Dendam Winarsih

Mana Nona



Mana Nona

0Nona masih berada di rumah Dino, dia juga masih belum sadar sama sekali, Dino menghampiri Nona dan mengusap kepala Nona dengn lembut.     

"Nona, cepat sembuh dan cepat bangun ya, aku ingin kumpul bersama dengan kamu lagi, aku tidak ingin jauh dari kamu lagi," ucap Dino dengan lembut.     

Sebelum pergi ke kantor Dini menyempatkan diri untuk melihat Nona terlebih dahulu, dia ingin segera bertemu dengan Nona dan berharap Nona akan segera bangun. Tapi, nyatanya tidak.     

Paijo dan Ian masuk ke dalam kamar Nona, mereka juga akan melihat keadaan Nona seperti apa. Keduanya juga sedih karena Nona sahabat mereka harus seperti ini,     

"Dino, sudah dia akan baik saja, kata pak ustad dia baik kan, jadi jangan sedih kamu, kita doakan saja Nona yang terbaik," ucap Paijo kepada Dino dengan menepuk pelan pundak sahabatnya itu.     

"Ayolah, kita ke kantor dulu, jika sudah selesai kamu pamitannya dengan Nona, Nona, kami pergi dulu ya, jangan lupa makan dan cepat sadar, kami pulang kamu harus bisa sadar ya," ucap Ian yang mengusap lembut rambut Nona.     

Paijo dan Dino juga melakukan hal yang sama dan setelah itu dia terdiam dan langsung keluar dari kamar Nona, Mirna yang menyiapkan makanan untuk semuanya tersenyum melihat kedatangan Ian dan yang lainnya.     

"Mang, kami ke kantor, kalau bisa tolong jangan keluar, dan jangan kasih Bibi keluar, bahaya, kita tidak tahu apakah Bram atau anak buahnya mengikuti kita atau tidak, jika butuh apa-apa kasih tahu kami, biar kami yang beli," ucap Ian kepada yang lainnya.     

"Baiklah, kalian hati-hati, jangan sampai kalian ketahuan oleh dia, mamang yakin dia akan datang ke kantor kalian dan meminta Nona, karena hanya kalian yang jadi tersangkanya dan untuk sahabat Bram itu kita akan ke sana bersama dengan Paimin, kalian jangan risaukan itu," ucap mang Dadang kepada Dino dan ketiganya.     

"Baiklah, aku akan hati-hati," jawab Dino kepada mang Dadang.     

Mang Dadang menganggukkan kepala dan mulai menyantap makanan yang di sajikan, mang Jupri dan istrinya juga ikut makan, selesai makan, Dino pun pergi ke kantor bersama tiga sahabatnya. Paijo yang menjadi supir dan mobil melaju membelah jalanan.     

Tidak berapa lama, Dino dan ketiga sahabatnya sampai di kantor, ketiganya keluar dari mobil yang sudah di parkir. Dino dan ketiganya masuk ke dalam lobby dan bergegas ke arah lift, Dino dan Ian berbincang kecil sekali-kali mereka bercanda dan tertawa. Sampai di depan lift keempatnya masuk ke dalam dan langsung menekan tombol menuju ruangan kerja, hitungan detik mereka sampai di lantai ruangan mereka.     

Ting!     

Pintu lift terbuka dan mereka langsung ke luar, Dino berjalan lebih dulu dan membuka pintu riangannya bersama ketiga sahabatnya. Ian dan Paijo, Toni dan Dino mengangga melihat kedatangan Bram, dia sudah berada di ruangan mereka.     

"Sejak kapan kantor ini menjadi kantor pribadi ya? Apa tidak ada tata kramanya ya, kantor ini, apa karena ini kantor ada orang dalamnya?" tanya Ian yang masuk dan duduk di kursinya.     

Paijo hanya cuek dan duduk di kursinya begitu juga dengan Toni, sedangkan Dino masuk dan berdiri di depan mejanya yang sekarang ada Bram yang duduk di bangkunya.     

