Dendam Winarsih

Jangan Bunuh Aku



Jangan Bunuh Aku

0Ketua penjahat yang tersisa satu mengigil karena hanya dia yang belum dihabisi oleh Narsih, dia hanya bisa melihat Narsih yang sudah berubah wujudnya menjadi sosok yang menakutkan dan sangat menakutkan, dia juga terlihat sangat mengerikan sekali.     

"Kamu mau apa? Kenapa kamu membunuh anak buahku? Apa salahku pada kamu hahhh?" tanya ketua tersebut.     

"Aku mau nyawamu, kamu sudah ambil nyawa dia bukan, jadi aku mau ambil nyawamu, serahkan nyawamu padaku, jangan tanyakan apa salahmu, kamu pasti tahu apa salahmu," ucap Narsih yang masih menyetir.     

Anak buah Bram mengigil dan tidak bisa berkata apapun, dia hanya menatap penuh ketakutan kepada Narsih, dia juga bingung ke mana Narsih membawa dia pergi, dia melihat Narsih membawa mobil tidak memegang setir sama sekali.     

"Tolong jangan bunuh aku, aku mohon pada kamu, jangan bunuh aku, aku janji akan ke kantor polisi dan menyerah kan diri, aku janji padamu," ucap anak buah Bram lagi.     

Narsih tidak menanggapi, dia masih melihat ke arah anak buah Bram yang terlihat ketakutan, anak buah Bram yang melihat Narsih memandang dia hanya tersenyum dan tentu saja senyum anak buah Bram mengandung arti yang tentu membuat Narsih tidak terkecoh.     

"Hentikan mobil ini, jika tidak aku akan menembak kamu sialan, aku tidak akan membiarkan kamu membunuhku, aku sendiri yang akan membunuh kamu, sekarang matilah kamu, pergi ke neraka sekarang!" teriak anak buah Bram itu dengan kencang.     

Dor ... dor ...     

Tembakkan terdengar dalam mobil dan tentu membuat Narsih yang melihatnya hanya diam, peluru yang di tembakkan itu mengenai Narsih tapi tidak membuat dia terluka, hanya menembus dan bekas tembusan peluru tersebut tertutup kembali seperti semula,     

Anak buah Bram mengigil dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat, dia ketakutan dan senjata yang dia pegang malah berbalik ke arah dia. Anak buah Bram geleng kepala, dia takut karena senjatanya mengarah pada dirinya.     

"Hantu sialan kamu, aku pastikan kamu tidak bisa hidup di neraka!" pekiknya dan Dor tembakkan terdengar dan mengenai kepala anak buah itu dengan sekali tembakkan.     

Darah keluar dari kepala anak buah itu dengan deras, mata anak buah Bram melotot menahan sakit di kepala dan meninggal seketika. Narsih tersenyum karena semua anak buah Bram sudah meninggal dunia.     

"Bram tunggu aku, aku akan segera mendapatkan nyawamu, kamu akan aku bunuh, sekarang aku akan ke rumah sahabatmu, aku akan buat mereka memusuhi kamu dan aku akan lihat siapa yang akan bertahan," ucap Narsih yang langsung menghilang.     

Mobil anak buah Bram masuk ke dalam jurang dan meledak, Narsih terbang menuju rumah Deka, dia akan ke sana melihat anak Deka yang menjadi teman mainnya, dia sangat suka anak kecil itu. Sampai di rumah Deka, terlihat Deka sedang bermain dengan anaknya di ruang keluarga.     

Narsih berdiri sedikit jauh, dia berdiri menjauh agar anak kecil itu tidak melihat dia. Deka mengantar anaknya ke kamar tidurnya.     

"Sekarang tidur ya, jangan main lagi, besok kita main lagi," ucap Deka kepada anaknya.     

"Papa, aku tidak mau Papa pergi dari aku, aku mau Papa temani aku, karena Mama tidak ada, aku takut Papa pergi," ucap anak Deka yang bernama Manda.     

