Dendam Winarsih

Kerasukan Siapa?



Kerasukan Siapa?

0Bram berjalan ke arah lift bersama Somad, dia ingin segera bertemu dan dukun yang Somad katakan. Bram tidak sabar siapa yang merasukoli Nona, dia menduga kalau itu Narsih, dia ingin menghabisi Narsih jika terbukti dia yang merasuki Nona.     

"Bos, silahkan masuk," ucap Somad kepada bosnya Bram.     

Bram masuk ke dalam lift dan menekan tombol satu, tidak berapa lama, Bram dan Somad sampai di lantai satu dia langsung bergerak dan masuk ke mobil Somad, dia tidak mau pergi dengan supirnya, bisa bahaya jika supir ikut juga.     

"Apa tempatnya jauh?" tanya Bram kepada Somad.     

"Tidak juga, karena rumahnya dekat pinggir kota, dia sakti bos, jangan takut ya," ucap Somad kepada Bram.     

Bram hanya menganggukkan kepalanya, dia tidak peduli, yang penting nanti dia bisa bertemu dukun dan setelah pulang dari rumah dukun, dia bisa membuat Nona kembali normal. Bram tidak tahu dukun seperti apa yang dibawa oleh Somad.     

Perjalanan cukup jauh dan terbilang cukup lama, Bram begitu lelah, karena mobil yang dibawa oleh Somad tidak juga sampai di rumah dukun itu. Sekian lama melakukan perjalanan, mereka sampai juga di rumah dukun yang Somad katakan. Bram menyerngitkan keningnya, tempatnya sedikit aneh dan suasana juga sedikit menyeramkan.     

"Ayo bos, nanti menunggu si mbahnya, saya sudah telpon juga, jadi saya harap kita tidak mengecewakan dukun itu," ucap Somad kepada Bram.     

Bram menganggukkan kepala dan masuk ke dalam perkarangan rumah dukun tersebut. Bram dan Somad berdiri di depan rumah dukun itu, Somad langsung mengetuk pintu rumah dukun. Bram melihat sekeliling rumahnya dukun yang hampir sama dengan dukun yang pernah dia datangi.     

Ceklekkk!     

Pintu rumah dukun terbuka dan terlihat dukun yang tidak asing oleh Bram, Bram yang menoleh ke arah seseorang yang di depannya terkejut karena dia melihat dukun yang sama dengan yang dulu, dukun yang meminta dia menyerahkan Nona.     

"Apa kamu sudah sengkokol ya? Jika iya, aku tidak menyangka sama sekali, aku kecewa dengan kamu Somad, aku tidak suka dukun ini, aku mau kamu cari dukun yang lain, aku tidak sudi mau meminta kepada dia. Tidak akan," geram Bram yang langsung pergi dari rumah dukun itu.     

"Dia kerasukkan arwah keluarganya, dia di jaga oleh ibunya dan ayahnya yang kamu bunuh Bram dan asal kamu tahu, kalau ayahnya mengenali kamu, dan jangan berharap kamu bisa memiliki dia, karena dia akan menjaga wanitamu itu, jadi jangan bermimpi Bram," ucap dukun itu dengan lantang     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh dukun itu terdiam, karena dia tidak tahu sama sekali, dia menduga kalau Narsih, tapi nyatanya beda. Apa dia salah pikirnya lagi. Bram masih tidak percaya sama sekali, dia yakin kalau itu Narsih bukan orang tua Nona.     

"Kerasukan siapa tadi? Orang tuanya? Jangan bercanda kamu dukun sialan, apa sekarang kamu sudah kehilangan akal mengatakan itu hmm? Apa kamu tidak punya pikiran hmm? Menuduh orang tuanya, jangan licik kamu!" geram Bram yang tidak terima akan apa yang dikatakan.     

