Dendam Winarsih

Dia Harus Mati



Dia Harus Mati

0Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh Deka mulai emosi dia tidak menyangka kalau Deka mengetahui semuanya dan dia juga ingin melawan dirinya.     

"Apa yang dia katakan Bram, aku tidak melakukan hal yang dia katakan, aku berani bersumpah Bram, aku tidak pernah melakukan itu, aku berani bersumpah," ucap Diman yang tidak percaya kalau dia melakukan itu dan tidak membuat kesalahan apapun.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh Diman hanya diam, dia tahu kalau Diman berbohong padanya tapi dia tidak peduli. Diman yang melihat Bram tidak memperdulikan dia, mulai emosi, dia emosi kepada Deka yang sudah membongkar aibnya.     

"Bram, kamu percaya dengan Deka?" tanya Diman dengan suara datar.     

Diman tidak lagi berbasa basi, Diman tidak peduli Bram percaya atau tidak, yang dia pedulikan saat ini bagaimana membunuh Deka. Bram sama sekali tidak menjawabnya, dia hanya berlalu meninggalkan Diman sendiri.     

Bram masuk ke dalam mobil dan terlihat jelas jika Bram tidak peduli dengan dia, Diman menelpon anak buahnya, dia ingin anak buahnya menghabisi Deka.     

Tut ... tut ...     

"Ya, bos ada apa?" tanya anak buah Diman.     

"Segera lakukan pekerjaan kalian, kali ini, habisi dia, aku akan menunggu kabar dari kalian," ucap Diman kepada anak buahnya.     

"Siapa dia?" tanya anak buah Diman.     

"Deka." satu nama yang Diman berikan kepada anak buahnya yang langsung di iyakan oleh anak buahnya.     

"Baik, akan kita kerjakan." anak buah Diman langsung mengakhiri panggilan dengan Diman saat dia sudah mengatakan iya.     

Diman tersenyum karena bisa membuat Deka akan menyusul Deki. Dia tersenyum kecil dan pergi dari parkiran pemakaman. Bram yang sudah di dalam mobil dan melaju menuju ke kantornya hanya bisa menahan amarahnya.     

"Deka sudah tidak bisa di kasih hati lagi, dia harus segera aku habisi, dia tidak boleh membuka suara sama sekali, aku yakin dia pasti mengetahui siapa yang membunuh Deki dan bisa saja dia saat ini ke rumah Deki dan mengatakan ke orang rumahnya kalau dia yang membunuhnya. Aku harus cegah itu, aku harus mencegahnya, aku akan membawa anak Deki, karena ibunya sepupuku walau jauh aku akan membawa dia. Pak, balik ke rumah duka sekarang," ucap Bram ke pada supirnya.     

"Baik Pak Bram." pak supir langsung putar balik ke arah rumah Deki.     

Deka yang berada di rumah Deki meminta kepada orang rumah Deki untuk tidak menyerahkan anak-anak ke Bram.     

"Nak Deka, kenapa berkata seperti itu?" tanya ibu mertua almh istri Deki.     

"Karena dia mau mengasuh anak Deki, jadi saya harap kalian tidak memberikannya ke Bram, saya harap kalian bisa mengerti akan hal itu," ucap Deka yang sengaja menghasut ibu mertua Deki.     

"Cucu saya yang akan jaga saya, bukan Bram, dia tidak ada hak untuk menjaga cucu saya, jadi jangan bermimpi mau menjaga cucu saya, mereka masih punya saya, kamu tenang saja nak Deka, saya tidak akan memberikan cucu saya kepada siapa pun," ucap Ibu kandung istri Deki.     

Deka senang karena dia bisa membuat ibu kandung istri Deki tidak setuju, sekarang kita lihat apa yang akan Bram lakukan, aku akan segera ke kantor polisi dan aku akan mengakui semua, kita lihat Bram, apakah masih bisa kamu berkutik atau tidak pikir Deka dalam hati.     

