Dendam Winarsih

Keluar Dari Tubuh Ini!



Keluar Dari Tubuh Ini!

0Paimin keluar bersama bibi Sumi dan dia juga sudah tidak bersama mang Dadang karena mang Dadang membantu pak ustad, bibi Sumi ketakutan karena Bram berteriak dengan suaminya dan menyeret suaminya dan sekarang dia tidak tahu kemana perginya suaminya.     

Pengawal Bram memandang bibi Sumi dan mencegahnya pergi dari ruangan itu. "Mau kemana kalian?" tanya pengawal itu kepada bibi Sumi dan Paimin.     

Paimin yang gugup berusaha tenang, dia tidak mau membuat pengawal Bram tahu dia salah, bibi Sumi memandang ke arah pengawal Bram dengan tatapan tajam.     

"Saya mau ke mushola, saya ingin mendoakan keponakan saya, kalau tidak percaya silahkan, dan dia saya tidak tahu, karena dia petugas kebersihan kan, jadi jangan tanya saya." Bibi Sumi kesal karena ditanya seperti itu.     

Paimin menelan salivanya, tidak tahu harus apa jika mereka menanyakan mang Dadang yang masih di dalam, dan tidak ada suara apapun dari sini, ternyata kedua pak ustad tadi benar-benar ilmunya tinggi pikir Paimin yang menghayal.     

"Hei, kenapa melamun, kamu mau kemana? Apa sudah kamu kerjakan yang tadi di dalam dan tadi say ...." pengawal Bram menghentikan apa yang ingin dia tanyakan ke Paimin karena Paimin menyela apa yang pengawal itu katakan.     

"Saya buru-buru pak, saya tadi di minta cepat ke ruang bawah untuk bawa sampah yang banyak dari sana, karena akan ada mobil pengangkut sampah datang, permisi maaf menganggu," ujar Paimin yang pergi bersama bibi Sumi.     

Pengawal Bram hanya melihat ke arah rekannya dan meminta temannya menjawab apa yang ada di dalam pikirannya, rekan yang tadi mengangkat bahu dan melihat ke arah lorong dan berjaga seperti semula. Di dalam kamar, ketiganya sibuk mengeluarkan segenap tenaga untuk mengeluarkan sosok yang di dalam dan tentu membuat ketiganya keringatan, belum lagi sosok yang satunya yang mereka pikir ayah Nona Joko.     

"Keluar dari tubuh ini! Sebelum aku menghancurkan kalian semuanya, keluar cepat!" teriak ustad yang satunya yang menutup mulut Nona.     

Erangan Nona membuat Nona tidak bisa bergerak sama sekali dan tentu membuat sosok yang lainnya menarik pundak ustad tapi gagal karena doa yang sosok itu lantunkan membuat sosok itu kepanasan.     

"Pak ustad, leher anda tidak apa-apa?" tanya mang Dadang kepada pak ustad Maman, yang sudah bebas dari cengkraman Nona, sekarang di memegang tangan Nona.     

"Tidak apa, saya baik saja, dan kalian jangan takut, dia mulai lemah, ayo kita lakukan sekarang, kamu siap Mahdi?" tanya pak ustad kepada ustad Mahdi yang dia bawa ke rumah sakit ini untuk membantu dirinya.     

"Siap, ayo kita lakukan aeakrang," jawabnya dengan tegas.     

Pak ustad Maman langsung membacakan doa dan dengan cepat memaksa sosok jin wanita yang di dalam tubuh Nona. Mang Dadang memegang tangan dan yang satunya kaki dan menekan ujung jempol kaki dengan kuat. Jeritan tertahan dari Nona membuat tubuh Nona bergerak dengan kuat dan pada akhirnya tubuh Nona diam tidak bergerak sama sekali.     

Pak ustad senang karena jin wanita itu keluar dan menghela nafas panjang, pak ustad yang melihat sosok yang wanita dan pria menjerit dan menghilang begitu saja.     

"Sudah selesai, dia pergi, dan sekarang bagaimana?" tanya pak ustad Maman kepada mang Dadang yang lelah karena memegang tangan Nona.     

