Dendam Winarsih

Aku Urus Dia



Aku Urus Dia

0Dino mengakhiri panggilan telpon dengan mang Dadang, Dino menepuk pundak Ian, Paijo dan Toni, dia sangat senang karena dapat kabar dari mang Dadang kalau Nona sudah siuman.     

"Aku senang karena Nona siuman dan aku yakin Nona pasti menunggu kita," ucap Dino yang sudah tidak sabar untuk menemui Nona di rumahnya.     

"Aku juga senang dengarnya, aku berharap Nona bisa ingat kita lagi, dan sekarang kita tidak perlu khawatir kan Nona, sekarang kita harus bisa membuat sahabatnya Bram mengakuinya dan kita harus bisa buat dia kena batunya dan kita harus bisa membuat dia mendapatkan balasannya," ucap Ian dengan berapi-api.     

"Baiklah, sekarang kita ke rumah sakit, aku harap kita bisa menemui bukti yang akurat," ucap Paijo kepada Dino.     

Paijo dan yang lainnya menganggukkan kepalanya dan mereka akan segera menyelesaikan masalah mereka. Anak buah Bram mengikuti mobil Dino, mereka dari kejauhan mengikuti mobil Dino, mereka sedikit agak jauh, agar tidak ketahuan.     

"Bos, aku rasa kita akan segera mengetahui keberadaan mereka, tapi kenapa mereka masuk ke dalam rumah sakit bos?" tanya anak buahnya kepada bos Sanusi.     

"Mungkin dia menyembunyikan calon istri bos itu ke sini, jika benar maka kita tidak akan susah-susah untuk mendapatkan informasi mengenai calon istrinya." anak buah Bram menduga kalau calon Bram di rawat di rumah sakit.     

Mobil Dino masuk ke dalam rumah sakit, Paijo memarkirkan mobil. Paijo dan rombongan masuk ke dalam, Narsih ikut bersama dengan Dino, dia ingin tahu kondisi keadaan Deki yang dia selamatkan.     

Narsih merasakan ada yang mengikuti mereka, Narsih melirik ke arah belakang dan dia mencoba menghilang dari Dino dan yang lainnya, dia ingin melihat siapa yang mengikuti mereka.     

"Bos, kita pergi ke dalam? Atau kita akan mengikuti dia?" tanya anak buah Bram kepada bosnya.     

"Kita harus ikuti dia, karena kita harus cari tahu di mana dia berada, setelah itu kita kabari bos Bram," jawab bos Bram kepada anak buahnya.     

Narsih yang melihat kedatangan orang yang tidak di kenal mengikuti Dino dan yang lainnya, Narsih tersenyum smirk kepada anak buahnya.     

"Apa dia anak buah Bram, atau anak buah Diman yang menyuruh mereka mengikuti Dino?" tanya Narsih.     

Narsih mengikuti Sanusi, dia bersembunyi di balik tembok dan memantau Dino yang masuk ke dalam ruangan, Sanusi melihat ke arah ruangan dan terlihat senyum di bibirnya, Sanusi mengambil telpon dan menghubungi Bram.     

Narsih berdiri di sebelah Sanusi dan mendengar kan apa yang Sanusi bicarakan. Sanusi menunggu jawaban dari Bram untuk mengatakan keberadaan, Dino.     

"Bos Bram ini ke mana ya? kenapa tidak mengangkat telponku ya," ucap anak buah Bram.     

Narsih yang mendengar nama Bram yang di panggil oleh pria di depannya tersenyum, dia tahu kalau mereka orang suruhan Bram.     

"Bram, kamu belum jera juga, aku tidak mengerti kenapa kamu tidak mau menyerah dan sekarang kamu meminta anak buah kamu untuk mengawasi Dino dan rekannya, sungguh terlalu sekali kamu Bram, baiklah, aku akan urus mereka, aku akan mengecoh kan dia," ucap Narsih yang tersenyum.     

Narsih pergi dari hadapan anak buah Bram, dia akan menemui Dino dan akan memberitahukan ke Dino ada orang yang memata-matai dirinya. Narsih muncul di depan Dino yang tengah melihat salah satu sahabat Bram yang selamat.     

