Dendam Winarsih

Tolong Kami Pak Ustad 2



Tolong Kami Pak Ustad 2

0"Baik, kami tidak akan la, kami mau ke rumah pak ustad setelah ini, ayo cepat mang kita ke kamar inap Nona," ucap Dino lagi.     

Mang Jupri langsung membawa Dino dan yang lainnya pergi membawa Dino ke kamar Nona. Mang Jupri dan yang lainnya langsung menuju lift, mang Jupri menekan tombol lift dan menunggu beberapa menit, setelah itu pintu lift terbuka.     

Mang Jupri melirik kiri dan kanan, dia melihat apakah ada anak buah Bram yang tadi atua tidak. Setelah aman dia berjalan bersama dengan yang lainnya, di luar terlihat bibi Sumi yang tengah duduk di tempat biasa.     

"Eh, mereka kenapa ke sini pak? Nanti ketahuan Bram bahaya kita pak," ucap bibi Sumi yang melihat Dino dan yang lainnya ke sini.     

"Ibu awasi saja, mereka hanya sebentar, ayo kalian masuk, ingat sebentar saja jangan terlalu lama, bahaya buat kita semua," ucap mang Jupri kepada Dino.     

'Saya di sini saja, saya awasi mereka nanti kalau ada pengawal Bram saya kasih tahu mas-mas semuanya," ucap Toni yang memilih untuk di luar bersama mang Jupri.     

Dino menganggukkan kepala dan melihat ke arah mang Jupri, mang Jupri menganggukkan kepala dan mempersilahkan ketiganya masuk. Dino tanpa berlama masuk dan Ian siap merekam secara diam-diam, dia seolah biasa saja, kameranya tidak terlalu besar tapi bisa untuk menyelidiki kasus berat.     

Ian mengarahkan ke segala arah dan melihat ruangan inap Nona, benar-benar auranya sangat berbeda dan tidak seperti biasanya.     

"Paijo, aku rasa ada yang beda dengan kamar ini, aku merinding sekali!" Ian berbisik dan tentu membuat dia sedikit ketakutan.     

"Berdoa saja, semoga kita tidak diperlihatkan hal aneh, cukup Narsih saja, jangan dia lagi." Lagi-lagi Paijo berbisik kepada Ian.     

Dino berjalan ke arah ranjang, Ian menyoroti Nona dalam diam, dia juga memastikan lampu kamera nyala, jika tidak bahaya pikirnya. Dino sedih melihat Nona yang tidur, wajahnya juga lesu dan tidak ada gairah sama sekali di dalam tubuh Nona, dia hanya lesu dan lingkar matanya juga hitam.     

"Nona, ini aku, bangunlah Nona, kamu tidak lelah tidur?" tanya Dino yang berdiri di sisi Nona dan mengenggam tangannya dengan erat.     

Dino tidak tega melihat Nona yang sangat berbeda, dia tidak secerah dahulu. Nona yang merasakan tangannya dipegang langsung membuka matanya dan melotot ke arah Dino dan yang lainnya.     

Ian dan Paijo menelan salivanya, tatapan mata Nona luar biasa, dia melotot ke arah mereka semua. Dino yang menggenggam tangan Nona merasakan tangannya di cengkram oleh Nona dan membuat tangannya luka parah.     

"Dino, lepaskan tangan kamu, gila kamu mau pasrahkan tangan kamu itu, aku bilang lepaskan Dino!" sentak Paijo yang berusaha melepaskan tangan Dino dari genggaman tangan Nona.     

Nona melihat ke arah keduanya dan mencoba bangun dan meraih leher keduanya tapi dengan cepat Paijo menarik Dino agar menjauh.     

"Gila kamu, jika cinta tidak seperti ini, paham kamu! Ian sudah kamu dapatkan?" tanya Paijo dengan suara pelan.     

"Sudah, ayo kita keluar, benar-benar tidak aman di sini, bisa bahaya kita di sini," ucap Ian yang menarik kedua temannya untuk keluar.     

