Dendam Winarsih

Kematian Dukun Paimin



Kematian Dukun Paimin

0Narsih sudah geram dan kesal dengan dukun yang satu ini, dia tidak bisa memaafkan dukun yang satu ini, dia akan menghabisi dukun ini, dari dulu selalu membuat dia resah, Narsih tidak membunuhnya waktu itu karena dia berharap dukun ini akan bertobat dan tidak mengulangi dia lagi, tapi nyatanya dia malah seperti ini.     

"Lepaskan aku Narsih, aku ini suamimu, jangan menjadi durhaka, aku mau merebut anakku Narsih," ucap sosok itu kepada Narsih.     

Narsih tidak peduli sama sekali dia membawa keduanya ke hadapan dukun itu, sekalian dia ingin membuat perhitungan dengan dukun itu. Dukun yang tahu akan kehadiran Narsih bersiap untuk pergi dia ingin menjauh dari Narsih dia tahu kalau Narsih akan menghabisi dia.     

Brakkk!     

Narsih masuk dari genteng rumah dukun tersebut. Dia melempar kedua jin yang dia tangkap dari rumah Dino. Dukun itu mundur dia takut dengan kemarahan Narsih, dia tahu kalau Narsih itu sangat benci akan dirinya.     

"Kurang ajar kamu, aku akan pastikan kalau kamu akan musnah Narsih, kamu tidak tahu diri, aku sudah mau menikahi kamu tapi kamu tidak hormat padaku, aku akan buat kamu hancur Narsih, aku pastikan itu, ingat satu hal Narsih, aku tidak akan biarkan kamu tenang," ujar jin yang menyerupai Joko.     

"Pantas saja kamu di duakan dan pantas saja kamu tidak di hargai, dasar murahan kamu ini," ujar jin wanita.     

Dukun yang melihat perdebatan antara ketiganya mundur perlahan, dia tidak ingin masuk ke area perdebatan mereka bertiga.     

"Lebih baik aku pergi dan lebih baik aku selamatkan diri aku, dari pada aku dihabisi oleh Narsih." pikirnya lagi.     

Narsih yang tahu dukun itu mau kabur dengan cepat melempar benda tajam ke punggung dukun itu dan tap, lemparan itu mengenai si dukun itu. Punggung si dukun seketika mengeluarkan darah segar dan membuat dia menggeletar karena rasa sakit akibat lemparan benda tajam. Dukun itu roboh dan terkapar di lantai.     

Narsih melihat ke arah sosok yang belum juga mau menyerah, dia masih mendengar sosok itu terus menghina dia dan banyak lagi yang membuat dia emosi dan marah. Dengan cepat, Narsih mendekati keduanya dan menarik kepala keduanya hingga lepas dari badannya.     

"Aku tidak akan pernah memaafkan kalian semua, walaupun kalian jin atau apapun aku tidak takut sama sekali. Sekarang rasakan semuanya, aku akan buat kalian merasakan apa yang aku rasakan," ucap Narsih dengan raut wajah yang penuh amarah.     

"Aku tidak ingin berlama di sini, tapi sebelum aku pergi, aku akan melihat dukun itu dulu." Narsih berjalan ke arah dukun yang terkapar tidak bergerak sama sekali. Narsih melihat dukun itu dan tidak ada nafas sama sekali.     

Narsih senang karena akhirnya dukun itu meninggal, kematian dukun Paimin mengakhir kejahatannya, dia senang karena bisa membuat satu musuhnya hilang dari bumi ini. Narsih pergi meninggalkan dukun itu.     

Narsih kembali ke rumah Dino, dia melihat dari kejauhan dan terlihat semuanya baik dan dia tidak berani mendekat, karena dia tahu kalau pak ustadz itu tidak akan mau menerima penjelasan dia, Narsih pergi ke rumah Deki, dia ingin tahu apakah Deki mau menyerah atau tidak.     

"Aku harap Deki mau mengakui kesalahan dia," gumam Narsih.     

