Dendam Winarsih

Itu Jin



Itu Jin

0Pak Ustad bingung mau berkata apa baginya ini benar-benar tidak bisa di percaya, sosok jin wanita sedang berada di tubuh wanita yang sedang tidak berdaya melawan sakit.     

"Pak Ustad, kenapa diam saja? Kenapa tidak bicara apapun? Apa pak Ustad bisa?" tanya Ian yang menunggu jawaban dari pak Ustad.     

Mang Dadang juga menunggu jawaban dari pak Ustad dan tentu tidak ada jawaban dari pak Ustad, mang Dadang heran kenapa pak Ustad tidak menjawab apa yang ditanyakan.     

"Itu jin wanita, bukan arwah orang tuanya, jadi kalian tidak bisa mengatakan itu arwah orang tua Nona, arwah kita sudah tidak bisa kembali ke dunia lagi, dia sudah di tempatkan di tempat yang semestinya, kita jangan terkecoh sama sekali. Jadi, kalau mau keluarkan arwah itu, saya akan bantu," jawab pak Ustad kepada mang Dadang dan yang lainnya.     

"Jadi, itu bukan arwah ibunya ya, yang mau menjaga anaknya?" tanya Ian kepada pak Ustad dan dijawab anggukkan dari pak Ustad.     

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang mang? Maksud aku, kita mengobati Nona bagaimana? Karena Bram pasti tidak setuju, Pak apa lama tidak kalau kita obatin orang, maksudnya kita pulihkan dia ke normal, ada sampai berjam-jam tidak?" tanya Paijo kepada pak Ustad.     

"Tidak sampai berjam-jam juga, tergantung tingkat kesulitan jin itu, sepertinya ada juga satu sosok di ruangan itu, yang menjaga mereka juga, entah bagaimana caranya jika kita mengeluarkan, kalau dua jin, saya tidak akan sanggup, coba saya tanya Ustad yang satu lagi, dia masih muda dan saya pikir dia bisa, kalian mau kan?" tanya pak Ustad kepada Dino dan yang lainnya.     

"Saya ikut saja, karena saya juga tidak mau Nona merasakan hal yang membuat saya sedih, saya takut Nona tidak bisa kembali lagi," ucap Dino dengan wajah sedih.     

"Kita akan usaha, jika kamu percaya akan kekuatan Tuhan maka kita akan bisa dan kamu jangan takut akan semuanya, pak Ustad akan bantu," ucap pak Ustad.     

"Jadi, kapan kita ke rumah sakit, lebih cepat lebih baik." Ian tidak sabar untuk pergi ke rumah sakit dan kembalikan Nona seperti semula.     

"Kita usahakan saja sebelum terjadi hal yang tidak kita inginkan, saya lihat di sana dia menderita, dia ingin kembali pun tidak bisa, karena terhalang jin itu," ucap pak Ustad kepada Ian.     

"Dino, kita telpon mang Jupri, kita tanya kapan Bram pergi ke kantor, maksudnya kapan dia ke kantor dalam waktu yang lama, kalau tidak kita bagi tugas, sebagian awasi Bram sebagian ke rumah sakit, kita tidak bisa ke rumah sakit semuanya, bahaya, jadi kita tidak ketahuan kalau ada yang mengawasi Bram, bagaimana kalian mau?" tanya Ian kepada Dino dan yang lainnya.     

"Sebentar Nona itu siapanya Bram?" tanya pak Ustad yang bingung mereka mengawasi Bram.     

"Ceritanya panjang pak Ustad, kami juga bingung mau bilang apa. Mang, bagaimana? Apa kita kasih tahu pak Ustad?" tanya Paijo kepada mang Dadang.     

"Kasih tahu saja, saya yakin pak Ustad bisa jaga rahasia," ucap mang Dadang kepada Paijo.     

Paijo akhirnya menjelaskan ke pak Ustad dari awal sampai sekarang, dia tidak ingin menutupi apapun dari pak Ustad, pak Ustad yang mendengarnya terdiam dan geleng kepala.     