Dino menatap sendu ke arah Nona yang melihatnya dengan tatapan benci, Dino yang ditatap dengan tatapan benci berubah menjadi sendu, dia tidak menyangka kalau Nona bisa seperti itu dan tidak mengenalnya.     

Sampai di luar Dino melihat mang Jupri dan langsung memeluknya, mang Jupri tahu kalau Dino sedih Nona seperti itu, mang Jupri yang menepuk pelan pundak Dino dan mengurai pelukkan Dino.     

"Sudah, sana cepat temui pak ustad, minta tolong ke pak ustad bantuin kita, jangan kamu takut, ingat kita tidak boleh putus asa, cepat, waktu kalian tidak lama, takutnya pengawal dan Bram pulang." mang Jupri langsung meminta mereka pulang, bukan mengusir tapi di ingin mereka tidak ketahuan oleh pengawal dan Bram.     

"Terima kasih mang, bibi kami pulang tolong jaga Nona," jawab Dino yang pamitan dengan mang Jupri dan istrinya.     

"Iya, kalian hati-hati, ayo sana cepat, sudah malam juga," jawab bibi Sumi yang sedikit takut jika Bram datang, kalau datang bisa panjang urusannya.     

Dino dan yang lainnya pergi dari rumah sakit, mereka langsung masuk lift menuju lobby dan sampai di lobby, mereka masuk ke dalam mobil, tidak berapa lama mobil Bram masuk dan Bram keluar dari mobil, Dino dan yang lainnya bersyukur karena tidak bertemu Bram.     

"Paijo, minta mang Dadang kerumah pak ustad di dekat rumah itu, tidak usah, tunggu saja kita di depan nanti kita kan jemput mereka, perginya sama-sama saja." pinta Paijo yang meminta Ian menelpon mang Dadang.     

"Iya baik, Dino apa nggak sebaiknya kita ke rumah sakit lain dan kita obati dulu luka kamu, Paijo bawa kerumah sakit yang bisa dekat rumah dan kita obati Dino dan kamu juga itu luka, biar aku bawa saja mobilnya, kamu pasti kesulitan kan?" tanya Ian yang tidak tega dengan sahabatnya.     

"Tidak apa, aku bisa, Dino saja," ucap Paijo yang melajukan mobil ke rumah sakit, sampai di rumah sakit, Dino diobati, begitu juga dengan Paijo selesai di obati, mereka bergegas pulang, sebelum pulang seperti biasa beli makanan, sampai di depan rumah, Paijo mengklakson mobil, mang Dadang dan Paimin keluar, Ian memberikan makanan ke Mirna, setelah itu di ke mobil dan mobil melaju ke rumah pak ustad.     

"Kira-kira ada tidak ya pak ustad," cicit Paijo yang sudah tiba di rumah pak ustad.     

"Ada, ayo kita pergi sekarang. Keburu malam, pak Ustad sudah tidur." mang Dadang langsung turun dan masuk ke pekarangan rumah pak ustad.     

Setelah mengetuk dan mengucapkan salam, pak ustad membuka pintu dan sedikit terkejut melihat Dino dan rombongan datang. Pak ustad mempersilahkan mereka semua masuk.     

"Ada apa ini? Malam-malam ke rumah, apa ada yang kerasukan lagi di rumah kalian?" tanya pak ustad kepada Dino dan yang lainnya.     

"Bukan di rumah kami, tapi di rumah sakit, pak ustad tahu kalau Nona yang waktu itu kerasukkan arwah ibunya dan dia makin tidak mengenal kami dan dia di katakan dokter koma, tapi dia malah bangun dan setelah bangun, dia seperti ini. Bentar ada videonya. Ian, tolong kasih, lihat ke pak Ustad." Paijo menunjukkan ke pada ustad.     

Pak Ustad melihat video yang dari kamera setelah itu menganggukkan kepala dan menyerahkan kembali, mang Dadang juga melihat video yang Ian bawa sungguh kasihan Nona di video itu.     

"Jadi, bagaimana pak Ustad, tolong kami pak Ustad, bantu selamatkan rekan kami itu," ucap Paijo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.