Dendam Winarsih

Rencana Pengobatan 2



Rencana Pengobatan 2

0Pak ustad yang mendengar apa yang dikatakan oleh Paijo hanya berdecih saja, dia tidak tahu harus berkata apa. Pak ustad melihat di sekitar tidak ada Ian, biasanya dia yang paling rame kenapa sekarang tidak ada pikirnya.     

"Tumben sekali si Ian tidak ada? Apa dia di kerja?" tanya pak ustad.     

"Iya, dia kerja, ada liputan, makanya kami bisa video kan Nona, jika bukan dia bawa video, mungkin kita nggak bisa lihatkan ke pak ustad Nona dan bisa saja kami menerka apa yang Nona alami," jawab Dino kepada pak ustad.     

"Iya lah, kerja yang halal, dia juga sudah ada istri jadi tanggung jawab dia sangat besar, kalian kapan mau menikah, Ian saja sudah nikah." pak ustad menanyakan kapan dia menikah dan tentu membuat yang lainnya hanya geleng kepala.     

"Nanti pasti mereka ketemu jodohnya, doakan saja pak ustad untuk dia," jawab mang Dadang mewakili keduanya.     

Pak ustad mengamini ala yang mang Dadang katakan, dia tersenyum dan menepuk pundak Dino pelan, mang Dadang yang duduk di sebelah Paijo tersenyum kecil ke arah Paijo. Tidak berapa lama mereka tiba di rumah sakit, Dino mengambil telpon dan menghubungi mang Jupri. sebelum menghubungi, terlihat Bram keluar bersama mang Jupri.     

"Baiklah, kita sudah sudah sampai, eh, itu mang Jupri, ke mana dia dengan Bram?" tanya Paijo yang menunjukkan le arah mang Jupri dan Bram.     

"Iya, benar, apa dia ketahuan kalau bantu kita ya?" tanya mang Dadang.     

"Tidak mungkin, karena dia tidak mungkin pasang cctv kan?" tanya Dino yang masih penasaran dengan apa yang dia lihat.     

"Yang turun, mang Dadang dan Paimin, kami ikuti mereka sepertinya ada yang tidak beres dan semoga dugaan kita salah," jawab Paijo kepada mang Dadang yang meminta membawa pak ustad ke dalam.     

Dino memberikan lantai berapa dan kamar berapa, mang Dadang yang sudah tahu kamar Nona langsung bergerak turun. Sedangkan Dino dan Paijo yang ikut dari belakang mobil mang Jupri.     

"Paijo, jangan terlalu dekat dengan mereka, takutnya mereka tahu kita ikuti mereka dan tahu sendiri kan kalau kita sudah ketahuan bahaya dengan nyawa mang Jupri." Dino meminta Paijo untuk tidak jauh dari mobil Bram.     

Paijo menganggukkan pelan, keduanya mengikuti dari belakang dan terus mengikuti. Dino mengangga melihat mobil melaju ke tempat yang jauh, bukan ke kantor atau ke mana, dia membawa mobil ke arah desa salak tapi saat di tengah jalan Mang Jupri di tolak ke luar dan terlihat Bram keluar dan dia dengan tidak manusiawi menendang mang Jupri dengan kuat.     

Dino yang melihatnya ingin membantu tapi di tahan oleh Paijo, Paijo geleng kepala ke arah Dino dia tidak mau mang Jupri makin kena masalah. Paijo mengambil telpon dan menghubungi mang Dadang.     

Tut ... tut ...     

"Halo, mang Dadang, apa sudah ketemu dengan bibi Sumi?" tanya Paijo dengan suara yang sedikit panik, karena dia takut istrinya mang Jupri di culik atau di sakiti lagi.     

"Belum, kami sedang berada di lantai yang kalian bilang itu, sekarang pak ustad berpura-pura berjalan ke arah ruang inap Nona, di sana ada pengawal, cukup banyak, tapi dari yang kami lihat tidak ada bibi Sumi, apa bibi Sumi baik-baik saja ya? Mang Jupri bagaimana?" tanya mang dadang yang penasaran dengan keadaan mang Jupri.     