Deka yang mendengar apa yang anaknya katakan terdiam, karena dia tidak tahu apakah dia akan mengikuti anaknya atau kata Bram. Bram bertemu dengan dia beberapa hari yang lalu, dia meminta mereka mencari dukun kembali dan menangkap Narsih dan membuat Narsih hancur, sehingga dia selamat dari dendam Winarsih. Dukun yang lama saja tidak mampu melawan Narsih apa lagi yang baru pikirnya.     

"Papa, kenapa diam?" tanya Manda.     

"Eh, Papa tidak akan kemana-mana, Papa akan selalu bersama kamu ya nak, kamu jangan khawatir itu ok," ucap Deka kepada anaknya.     

Deka masuk ke dalam kamar dan meletakkan anaknya di ranjang, dia mengambil pakaian tidur dan menggantikan pakaian anaknya. Narsih masih mengikuti dan setelah anak Deka tidur, Deka langsung pergi dari kamarnya.     

Deka merasa ada yang mengikuti dia, dia berusaha untuk tenang untuk tidak gugup dan takut, Deka berjalan dengan cepat dan tentu membuat dia sedikit berlari, sampai di dalam kamar Deka menghela nafas panjang dan saat dia berbalik terlihat Narsih berada di atas kasurnya dengan wujud yang cantik.     

"Narsih! Bu-buat apa kamu di sini?" tanya Deka dengan suara terbata-bata.     

"Aku ke sini hanya ingin menemui kamu? Apa masih mencari dukun untuk menghancurkan aku atau mau membuat aku musnah? Apa kamu di minta Bram kah?" tanya Narsih yang tidak beranjak dari ranjang sama sekali.     

"Aku tidak mengerti sama sekali, karena aku tidak tahu maksud dari perkataan kamu itu apa, aku hanya bersahabat dan tidak mencari dukun," kilah Deka yang tidak mau mengakui apa yang dia lakukan dengan Bram.     

Narsih yang mendengar tertawa, tawa Narsih membuat bulu kuduk merinding. Narsih bangun dan berjalan mendekati Deka, Narsih dengan cepat berjalan ke arah Deka dan srettt dia tiba di depan Narsih begitu saja.     

"Aku tidak ingin mendengar dustamu, anakmu cukup cantik dan lembut juga penuh kejujuran, kadang anak kecil beda dengan orang yang dewasa termasuk orang tuanya, dia tidak akan berkata dusta tidak suka mengatakan kebohongan. Aku juga tidak suka, aku ingin katakan, menyerahlah, aku akan membiarkanmu hidup demi anakmu, bukan demi kamu, mengaku ke kantor polisi dan jangan buat aku membunuhmu oh bukan aku tapi anakmu lah yang akan membunuhmu, itu atas arahanku, setelah itu baru anakmu," ucap Narsih dengan senyum smirk.     

"Jangan sentuh anakku, jika tidak aku akan membunuhmu dengan ini, kalau perlu kami semua akan membuat kamu tidak akan bisa kembali ke dunia kamu," terang Deka kepada Narsih yang berdiri di depannya.     

"Hahahah, mau menghabisi aku? Jangan ikuti si Bram, karena dia Deki meninggal, dia membunuh sahabatnya sendiri, suami istri dibunuh oleh sahabatnya sendiri, sungguh miris, istri dibunuh oleh Diman dan suami di bunuh Bram, karena takut kalau Deki mengakui kesalahannya, Deki yang malang, hanya karena ingin melihat anaknya dan menjaga anaknya, Deki mengakui kesalahan tapi sebelum ke kantor polisi dia harus meregang nyawa, kenyataan yang pahit bukan, apa kamu mau bernasib sama dengan dia? Ikuti dia tapi mati juga ikuti aku kamu bisa melihat anak kamu si Manda itu," ucap Narsih dengan wajah yang sudah berubah menjadi wajah yang menakutkan.     

"Tidak mungkin Narsih, kamu jangan mengadu domba kami, Deki tidak mungkin meninggal, dia masih hidup, Bram tidak mungkin membunuhnya, dan Diman dia tidak mungkin membunuh istri Deki, kamu jangan mengarang cerita Narsih," ucap Deka kepada Narsih dengan suara kencang.     

Narsih mundur dan tertawa, dia menghilang dari hadapan Deka dan tidak lagi berkata apapun lagi, dia hanya diam dan menunggu Deka memutuskan semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.