"Saya pernah baca itu, waktu itu saya masih di pondok pesantren, itu tragis sekali, dari desa salak kan, itu kasusnya di tutup dan saya yakin itu tidak ada bukti dan mungkin hilang saja," ucap pak Ustad.     

"Makanya, kita mau usut pak, biar arwah keduanya tenang dan yang bersalah di hukum, entah itu di penjara atau di hukum oleh arwah yang meninggal itu," kata Paijo lagi.     

Pak Ustad geleng kepala, karena dia tidak tahu balas dendam itu tidak benar dan tidak akan direstui Tuhan.     

"Kita harus serahkan ke penegak hukum, karena kita tidak mungkin bisa menghukum mereka dengan membunuh juga, biar semua kita limpahkan ke yang benar-benar bisa menghukum mereka jadi kita harus cari bukti yang bisa menyeret mereka semuanya," ucap pak Ustad yang ikut kesal karena penjahatnya masih berkeliaran.     

"Makanya, Nona teman kami itu ingin membantu, dia ingin merampas jimat karena pelakunya yang bernama Bram itu pakai jimat karena yang dia bunuh menuntut balas dendam ke dia." Ian menjelaskan apa yang terjadi.     

Brakkk!     

Pintu rumah pak Ustad terbuka dan terlihat     

Narsih berdiri di depan pintu pak Ustad dengan rupa yang menyeramkan. Pak Ustad yang terkejut langsung mengelus dadanya, pak Ustad bukan takut cuma terkejut.     

Ian yang ikut terkejut hanya bisa mengomel dan tidak bisa berkata apapun, Ian lemas karena kelakuan Narsih, dia ingin mengumpat tapi ada pak Ustad, Paijo, Paimin dan Toni juga ikut mengusap dada mereka karena kelakuan Narsih.     

"Kenapa kamu masuk ke dalam tanpa ucapkan salam mbak manis Dino!" geram Paijo kepada Narsih.     

Narsih hanya diam saja dan tidak berkata-kata apapun. Dia memandang ke arah pak Ustad, setelah Narsih berbalik dan menghilang dari hadapan mereka semuanya.     

"Lihatlah, dia pergi begitu saja, aku ingin sekali mengarung dia dan membuang dia ke laut dan tidak kembali lagi ke sini." Ian benar-benar geram dengan Narsih dan dia tidak bisa berkata apapun lagi.     

"Sudah, sekarang kalian tenang dulu, kita pulang saja, kita tidak mungkin lama-lama di sini, kita hanya perlu menunggu Jupri kasih tahu kita kapan Bram akan ke kantor dan yang lainnya mengikuti dia," ucap mang Dadang yang kepada yang lainnya.     

"Baiklah, pak Ustad, kami permisi, nanti kami kabari, semoga kita bisa kembalikan Nona ke semula ya," ucap Dino kepada pak Ustad.     

"Iya, saya harap kita bisa cepat melakukan doa bersama, dan saya bisa keluarkan sosok yang ada di raga Nona, kalian kabari saya nanti saya kabari Ustad yang saya katakan tadi, semoga dia bisa," ucap pak Ustad lagi.     

Semuanya menganggukkan kepala dan semuanya pergi dari rumah pak Ustad. Paijo dan yang lainnya masuk ke dalam mobil, mobil langsung melaju ke rumah, sampai di rumah semuanya turun.     

"Ian, istri kamu tidur atau apa? Kenapa sepi sekali, apa dia kamu gempur tiap hari kah?" tanya Paijo yang menggoda Ian.     

Mang Dadang yang mendengar apa yang di katakan oleh Paijo hanya geleng kepala, Dino membuka pintu yang tidak di kunci sepi dan tidak ada siapapun, Ian masuk kekamar dan melihat Mirna sedang solat, Ian yang melihatnya istrinya solat merasakan hatinya tentram dan tenang.     

"Istri solehah itu, jangan sia-siakan, jaga dan jangan lupa kalian itu baru sehari kenalan dan menikah, belum tahu sifat masing-masing, kalau bisa kalian sampai hari akhir." Dino menepuk pelan pundak Ian dengan pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.