"Saya dengar dia koma, dan dia ada pembekuan di kepalanya, dan sudah di operasi tapi entahlah, apa yang terjadi saya juga tidak tahu sama sekali bagaimana kondisi Nona lagi, yang saya tahu dia sudah bangun dan ternyata dia sudah kerasukkan jin, tapi pak ustad bisa lihat dia tidak bangun juga, dia tidak sadarkan diri, saya takut kalau dia kenapa-napa, jika kita bawa dia keluar dan jika dia di dekat Bram maka makin bahaya," ucap mang Dadang yang menatap sendu Nona.     

Pak ustad Mahdi memegang kepalanya dan mengusap sambil membaca doa dan perlahan, dia tersenyum kepada mang Dadang.     

"Dia tidak apa, benturan di kepalanya benar-benar ada pembekuan darah, tapi dia sudah tidak apa-apa, operasinya berhasil dan sekarang kita bisa bawa dia pulang, karena jin itu akan datang lagi, dan ada jin satu lagi, kiriman dukun dan tentu itu dari pria yang kalian sebutkan itu." Pak ustad Mahdi mengatakan ke Mang Dadang untuk membawa Nona.     

"Apa kita bisa bawa dia? Yang ada kita ketahuan, dan siapa tahu ada kamera pengintai di sini, dan di luar ada pengawal, bukannya lolos saya di tuduh menculik dia," ucap mang Dadang yang takut jika di bawa keluar bisa ke tangkap oleh mereka.     

"Tidak apa, keluar saja, jangan takut, kita keluar bersama, jangan takut, ayo kita pergi sekarang, dia tidak akan bisa mencari Nona," ucap pak ustad Mahdi.     

Mang Dadang akhinya mengikuti apa yang dikatakan oleh pak ustadz. Mang Dadang menggendong Nona perlahan dan berjalan keluar, dengan mengucapkan bismillah, mang Dadang keluar, dengan jantung yang berdegub kencang mang Dadang ke luar dari ruang inap Nona dan melewati pengawal dan satu pengawal pun tidak terlihat     

Mereka jalan menuju lift dan turun langsung di lobby, bibi Sumi dan Paimin berlari ke luar rumah sakit, dia menunggu mang Dadang dan pak ustad di luar, Paimin gemetar takut kalau ketahuan Bram, tanpa di sangka, mobil Bram muncul dan dia turun dari mobil masuk ke dalam lobby.     

"Gawat bibi, kita akan mati, lihat itu, Bram di sana," ucap Paimin yang gugup karena Bram sudah masuk sedangkan mang Dadang dan yang lainnya masih di dalam.     

"Hust, jangan seperti itu, kita tidak mati, itu untuk hewan, kita manusia, ingat itu, dan sabar kita tidak akan ketahuan, kamu tenang dan jangan buat keributan dengan rasa cemas kamu berlebihan, nanti warga di sini curiga dan kita bisa di sangka orang jahat kamu mau?" tanya bibi dengan wajah kesal karena Paimin heboh dan panik karena Bram muncul.     

Mang Dadang yang turun dari lift terkejut karena Bram di depannya, tapi pak ustadz yang tangannya di punggung mang Dadang mengarahkan mang Dadang untuk tetap jalan dan jangan berhenti. Mang Dadang terus jalan dan tidak dia lagi-lagi terkejut karena Bram melewati dia dan tidak melihatnya sama sekali.     

Mobil Paijo tidak terlihat, tidak berapa lama menunggu mobil masuk perkarangan, mang Dadang yang menunggu di depan lobby lumayan cukup lama akhirnya melihat mobil Dino langsung ke arah mobil dan Paimin dan bibi Sumi berjalan ke arah mobil untuk masuk juga.     

"Ayo cepat, kita tidak punya waktu, sekarang Bram sudah tahu dan dia sekarang ke sini untuk mengejar kita," jawab pak ustadz Mahdi.     

Bibi Sumi yang masuk ke dalam terkejut melihat suaminya babak belur dan pingsan di belakang, tapi sudah terobati. Paijo yang mendengarnya langsung menjalankan mobil untuk kembali ke rumah.     

"Kemana dia pergi hahhh!" teriak Bram dengan keras kepada pengawalnya karena Nona hilang     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.