"Dia Deki bukan?" tanya Ian kepada Dino.     

"Iya, dia Deki, dia orang yang Narsih selamatkan, dan satu laginya, aku akan cari tahu dengan Narsih. Eh, mbak kenapa bisa di sini?" tanya Dino yang terkejut karena ada Narsih di sebelahnya.     

"Aku tadi dari luar dan anak buah Bram mengikuti kita dan kalian tahu, kalau sampai Bram tahu keberadaan Nona dan dia maka Bram akan membunuh dia. Tapi, kalian jangan takut, aku akan urus semuanya dan kalian segeralah pergi, aku yang mengelabui dia, aku akan buat mereka terkecoh dan aku harap kalian keluar dari rumah sakit ini dengan tenang dan sisanya akan jadi tanggung jawabku," jawab Narsih.     

"Kalau Bram ke sini bagaimana mbak Narsih?" tanya Ian yang sedikit khawatir kalau Bram tahu keberadaan sahabatnya ini.     

"Jangan khawatir, aku urus dia, aku akan di sini, dan aku yakin dia sudah di sini, kalian keluarlah segera aku akan mengelabui Bram," ucap Narsih.     

"Mbak jaga diri, dan jangan sampai mbak di tangkap oleh Bram, Bram bisa saja minta bantuan dukun lagi, kita kan tidak tahu, jadi aku harap mbak juga hati-hati." Dino menatap mbak Narsih yang akan mengelabui Bram.     

Dino dan yang lainnya pergi dari ruangan Deki, Dino langsung berjalan dengan santai tanpa terkecoh, Narsih yang berada di dalam kamar Deki membawa Deki ke tempat yang lain. Setelah aman, Narsih menggantikan posisi di ranjang Deki. Narsih berubah menjadi Nona dan berpura-pura tidur.     

Bram yang mendapat telpon dari anak buahnya langsung bergegas pergi dan sampai di rumah sakit, Bram turun dan masuk ke dalam rumah sakit, Dino yang ingin keluar harus bersembunyi, dia melihat kedatangan Bram.     

"Aku rasa, kita harus sembunyi di sini dulu, lihat itu, dia bersama dengan anak buahnya yang Narsih katakan, gila benar ya, dia mencari Nona sebegitu giatnya, dia tidak tahu kalau Nona sudah tidak mau dia tapi dia masih saja mengejar Nona," jawab Dino yang merasakan heran karena Bram kekeh mengejar Nona.     

"Dia cinta mati dengan Nona, makanya dia seperti itu, sudah kita tunggu di sini saja, siapa tahu dia akan pergi, setelah itu kita harus segera pulang, dan untuk sekarang kita harus hati-hati," jawab Paijo kepada sahabatnya.     

"Ian, kita pulang sekarang ayo, kita jangan ke rumah sakit dulu, kalau kita ke rumah sakit dulu yang ada kita yang akan ketahuan, sekarang ayo kita pergi dari sini," ucap Dino kepada Ian dan sahabatnya yang lainnya.     

Ian menganggukkan kepala dan langsung pergi dari tempat persembunyian, mereka buru-buru keluar dan berlari ke dalam mobil.     

"Apa kita ketahuan Dino?" tanya Ian yang nafasnya sudah naik turun karena dia lari menuju mobil.     

"Aku harap tidak ada yang tahu kita sudah di sini, aku harap Narsih bisa mengatasinya." Dino yang nafasnya ngos-ngosan hanya bisa mengatakan hal itu.     

Paijo langsung pergi dari rumah sakit, dia ingin segera menjauh dari anak buah Bram, dia tidak ingin ketahuan oleh anak buah Bram kalau mereka sudah pergi dari sini. Bram yang berada di dalam ruangan merasa senang karena Nona ada di depan matanya, dia akan membawa Nona pergi dari rumah sakit ini.     

"Nona, akhirnya aku menemui kamu, aku yakin kalau kita pasti berjodoh kembali, aku yakin itu," ucap Bram yang memegang tangan Nona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.