Dendam Winarsih

Menyerahlah



Menyerahlah

0Pak ustad tidak menghentikan doa yang dia lantunkan ke jin yang meronta dan marah, jin yang marah dan meronta langsung mendekati pak ustadz dan yang lainnya, dia ingin mencekik mereka semua, jin yang berusaha mendekati pak ustadz dan Dino juga sahabat yang lainnya.     

"Akhhh, hentikan aku katakan padamu, jangan buat aku membunuh kalian semuanya, aku akan membunuh kalian jika kalian tidak mau menghentikan apa yang kalian ucapkan itu Ahhkkkk!" teriak yang cukup kencang dari kedua sosok jin itu.     

"Aku sudah katakan, jangan buat marah dan jangan buat aku menghabisi kalian semuanya, aku akan pastikan kalau kamu pergi dan menyerah, jika tidak aku akan pastikan kalian akan musnah dan tidak dapat kembali lagi ke tempat yang semestinya," ucap pak ustadz kepada kedua jin itu.     

Mbah dukun yang mengendalikan keduanya tidak memperdulikan sama sekali dia terus menerus membaca mantra agar kedua jin itu bisa menghabisi mereka semua, ancaman tidak dia pedulikan, walaupun nyawa dia taruhannya.     

"Aku tidak akan menyerah, serahkan anakku, dia anakku, dia ingin aku jaga dari kalian, serahkan dia segera!" bentak jin yang sosoknya lelaki.     

"Jangan salahkan aku jika aku melakukan hal yang sama dengan apa yang telah kalian lakukan pada jin yang lain, dan buat kamu di sana, jangan memperdalam ilmu hitam lagi, tobatlah kamu dan menyerahlah, hidup sekali pergunakan dengan sebaik-baiknya, jangan buat keributan yang membuat kalian tidak dihargai oleh siapapun, jadi menyerahlah sekarang," jawab pak ustadz untuk terakhir kalinya.     

"Jangan bermimpi aku akan menyerah dan aku tidak menyerah sama sekali, aku akan pastikan kalau kalian akan habis di tanganku dan ingat aku akan buat kalian hancur di tanganku, " ucap dukun itu yang tidak akan menyerah apapun terjadi.     

Pak ustadz tidak akan memaksa, dia tetap membacakan doa, sedangkan yang lainnya membaca Ayat suci dengan khusyuk dan tidak ada sedikitpun merasa terganggu. Mbah dukun yang melihat sekilas anak buahnya ikut membaca Ayat suci geram, dia ingin mendapatkan anak buahnya kembali tapi gagal. Karena, sosok yang dia kirim waktu itu harus kalah di tangan Narsih.     

"Paimin, kembalilah padaku, kita akan hancurkan mereka semua, aku ingin kamu hancurkan dia sekarang, ayo cepat bantu aku gurumu," ucap mbah dukun kepada Paimin.     

Paimin tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh gurunya itu, dia terus membaca apa yang dikatakan oleh pak ustadz, pak ustadz yang melihat ada suara yang memanggil Paimin berusaha membuat Paimin fokus dengan bacaan doanya, dia ingin bisikkan dan ajakan dari dukun itu tidak membuat dia terkecoh.     

Mbah dukun yang melihat anak muridnya tidak memperdulikan dia mulai geram dan tidak terima karena anaknya di pengaruhi pak ustadz. Mbah dukun dengan segenap kemampuannya mulai membaca mantra berkali-kali dan tentu dia ingin menarik perhatian anak muridnya tersebut.     

"Dokenatko legosako makonagimano, Paimin kembali lah padaku, jangan pernah ikuti mereka yang akan membunuh kamu dan dan dia akan membuat kamu tersesat kembalilah segera kepadaku dan jangan lupa kan gurumu ini Paimin kembalilah," ucap mbah dukun kepada Paimin.     

Paimin yang mulai gerah dia merasakan ada sesuatu yang tidak benar di tubuhnya, dia merasakan panas di tubuhnya dia mulai lemah dan menghentikan bacaan doa yang dia lantunkan tadi, dia juga tidak bisa menahan diri untuk mengangkat tangannya dan mengarahkan ke Dino, Dino yang masih berkonsentrasi untuk membacakan doa untuk keselamatan mereka semua terkejut karena ada tangan yang mulai melekat di lehernya dan mulai mencekik dia.     

