Dendam Winarsih

Dia Selamat



Dia Selamat

0Dino bergabung dengan yang lainnya, Dino lega karena bisa membawa Nona kembali, dia selamat dari Bram dan jin yang menakutkan itu.     

"Pak ustadz, saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, karena bantuan pak ustadz, Nona bisa selamat dari Bram dan jin itu, apa setelah ini, dia tidak kenapa-napa kan dan apa dia masih koma atau bagaimana?" tanya Dino dengan lebih detail lagi.     

"Dia baik saja, dan kamu tidak perlu khawatir, insya Allah dia akan selamat dan dia tidak kenapa-napa, kamu jangan khawatir ya, dia akan siuman, untuk jin itu dia tidak akan datang, siapapun tidak akan berani dekati dia, semua atas izin Allah, jadi jangan khawatir kan itu," jawab pak ustadz Mahdi.     

"Syukurlah, saya senang dengarnya, sekali lagi terimakasih, saya tidak bisa kasih apa-apa hanya ini saja yang bisa saya kasih," ucap Dino yang menyerahkan amplop ke pak ustad, tapi di tolak oleh pak ustad. Dino bersikeras memberinya dan tidak menerima penolakkan apapun.     

"Dino saya ikhlas bantu kalian, saya sudah anggap Nona dan kalian anak saya, jangan seperti ini, saya tidak bisa," ucap pak ustad Maman kepada Dino.     

"Iya benar, saya bantu kalian ikhlas, ambillah lagi, jika kalian ada perlu lagi saya tidak akan mau bantu kalian lagi, karena dia akan meminta bantuan dukun, karena Nona hilang, dan kalian yang akan jadi incarannya, saya akan bacakan doa untuk melindungi kalian dan kalian juga akan harus bersama saya untuk membantu saya, jadi, jika kalian kasih ini saya akan pergi dari sini, jadi pilih saja kalian mau apa," jawab ustad Mahdi kepada Dino.     

Dino tidak enak hati karena kedua pak ustad tidak mau menerima yang dia berikan. Dino pun tidak bisa berkata apapun, dia tidak memaksa sama sekali.     

"Saya akan bantu, kapan kita mulai pak ustad?" tanya Dino kepada pak ustad Mahdi.     

"Nanti malam, kita lakukan, apa benar pak ustad Maman? Anda setuju kan pak ustad?" tanya pak ustad Mahdi kepada pak ustad Maman.     

Pak ustad Maman diam dan berpikir setelah itu dia menganggukkan kepala ke arah pak ustad Mahdi. Pak ustad Mahdi tersenyum begitu juga Dino yang tersenyum ke arah pak ustad Mahdi dan pak ustad Maman.     

Paijo menyuguhkan air minum untuk tamunya. Semuanya berbincang kecil menyusun rencana nanti malam dan pas nanti malam adalah malam jumat, jadi cocok untuk doa bersama.     

"Apa dia akan main dukun juga?" tanya Paijo kepada pak ustad Mahdi.     

"Kita tidak bisa menuduh, apa dia main dukun, tapi dia ada akan ke sana, dan mungkin dia akan ke sana, makanya kita harus punya cara untuk menangkal itu semua, saya harus bisa memberikan bantuan lain sebelum saya kembali ke rumah saya," jawab pak ustad Mahdi,     

"Pak ustad, di sini saja, bantu kami selesaikan masalah kami, karena kami sekarang sedang bingung dan masalah kami juga menumpuk ini, jadi saya harap pak ustad mau bantu," ujar Dino lagi.     

Mang Dadang keluar dari kamar dan bibi Sumi juga Mirna keluar dari kamar, kedua wanita itu menyapa pak ustad, bibi Sumi tersenyum ke arah Mirna.     

"Nona sudah aman kan nak?" tanya bibi Sumi kepada Mirna.     

"Aman, bibi silahkan masuk saja, sudah saya ganti pakaiannya semuanya, saya juga basuh badannya," ucap Mirna kepada bibi Sumi.     