"Kalau tidak percaya silahkan kamu pulang, mungkin bukan Narsih yang bunuh kamu, tapi dia yang bunuh kamu, wanita itu yang bunuh kamu, Narsih saja tidak berani mendekatinya, jadi kamu harus hati-hati, jimat kamu tidak akan bisa membuat kamu selamat karena wanita itu yang akan bunuh kamu," jawab dukun itu.     

Dukun itu langsung menutup pintu dengan kasar, dukun itu kesal karena Bram tidak percaya padanya sama sekali. Somad hanya diam dan tidak bersuara, kali ini dia akan kalah dan dia akan dihajar oleh bosnya ini.     

"Bos, maafkan saya, saya tidak tahu kalau bos kenal dukun ini, dukun inilah yang memberikan saya jimat juga anak buah yang lainnya. Jika tidak mungkin kami akan habis di tangan hantu itu," ucap Somad kepada Bram yang hanya diam saja.     

Bram langsung masuk ke dalam mobil, dia tidak mau memikirkan apapun, dia bingung mau berkata apapun, dia tidak percaya dengan dukun itu, tapi apa yang dukun itu katakan mungkin ada benarnya juga, jika Nona berubah dan itu bukan Narsih dan jika Nona membunuhku bagaimana pikir Bram lagi.     

Somad membawa mobil kembali ke kota, dia tidak mau banyak bertanya lagi, dia ingin bertanya apakah bosnya mau pulang atau tidak pun dia takut, Somad melajukan mobil ke kota, dia tidak ingin menjadi sasaran kemarahan bosnya. Bram tidak banyak berkata apapun dia hanya diam dan diam sambil memikirkan apakah dia bisa dia lakukan nantinya.     

"Kita ke rumah sakit saja, kita tidak ke kantor atau ke rumah karena aku tidak mau ke sana," ucap Bram yang meminta dia untuk ke rumah sakit.     

Somad yang mendapat perintah dari bosnya untuk ke rumah sakit akhirnya pergi ke rumah sakit. Dalam perjalanan menuju rumah sakit Bram memikirkan kembali dia akan menemui dukun itu lagi dia akan pergi sendiri tanpa anak buahnya itu.     

"Maaf bos, kita sudah sampai di rumah sakit," ucap Somad kepada bosnya.     

Somad keluar dari mobil dan langsung membuka pintu mobil untuk bosnya. Bram masuk ke dalam lobby dan berjalan menuju lift, Bram masih sedikit takut untuk bertemu dengan Nona, dia rindu dengan Nona tapi mendengar apa yang dukun itu katakan membuat dia sedikit ada rasa takut hal yang dukun itu katakan terjadi.     

Pintu lift terbuka, Bram keluar dan berjalan menuju ruang inap Nona, terlihat anak buahnya masih berjaga dan di luarnya ada bibi Sumi dan suami, dia heran kenapa tidak masuk ke dalam.     

"Kalian kenapa tidak masuk?" tanya Bram yang tiba-tiba membuat mang Jupri dan bibi Sumi terkejut.     

"Eh, Bram, kamu dari mana? Kamu sudah pulang ya. Kami di minta untuk keluar, dia tidak mau di ganggu oleh kami, jadi kami ke sini. Bram, kenapa dengan Nona? Kenapa dia tidak mengenal kami dan mengusir kami? Apa dia diguna-guna orang kah?" tanya bibi Sumi dengan suara lirih.     

Mang Jupri sudah katakan ke istrinya, dia ingin Bram menjelaskan tapi Bram yang di tanya hanya diam saja, dia juga tidak mau menceritakan apapun ke kedua orang tua ini.     

"Saya kurang tahu, mungkin dia masih kesal dengan saya bibi, tapi nanti juga akan baik kok," ucap Bram dengan cepat.     

Bram masuk perlahan dan melihat Nona tengah tidur, Bram mendekati Nona, dia sudah merasakan kalau hawa di ruangan ini berbeda dan sangat berbeda. Bram berusaha untuk tidak takut, dia berusaha untuk tidak memikirkan jika ada sosok suami Narsih di sini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.