Dendam Winarsih

Narsih Dia Selamat



Narsih Dia Selamat

0Narsih yang tiba di rumah Dino langsung melihat dari balik pintu, dan dia juga tidak bisa melakukan apapun karena dia benar-benar takut ada pak ustad.     

"Narsih masuklah, aku ingin melihat kamu, kenapa kamu di luar, kamu takut pada dia?" tanya pak ustad kepada Narsih.     

Narsih hanya diam dan tidak berkata apapun, dia tidak ingin bertemu dengan pak ustad dan dia ingin menjauh dari pak ustad.     

"Mbak Narsih ayo masuk, kita tidak akan mencelakai kamu, ayo masuk saja," ucap Dino kepada Narsih.     

Narsih pun diam karena dia di minta masuk, Narsih pun masuk dan langsung melihat ke arah pak ustad.     

"Kamu ingin balas dendam kah?" tanya pak ustad Mahdi kepada Narsih.     

Narsih memandang ke arah pak ustad, dia tidak menjawab pertanyaan dari pak ustad, karena dia tidak tahu harus jawab apa, karena tidak tahu harus jawab apa.     

"Narsih, jawab saja, kami tidak akan meminta apapun pada kamu dan kami hanya ingin tahu saja, jadi katakan saja," ucap mang Dadang kepada Narsih.     

"Aku hanya mau mereka membalas dendam atas apa yang mereka lakukan, ingat, aku tidak akan mundur dengan dendamku, aku hanya ingin mereka semuanya mati tapi aku tidak akan membunuh mereka asal mau mengakui apa yang telah mereka lakukan padaku, tapi nyatanya, mereka ingin membunuh sahabatnya, aku juga menyelamatkan mereka dan aku tidak akan membunuh mereka karena aku kasihan pada anaknya." Narsih menjawab apa yang ditanyakan oleh Pak ustad.     

Dino dan yang lainnya hanya diam dan mengangga, karena mereka tidak tahu kalau sahabat Bram dibunuh, dan tentu saja itu di luar duga mereka.     

"Apa kamu bilang? Dia ingin bunuh sahabatnya? Luar biasa sekali, apa itu tidak salah?" tanya Paijo kepada Narsih.     

"Dia memang mau membunuh sahabatnya, apa kamu tidak dengar apa yang dikatakan oleh dia, mbak manis tidak mungkin bohong, benarkah?" tanya Ian kepada Narsih.     

Narsih pun menganggukkan kepala kepada Narsih, dia juga tidak mungkin bohong kepada yang lainnya.     

"Jadi apa dia tidak di tangkap kah? Kalau seperti itu mereka sudah kriminal, aku rasa kita pantas untuk melaporkan ke kantor polisi." Paijo mengatakan kalau mereka harus di laporkan ke polisi.     

Semuanya menganggukkan kepala, harus di laporkan ke polisi dan tentu saja akan membuat mereka jera.     

"Dia tidak akan bisa di laporkan, karena anak buahnya sudah aku bunuh, aku kesal dengan dia dan aku tidak mau mereka lari makanya aku bunuh mereka." Narsih mengaku kalau dia sudah membunuh anak buah Bram dan Diman.     

Semua mengangga mendengar apa yang dikatakan oleh Narsih, pak ustad hanya bisa diam dan geleng kepala. Tidak lama Mirna keluar dan terkejut melihat Narsih, Ian yang baru pulang dan berkumpul tersenyum ke arah istrinya tapi d     

istrinya malah pingsan dan tidak sadarkan diri, dia terkejut karena melihat Narsih di depannya     

Brakkk!     

"Eh, dia pingsan, bagaimana ini?" tanya Toni.     

Toni mengangga melihat istri Ian pingsan dan Ian langsung bergegas bangun dan mengendong Mirna.     

"Maaf semuanya aku tidak bisa berkumpul di sini dan aku akan membawa dia ke dalam dulu, kalian di sini dulu ya," ucap Ian yang segera membawa ke dalam kamar istrinya.     

"Narsih dia selamat kan?" tanya Dino kepada Narsih.     