Narsih langsung pergi dari rumah Dino dan ke rumah Deki sampai di rumah Deki, dia melihat anak Deki bermain bersama dan tidak ada Deki sama sekali, Narsih langsung ke kantor Deki, dia ingin melihat Deki apakah dia akan ke kantor polisi lagi.     

Sampai di kantor, Deki sedang bersiap hendak pulang ke rumah, dia tidak tidak mau menyia-nyiakan waktu dengan anaknya.     

"Aku akan ke kantor polisi dulu, aku akan mengakui semuanya, apakah aku akan di masukkan ke penjara hari ini juga aku tidak peduli, semua sudah aku siapkan untuk anakku, jadi aku akan tenang. bibi akan menjaga anakku, maafkan papa, masa lalu papa buat kalian harus kehilangan papa dan mama," ujar Deki yang sudah bergerak keluar.     

Drt ... drt     

Deki melihat anak buahnya menelpon dirinya, dia menyerngitkan keningnya, dia langsung menjawab telpon anak buahnya     

"Ada apa kalian telpon?" tanya Deki.     

"Kami sudah tahu siapa yang bunuh istri anda bos, dia adalah Diman, dia juga yang merencanakan saat di rumah sakit waktu anda di rawat, keduanya sempat bertemu dan di mall itu lah dia memotong rem dan dia lah yang melakukannya, dan anak buahnya kini berada di tangan pak Bram, pak Bram yang tahu kalau dia yang melakukannya dan dia tahu akan hal itu bos," ujar anak buah Deki.     

Sejak meninggalnya istri, Deki mencari tahu penyebabnya, dan saat polisi mengatakan kalau ini ada sabotase, dia meminta anak buahnya menjadi detektif. Dia ingin mencari sendiri siapa dan ternyata dia tahu kalau yang membunuh adalah sahabatnya sendiri.     

Deki terduduk kembali di kursi kebesarannya, dia merasakan hatinya benar-benar terluka, sahabat yang dia percayai sejak dulu harus menikam dia dari belakang.     

"Bos, apa anda baik-baik saja kan? Anda masih di sana kan bos? Apa yang akan kami lakukan sekarang bos?" tanya anak buah Deki yang menunggu perintah dari bosnya.     

"Kalian tidak perlu melakukan apapun, aku yang akan membuat perhitungan dengan dia, awasi dia dan lihat pergerakkan dia ingat, jangan terlalu dekat, aku tidak mau dia tahu, kalian paham kan?" tanya Deki kepada anak buahnya.     

"Baik, akan saya lakukan sesuai dengan yang anda perintahkan," ucap anak buah Deki.     

Deki terdiam dan mengakhiri panggilan dari anak buahnya. Deki mengepalkan tangannya, dia akan menghampiri Diman, dia ingin tahu ada masalah apa dia dengan istrinya itu. Narsih mengikuti Deki, dia ingin tahu apa yang terjadi.     

Saat sudah tiba di lobby, Deki langsung naik mobil, dia menyetir sendiri mobilnya, dia tidak ingin siapa pun ikut, termasuk supirnya. Supir Deki yang melihat bosnya keluar dari kantor dan membelah jalan langsung bergerak mengikuti bosnya. Narsih duduk di dalam mobil, dia ingin tahu apakah Deki membunuh Diman atau tidak, dia tidak ingin mengotori tangannya.     

"Aku akan melihat dia membunuh mereka semuanya, aku tidak perlu mengotori tanganku, karena sudah ada yang membunuh mereka semua," ucap Narsih yang melihat ke arah belakang ada mobil yang mengikuti mobil Deki.     

"Bram, kamu tidak jera juga, kamu ingin membunuh sahabat kamu kah? Kamu benar-benar busuk Bram, kamu tidak pantas hidup, aku akan biarkan kamu dulu, aku yang akan membunuh kamu, dan Deki aku akan selamatkan dari kamu, kamu akan membusuk di dalam kubur Bram, aku pastikan itu," ucap Narsih yang meniupkan sesuatu ke arah Deki dan dia bertukar posisi dengan Deki.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.