"Nanti saja, biarkan dia istirahat, saya mau ucapkan terima kasih ke mereka dulu," ucap bibi kepada Mirna.     

Bibi Sumi mendekati tamu dan tersenyum ke arah pak ustad yang sudah membantu Nona dan dia belum mengucapkan terimakasih ke Dino dn Paijo karena sudah nyelametin suaminya, dia juga berterima kasih ke mang Dadang dan Paimin.     

"Pak ustad dan semuanya saya ucapkan sudah mau membantu kami dan kami tidak tahu harus apa saat ini, kami tidak tahu jika kalian tidak datang mungkin suami dan saya mungkin Nona akan diapa-apakan oleh Bram, suami saya saja sudah dilukai, jika tidak datang tepat waktu mungkin kami sudah meninggal," ucap bibi Sumi dengan suara lirih.     

"Tidak apa, saya hanya bantu benarkan pak Mahdi, saya tanpa pak ustad Mahdi mungkin tidak bisa bantu kalian semua, makanya saya katakan ke Dino kalau saya akan minta bantuan ke sahabat saya ini, sahabat saya mau, ya sudah saya ajak dan alhamdulillah kita berhasil, jadi jangan sungkan ya bibi Sumi," ucap pak ustad Maman.     

Bibi menganggukkan kepala dan dia tersenyum ke Dino dan Paijo juga yang lainnya. Mirna mendekati mereka semuanya. Mirna mau menawarkan makanan kepada semuanya pas makan siang jadi saatnya kita makan dulu," ucap Marni kepada semuanya.     

"Kamu sudah masak ya?" tanya mang Dadang kepada Mirna.     

"Sudah, silahkan di cicip, semoga suka," jawab Mirna dengan sopan.     

"Ayo pak ustad kita makan dulu nanti setelah itu, kita bincangkan lagi," jawab mang Dadang mempersilahkan pak ustad untuk makan siang dulu.     

Pak ustad ikut bersama dengan yang lain pergi makan bersama dan di meja makan sudah terhidang makanan yang mengugah selera. Bibi Sumi mengambil makanan untuk suaminya, tapi mang Jupri bangun dan langsung bergabung dengan yang lainnya.     

"Mang, kenapa bisa ketahuan kedatangan kita semalam?" tanya Dino yang sambil menikmati makanannya.     

"Saya rasa dia pakai pengintai atau apalah, saya tidak bisa katakan kenapa dia tahu, yang saya tahu saya di ajak dan di pukul oleh dia, saya sangat takut dan saya tidak tahu kalau akan diperlakukan itu." mang Jupri menjelaskan apa yang terjadi dengan dirinya.     

"Apa yang dia katakan ke mamang, apa dia menuduh mamang kenal dengan kami?" tanya Paijo kepada mang Jupri.     

"Katanya, saya kenal dengan kalian atau tidak, saya katakan tidak, saya katakan kalian teman kerja, jadi saya persilahkan, eh saya di pukul kurang ajar sekali dia itu, saya ingin sekali pukul dia," ucap mang Jupri yang geram dan kesal dengan Bram.     

Mang Dadang menepuk pundak sahabatnya dan tersenyum ke arah sahabatnya ini, dia tahu kalau sahabatnya ini kesal dan marah karena di pukul.     

"Sudah, jangan khawatir kan itu, saya harap ini tidak akan terjadi lagi, dan pak ustad mau bantu kita, jadi nanti malam akan ada doa bersama," jawab mang Dadang kepada mang Jupri.     

"Saya juga tidak mau ketemu dia lagi, biarkan dia dibunuh oleh Narsih, saya tidak peduli, tapi saya dengar dia telpon katanya mau bunuh seseorang tapi tidak tahu siapa, apa kalian tahu dia mau bunuh orang lagi?" tanya mang Jupri.     

Semua yang mendengar apa yang mang Jupri katakan hanya geleng kepala dan tidak percaya apa yang dikatakan oleh mang Jupri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.