"Akhhh, apa yang kamu la-lakukan, sakit, jangan kamu cekik aku, aku mohon, Paimin sadarlah kamu Paimin, aku mohon," ucap Dino yang tercekat karena lehernya di cekik oleh Paimin.     

Pak ustadz yang menyadari Paimin terpengaruh mulai berbalik dan melihat ke belakang, Dino sudah di tergeletak dan dia juga sudah tidak berdaya, tenaga Paimin yang kuat dengan tenaga Dino tidak bisa menahan tangan Paimin.     

Semuanya yang melihat Dino di cekik seketika menghentikan pembacaan doa, pak ustadz terkejut karena mereka menghentikan doa dan memilih membantu Dino.     

"Lanjutin saja, nanti dia mendekati kita dan membunuh kita, ayo jangan berhenti," terang pam ustadz kepada yang lainnya.     

Belum sempat mereka melanjutkan doanya kedua jin itu mendekati mang Dadang dan mencekik sedangkan yang satunya langsung mencekik Paijo. Keduanya yang di cekik langsung menahan tangannya dan tentu tangan yang mencekik mereka lebih kuat.     

Narsih yang berada di atas seketika turun dan dengan cepat menarik jin wanita yang menarik Paijo. Paijo yang di tarik oleh sosok itu memberontak, pak ustadz Maman membantu mang Dadang, Toni membantu Paijo. Jin yang di tarik oleh Narsih langsung bergerak ke atas, Paijo yang masih di cekik oleh jin wanita ikut naik ke atas dan membuat dia merasakan sakit di bagian lehernya.     

Toni menahan kaki Paijo, dia tidak mau Paijo di bawa, Narsih yang tidak tega melihat Paijo ikut di tarik oleh jin wanita melepaskan jin itu. Jin yang di lepaskan oleh Narsih jatuh, cekikikan dia ke leher Paijo seketika lepas dan membuat Paijo bisa bernapas lega. Toni yang melihat Paijo bisa lepas langsung menyeret Paijo ke tempat yang aman, mang Dadang juga lepas dari cekikikan jin itu.     

"Kalian tidak mau menyerah juga, sekarang aku akan bawa kalian pergi, tunggu saja kalian semuanya, aku akan buat kalian menyesal seumur hidup kalian," ucap Narsih yang langsung membawa kedua jin itu.     

"Lepaskan aku, hantu sialan, aku mau bawa anakku," teriak jin wanita itu dengan kencang.     

"Narsih, kamu mau melawanku, aku ini suami kamu, jangan kamu tidak sopan denganku, aku tidak suka dengan kelakuan kamu denganku Narsih," pekik Joko kepada Narsih.     

"Aku tidak punya suami, jangan mengaku suamiku, dasar sialan kalian berdua." Narsih sudah tidak peduli siapapun dia, baginya dia sangat membenci suaminya yang sudah bermain curang di sisa hidupnya, dia sudah membuat dirinya terluka.     

Narsih tanpa peduli membawa keduanya pergi, dia akan membawa kedua sosok ini ke rumah dukun yang tidak ada kapoknya sama sekali. Setelah bebas dari cekikikan jin wanita itu, Paijo terbatuk dan memegang lehernya, punggungnya sedikit sakit karena dia terhempas.     

"Mas Toni, mas baik-baik saja kan? Ayo mas bangun perlahan, bentar saya ambil minum dulu," ucap Toni yang bergegas pergi ke dapur untuk mengambil minum.     

"Iya, aku tidak apa-apa, terima kasih banyak Toni. Mang Dadang tidak apa juga kan?' tanya Paijo kepada mang Dadang yang terbatuk karena di cekik.     

Dino yang masih di cekik oleh Paimin yang kerasukan mantra gurunya perlahan mulai lemas dan pingsan. Dino terbatuk karena merasakan nafasnya hampir melayang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.