Tidak berapa lama, Bram datang dan masuk ke dalam rumah Deki, para pelayat sudah pada pulang baik itu dari pemakaman atau pun dari rumah, Bram masuk ke rumah Deki tanpa ada dosa dan dia tidak peduli jika Deka tahu kalau dia pembunuh Deki sahabat sekaligus sepupu jauh dia.     

"Tante, masih di sini?" tanya Bram yang mendekati ibu kandung istri Deki.     

"Kenapa kamu tanya saya masih di sini, ini rumah anak dan menantu saya dan cucu saya ada di sini juga pantas saya ke sini, kamu kenapa di sini? Acara nanti malam, kamu datang saja nanti malam," ucap Ibu Anggi pada Bram.     

Bram melirik ke arah Deka yang hanya diam dan tersenyum dibalik diamnya, terlihat Deka bermain dengan anak Deki dan memeluk anaknya Deki. Bram berdehem dan langsung mengutarakan apa yang ingin dia katakan.     

"Aku ingin mengatakan kepada kalian, kalau Deki ingin mewakili saya menjaga anaknya, jadi saya akan membawa anak-anak Deki untuk saya jaga, jadi tolong berikan anak-anak itu ke saya," ucap Bram dengan santai.     

Semua orang yang di rumah Deki terdiam karena Bram mengatakan yang hal membuat mereka mengangga. Ibu kandung dari Bram maupun ibu kandung dari istri Bram tidak menyangka kalau cucunya mau di asuh oleh Bram.     

"Kamu pikir kita tidak bisa jaga mereka, kamu pikir kami pikir tidak mampu menjaga dia, kurang ajar kamu ini," ucap Ibu kandung Deki.     

"Kami yang akan jaga, akan kami jaga cucu kamu jadi jangan kamu jaga dia, urus diri kamu yang tidak menikah sampai saat ini, jangan pernah berharap kamu menjaga cucu saya, paham kamu," ucap Ibu kandung almh istri Deki.     

Bram terdiam karena keinginan dia tidak terpenuhi oleh orang tua Deki dan tantenya ini. Bram mengepalkan tangannya, dia tidak bisa mendapatkan apapun.     

"Aku hanya mau mereka jadi anakku, aku tidak menikah karena aku masih merencanakan semuanya, jadi aku tidak bisa mengatakan apapun, kalian tunggu saja, jadi aku mengatakan itu karena tidak mau mengabaikan amanat sahabatku," ucap Bram dengan tegas.     

"Tidak akan, cucuku akan bersamaku, aku tidak akan melepaskan cuciku," ucap Ibu kandung istri Deki.     

Bram terdiam karena tidak bisa mendapatkan anak Deki. Deka terdiam karena tidak bisa dapatkan anak Deki.     

"Sudah, jangan kamu pikirkan masalah anak Deki, jadi pikirkan masalah cucuku," jawab ibu kandung Deki.     

Deka senang karena dia bisa membuat Bram tidak bisa berkutik sama sekali, dia tahu kalau Bram psti marah karena tidak bisa mendapatkan apapun. Bram bangun dari tempat duduknya dan pergi begitu saja tanpa salam sama sekali, dia juga tidak bisa membujuk orang tua dari Deki dan istrinya     

"Aku sudah katakan, kalau Bram itu egois, dan dia tidak tahu diri, aku hanya bisa berharap dia cepat menikah," ucap ayah dari Deki yang sedikit kesal karena Bram ingin merawat cucunya.     

Bram yang berada di mobil hanya bisa mengepalkan tangannya, dia tidak bisa mendapatkan anak buah Deki, dia juga geram dan kesal kepada Deka yang dia yakini pasti Deka yang melakukan ini semua, dia yang menghasut keluarga Deki, awas kamu Deka, aku akan buat kamu hancur, aku tidak akan membiarkan kamu menang Deka pikir Bram dalam hati     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.