi, dia lupa menanyakan soal dukun yang akan dia datangi, dia ingin ke rumah dukun untuk menanyakan kenapa Nona bisa bersikap seperti itu, dia seperti tidak mengenal Nona sama sekali.     

Tut ... tut ...     

"Halo bos, ada yang bisa saya bantu?" tanya anak buah Bram kepada bosnya.     

"Saya mau tanya apakah kamu ada kenalan dukun? Dukun yang sakti yang tidak banyak persyaratannya," ucap Bram kepada anak buahnya.     

"Sebenarnya ada bos, kalau bos mau kita bisa ke sana dan bos bisa tanya apa saja, syaratnya nggak banyak juga bos," jawab anak buah Bram kepada Bram.     

"Bisa kamu bawakan saya ke sana, sekarang juga bisa, saya ada perlu juga." Bram meminta anak buahnya untuk membawa dia ke rumah dukun itu.     

Anak buah Bram terdiam sesaat, karena dia tidak percaya kalau bosnya suka main dukun. Bram yang tidak mendapat jawaban dari anak buahnya berdehem. Anak buah Bram yang bernama Somad tersentak karena mendengar suara deheman bosnya.     

"Iya bisa bos, ayo kita ke sana, saya akan jemput bos ke sana ya," ucap Somad kepada Bram.     

Bram tidak mau menunggu lama, dia mau Nona segera kembali ke dia seperti semula, karena dia menginginkan Nona untuk menjadi istrinya, dia tidak mau Narsih membunuhnya, dia tidak mau karena baginya Nona kunci dia untuk bisa bebas dari kesalahan dia.     

Cukup lama Bram menunggu kedatangan Somad di kantornya. Sambil menunggu anak buahnya itu, Bram mengerjakan laporan pekerjaannya. Suara ketukan pintu terdengar cukup keras di telinga Bram, dia menoleh ke arah pintu, tanpa dia minta masuk sekretarisnya langsung masuk ke dalam dan mengantar kan anak buah Bram.     

"Maaf tuan, ada yang ingin bertemu," jawab sekretarisnya Bram.     

"Kamu boleh pergi, dan ini laporannya, nanti kirim ke email saja, saya akan cek dari email, dan saya akan pergi sebentar. Jika ada yang mau bertemu saya bilang saja, saya ada urusan, bisa kamu jadwal ulang lagi paham kan?" tanya Bram kepada anak buahnya.     

"Paham bos, saya akan atur ulang pertemuan kita dengan klien," jawab sekretarisnya Bram.     

Sekretarisnya Bram keluar dan tinggal Bram berdua dengan Somad. Bram ingin segera pergi ke rumah dukun itu. Bram bangun dan menyiapkan semuanya, dia memakai jas dan membawa tasnya, tidak lupa dia mengambil uang di brankas bawah mejanya.     

"Ayo kita pergi, dan ini bayaran kamu, saya ingatkan, awasi dia, dia sahabat saya tapi ingat jangan takut, jika dia ke kantor polisi segera lakukan tindakan yang sudah saya katakan. Sudah ayo kita pergi sekarang, saya mau ke rumah sakit dan mau tahu reaksi dari dukun itu setelah mengobati calon istrinya saya yang sedikit aneh itu." Bram keluar dari ruangannya dan pergi menuju rumah dukun itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.