"Pak Bram, bisa Anda beranjak dari kursi saya?" tanya Dino yang sedikit kesal karena Bram duduk di bangku kerjanya.     

"Mana Nona? Aku tahu kamu yang datang ke ruangan Nona dan merekam semuanya, aku melihatnya dari kamera tersembunyi dan itu menunjukkan kalau kalian menculiknya," ucap Bram kepada Dino.     

Dino tersenyum mengejek karena dia merasa lucu dengan apa yang dikatakan oleh Bram. Bram tidak pernah menyerah ternyata, mengikuti mereka dan sekarang malah bertanya mana Nona. Dino berpura-pura tidak tahu karena dia yakin kalau dia gugup atau panik, maka dia akan ketahuan kalau Nona berada bersama dia.     

"Kamu tanya Nona mana? Wah, itu aneh namanya, karena apa, karena dia bersama kamu, dan sekarang malah nanya Nona mana? Lucu sekali ya, harusnya jangan seperti itu, kami datang ke sana hanya ingin melihat dia saja, apa kamera pengintai kamu tidak melihat atau pengintai kamu itu bodoh, atau yang melihatnya bodoh karena tidak melihat apakah kami bawa orang yang sakit itu atau tidak?" tanya Ian yang kesal karena Bram bertanya Nona dan apa hak dia untuk bertanya di mana Nona.     

"Kalian jangan berdusta, kalian pasti mengelabui aku, dan kalian berkerja sama dengan pamannya itu kan, cihh! Kamu pikir aku bodoh percaya dengan kata kamu hmm?" tanya Bram kepada Dino dan yang lainnya.     

"Maaf Pak Bram, anda kan tahu kalau ruangan itu di jaga pengawal Anda, apa bisa kami membawa dia keluar sedangkan di luar ada orang yang menjaga dia? Itu sama saja, kami cari mati namanya," ucap Dino yang sudah mulai kesal dengan Bram.     

"Aku tidak akan percaya, jika bukan kalian yang membawa dia, siapa lagi? Hantu, iya!" hardik Bram dengan wajah yang kesal.     

"Ya, bisa saja hantu, karena hantu kan bisa bawa orang, kamu saja bisa dibawa hantu, karena jiwa kamu itu, jiwa hantu, harusnya kamu malu karena sudah membunuh tapi tidak mau mengakui kesalahan, tapi tunggu saja, sebentar lagi kamu pasti akan mendapatkan karmanya." Dino sudah tidak bisa menahan amarahnya dia juga sudah muak dengan Bram, dia akan segera membawa Bram ke kantor polisi dan menerima balasan atas perbuatannya.     

"Aku akan mencari tahu di mana Nona, jika itu kalian yang mengambil Nona, maka, aku akan buat kalian menyesal, lihat saja," ucap Bram yang bangun dari tempat duduknya.     

"Apa kamu juga ingin membunuh kami seperti teman kamu itu? Jika iya, maka, aku tunggu, jangan pernah merasakan di atas awan Bram, ingat satu hal kalau kamu di atas awan, dan tiba-tiba jatuh sakitnya lebih dari apapun. Aku peringati, Narsih tidak akan pernah memaafkan kamu walaupun kamu sudah meminta maaf pada dia," ucap Dino sesaat sebelum Bram ke luar dari ruangan kerjanya.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh Dino hanya mengepalkan tangannya, dia keluar dengan emosi yang meledak, dia juga tidak mengerti kenapa Dino tahu apa yang dia lakukan dengan sahabatnya itu.     

"Aku harus mengikuti dia dan aku akan buat dia menyesal karena sudah membuat aku jauh dari Nona, aku akan dapatkan Nona kembali," gumam Bram kepada dirinya sendiri.     

Dino dan ketiganya yang sudah melihat kepergian dari Bram mulai lega. Dino melihat ke arah Paijo dan Ian juga Toni.     

"Apa dia akan mengikuti kita saat kita pulang nanti?" tanya Dino kepada yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.