"Siapa?" tanya Narsih kepada Dino.     

"Kedua orang yang dicelakai mereka?" tanya Dino kepada Narsih kembali.     

"Mereka selamat dan tidak mungkin aku biarkan dia meninggal," jawab Narsih lagi.     

"Dino, kamu ini nggak fokus apa? Kalau dia sudah katakan kalau dia sudah selamatkan mereka, apa kamu ngantuk Dino?" tanya Paijo lagi.     

Dino hanya diam dan tersenyum kecil dia tidak tahu harus apa saat ini, karena dia tidak tahu kalau dirinya sudah dijelaskan tapi tidak juga mengerti, Narsih hanya diam dan pergi dari hadapan Dino.     

"Apa yang terjadi dengan Bram dan temannya itu, kenapa dia bisa melakukan itu, dan kenapa dia bisa berbuat seperti itu ke sahabatnya sendiri. apa salah sahabatnya itu, kalau memang ada salah atau apapun dia tidak boleh main bunuh," ucap Paijo kepada Dino.     

"Sudah lah, yang penting kita sudah tahu kejahatan dia, tinggal tunggu saja, dan tinggal tunggu dia mendapat balasannya, kami pulang dulu, nanti kami akan ke sini lagi untuk lihat kondisi teman kalian," ucap pak ustad kepada mang Dadang.     

"Iya, kalau begitu Terima kasih ya, saya akan sangat berterima kasih jika pak ustad bisa datang ke sini lagi," ucap mang Dadang kepada yang lainnya.     

Mereka bersalaman dan pergi dari rumah Dino, Paijo mengantar keduanya karena dia tidak mau pak ustad jalan kaki     

"Mang, kamu tahu tidak kalau kita ini sudah tidak bisa menghadapi dirinya, dan Bram tega melakukan itu ke sahabatnya sendiri. Apa dia tidak mikir kalau sahabatnya itu punya keluarga dan lihat saja, kalau dia itu pasti akan sedih jika benar keluarganya meninggal. Aku tidak menyangka kalau dia itu nekat, " ucap Dino kepada mang Dadang.     

"Kita harus tahu, kalau orang sudah ketakutan, dan tidak mempunyai iman seperti itu, dia takut kalau temannya mengakui dan dia akan masuk penjara, jadi dia akan mengusahakan apapun yang menurutnya benar dan tidak bisa di toleransi lagi," jawab mang Dadang.     

"Mang, apa kita tidak jumpai mereka saja, paling tidak kita lindungi dia, kan kita bisa minta keterangan dari dia, maksudnya kita rekam suara pengakuan dia dan jika pun umur mereka pendek lah, kita bisa buat rekaman suara mereka itu jadi barang bukti, selama ini kan kita cari barang bukti, benar nggak mang?" tanya Dino lagi.     

Mang Dadang terdiam memikirkan apa yang Dino katakan dan tentu yang Dino katakan ada benarnya juga, pasti mereka butuh barang bukti yang akurat dan tentu saja bukti yang tidak bisa mereka dapatkan dari Bram.     

"Baik, kita akan tanyakan ke Narsih di mana dia membawa keduanya dan jika sudah menemukannya, maka kita akan pergi ke sana dan langsung merekam pengakuan mereka, dan setelah itu baru Bram kita skakmat, tapi Narsih tidak katakan pada kita di mana rumah sakitnya," uap mang Dadang lagi.     

"Aku akan bawa kalian, kalian mau ke sana?" tanya Narsih yang muncul dari kamar Dino.     

Ian yang keluar dari kamar menyerngitkan keningnya, dia heran kenapa Narsih keluar dari kamar Dino.     

"Dia kenapa dari kamar kalian, apa dia sekarang tinggal di sana sekarang? Mbak manis jangan genit ya," ucap Ian yang langsung meninggalkan Narsih dan yang lainnya menuju kamar mandi yang ada diluar kamar Ian.     

"Bukannya di kamar mas Ian ada kamar mandi kan?" tanya Toni kepada mang Dadang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.