"Bram sialan itu memukul mang Jupri dan, dia tidak bisa kita dekati, karena dia bersama pengawal, dan itu berbahaya buat kami, kami tidak bisa melawan dia, apa yang harus kami lakukan ya?" tanya Paijo yang sedikit khawatir dengan keadaan mang Jupri.     

"Kalian tenang saja, jangan gegabah, sebentar pak ustad sudah masuk ke kamar Nona dan dia masuk tanpa anak buah Bram tahu, apa dia punya ilmu kanuragan ya?" tanya mang Dadang yang melihat pak ustad keduanya masuk tanpa di tanya sama sekali.     

Paijo yang mendengar apa yang dikatakan mang Dadang juga heran dia melihat Dino yang sudah geram dan mengepalkan dengan erat.     

"Kalian tahu tidak, ini akan sangat berat dan ini menjadi hal yang membuat kita harus membawa bibi Sumi pergi, karena sepertinya bibi Sumi sudah ketahuan kalau dia kenal kita," jawab mang Dadang.     

"Mang Dadang, coba menyamar sebagai apa saja, yang memudahkan ke sana dan membantu pak ustad, siapa tahu bisa bantu pak ustad di dalam sana," ujar Paijo kepada mang Dadang.     

"Baiklah, kalau begitu kalian awasi Bram dan bawa mang Jupri juga aman kan dia kami akan menyamar dulu, kalian hati-hati." mang Dadang meminta mereka hati-hati dan meminta mereka untuk menyelamatkan mang Jupri.     

Bram meninggakan mang Jupri yang sudah tidak berdaya dan anak buah Bram menyeret mang Jupri ke dalam hutan. Setelah itu dia pergi dan berjalan ke arah mobil dan mobil melaju kembali. Dino dan Paijo langsung keluar dan masuk hutan untuk mencari mang Jupri setelah ketemu, keduanya membawa mang Jupri. Mang Jupri tidak berdaya dan terlihat lemah.     

"Aku akan bunuh dia, aku tidak akan ampuni dia!" rutuk Dino yang kesal dengan kelakuan Bram yang menganiaya mang Jupri.     

Paijo hanya bisa menahan amarah, mang Jupri pingsan saat di masukkan ke dalam mobil, Paijo terus melajukan mobil, dia akan membawa mang Jupri ke rumah sakit untuk diobati.     

Di rumah sakit, mang Dadang sudah menyamar sebagai pekerja kebersihan. Mereka berbicara ke pengawal untuk mengambil sampah dan pengawal percaya kepada mereka.     

"Ayo cepat, jangan lama-lama kalian ya," ucap pengawal Bram kepada mang Dadang.     

"Iya, kami tidak lama, permisi," ucap mang Dadang kepada pengawal Bram.     

Mang Dadang dan Paimin masuk dan melihat pak ustad sudah dicekikk oleh Nona, keduanya sibuk melepaskan tangan Nona dan wajah Nona sungguh mengerikan, mang Dadang ikut mendekati Nona dan membantu.     

"Apa yang terjadi pak ustad?" tanya mang Dadang yang membantu pak ustad, melepaskan cekikikan mereka tapi pak ustad tidak menyahut pertanyaan dari mang Dadang.     

Keduanya sibuk dengan pengobatan yang sudah mereka rencana kan. Terdengar lantunan ayat suci, di perdengarkan oleh pak ustad dan mang Dadang juga mendengar suara sosok pria yang berteriak, pak ustad yang satunya membungkam mulut Nona agar suara teriakkan tidak terdengar dan tidak menimbulkan keribuatan.     

"Paimin, bawa bibi Sumi keluar, dan pura-pura, kita sudah keluar cepat kamu keluar, jangan sampai mereka curiga," ucap mang Dadang kepada Paimin.     

"Baik, akan saya bawa bibi, ayo bibi, kita keluar jangan nangis, mang Jupri sudah di selamat kan oleh Dino dan Paijo, setelah itu kita bawa dia pergi juga," ucap Paimin kepada bibi Sumi dan menunjuk ke arah Nona yang akan dibawa jika sudah kembali normal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.