Dendam Winarsih

Kami Akan Cari



Kami Akan Cari

0Bram yang selesai diobati oleh dokter rumah sakit bergegas pergi, dia tidak mau berlama di rumah sakit ini, dia sudah di tipu oleh sahabat Nona dan bodohnya anak buahnya tidak mengetahuinya sama sekali.     

"Bos Bram, kami akan cari mereka, bos Bram jangan takut karena mereka tidak akan bisa lari lagi, kami yang akan cari dia sampai ketemu, bos tenang saja," ucap Sanusi kepada Bram yang berjalan dengan leher yang diperban.     

"Cari tahu, kamar siapa yang mereka masukkin itu, saya mau tahu semuanya, jika itu kamar Nona maka rumah sakit ini akan aku tuntut," ucap Bram dengan tegas.     

"Baik, kami akan cari tahu kamar inap siapa yang mereka masukki," jawab Sanusi.     

Sanusi mengantar Bram sampai di mobil, Bram masuk ke dalam mobil. Mobil Bram langsung meluncur meninggal kan rumah sakit, Bram merebahkan kepalanya, dia masih merasakan tubuhnya sakit terlebih di lehernya.     

"Pak Bram, apa anda baik-baik saja?" tanya pak supir yang melihat bosnya pucat dan lehernya ada perban.     

"Iya, saya baik." Bram menjawab singkat karena dia enggan untuk berlama menjawab pertanyaan dari orang.     

Pak supir tidak lagi bertanya, pak supir langsung melajukan mobil menuju rumah Bram. Di rumah sakit, Sanusi masih mencari siapa yang di rawat di rumah sakit itu, Narsih yang masih di rumah sakit mengikuti anak buah Bram, dia ingin tahu apa yang mereka lakukan.     

"Bos, bos yakin kita akan mencari tahu siapa yang ada di ruangan itu? Takutnya kita salah lagi seperti tadi, bos lihat kan ada hantu itu di sana, siapa tahu kita ketemu dengan dia lagi, bos Bram saja sudah terluka apa lagi kita, saya tidak mau, saya takut sumpah bos." Anak buah Sanusi langsung merapat ke Sanusi mereka tidak berani untuk tidak berjauhan dengan bos mereka.     

Sanusi yang di pepet oleh mereka semuanya hanya bisa pasrah dan tidak bisa berkata apapun. Sampai di ruangan inap yang tadi, dokter dan suster keluar, Sanusi berpura-pura berjalan menjauh, setelah keduanya tidak terlihat, Sanusi kembali lagi dan tentu saja dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini, dia yakin kalau itu calon istri dari bos Bram.     

"Bos, jangan masuk, lebih baik kita pergi saja dan jangan sampai dia datang dan membunuh kita di sini, yang ada pulang-pulang kita jadi mayat bos, saya takut, sumpah bos. Kita pulang saja ya," ucap anak buah Sanusi yang menahan bosnya untuk tidak masuk.     

Sanusi melihat anak buahnya yang ketakutan karena ingin masuk ke dalam ruangan itu, tapi Narsih mulai merubah wajahnya menjadi wanita cantik, Narsih berpura-pura menjadi keluarga pasien yang tadi. Sanusi dan anak buahnya yang berdebat akhirnya terdiam sesaat karena melihat sosok wanita cantik keluar dari ruangan itu.     

Sanusi terdiam karena dia melihat wanita cantik berada di ruangan yang bos Bram masukki tadi dan membuat bos Bramnya terluka.     

"Bos, dia hantu apa manusia?" tanya anak buah Sanusi kepada Sanusi.     

Sanusi tidak menjawab apapun, dia diam dan memandang wanita yang di depannya yang tersenyum padanya. Narsih sengaja membuat Sanusi terhipnotis dengan dirinya dengan begitu dia akan membunuhnya.     

"Mau cari siapa ya?" tanya Narsih dengan sopan dan lembut.     

"Maaf, tadi bos saya ke sini dan dia ketinggalan sesuatu, apa boleh saya mencarinya?" tanya Sanusi yang berkilah di hadapan Narsih.     

Narsih yang tahu akal bulus Sanusi menganggukkan kepala dan membuka pintu kamar yang Bram masukki tadi, Deki yang terbaring sudah lebih dulu di pindahkan kembali, dia mengganti posisi Deki dengan nenek-nenek renta yang tentu sudah meninggal, Narsih mengambil nenek-nenek itu dengan cepat.     

"Si-siapa yang sakit?" tanya Sanusi kepada Narsih.     

"Nenek saya, dia sakit jantung jadi di rawat di sini, apa bos kalian menjatuhkan sesuatu di ruangan nenek saya?" tanya Narsih kepada Sanusi.     

Brakk!     

Pintu tertutup dengan cukup keras, Sanusi dan anak buahnya terlonjak dan menatap ke arah pintu yang Narsih tutup.     

"Maaf, nenek saya tidak ingin kebisingan, dia ingin tenang, agar saat dia pergi dari dunia ini, dia akan tenang dan damai," ucap Narsih yang mendekati nenek-nenek yang dia bawa tadi.     

Anak buah Sanusi menelan salivanya, dia sedikit ketakutan karena melihat wanita cantik itu mengusap nenek-nenek itu, Sanusi melihat keanehan di wajah nenek-nenek itu, wajahnya pucat dan matanya juga terpejam tapi tidak bergerak sama sekali.     

"I-itu nenek mbak masih hidup kan?" tanya anak buah Sanusi yang melihat wanita tua itu sama sekali tidak bergerak sama sekali dan kaku.     

Anak buah Sanusi tidak ada yang berani mendekat mereka menjauh dan saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Salah satu dari anak buah Sanusi melirik ke bawah bankar, dia melihat tidak ada kaki wanita cantik yang sedang memeluk wanita tua, dia juga tidak duduk dia berdiri, tapi kakinya tidak ada sama sekali.     

"Dia bukan manusia, dia setan eh bukan dia hantu, dia pasti hantu wanita yang mencelakai bos Bram." pikirnya dalam hati yang mulai keringatan.     

"Bos, lebih baik kita pulang saja, dari pada kita seperti bos Bram, dia bukan manusia, dia hantu wanita yang tadi, aku melihat ke arah bawah, kakinya tidak ada dan tidak jejak di lantai, ayolah bos, ingat nyawa kita, kalau bos mau di sini tidak apa, saya akan keluar," ucap anak buah Sanusi yang melihat kaki Narsih tidak menapak di lantai.     

Rekan pria tadi melihat ke arah rekannya yang berbisik dan mengatakan hal itu ke bosnya, tentu membuat mereka ketakutan. Mereka semua melihat ke arah bawah dan benar saja kaki wanita atau kaki Narsih tidak jejak di lantai.     

"Be-benar bos, dia hantu bukan wanita cantik dan aku yakin wanita tua itu mayat bos, ay-ayo kita pergi sekarang," ucap anak buah Sanusi yang lain kepada bosnya.     

Sanusi melihat ke arah Narsih yang masih belum bergeming dan masih menunggu Sanusi bertindak. Narsih tahu kalau dirinya sudah ketahuan oleh anak buah Sanusi.     

"Aku rasa kita harus bertanya, aku yakin dia pasti menyembunyikan calon bos Bram. Aku penasaran dengan ruangan ini," ucap Sanusi yang tidak mau pergi dari ruangan ini karena dia belum menemukan jawaban sama sekali.     

"Bos, ini cari mati namanya, jangan seperti ini bos, aku tidak ingin mati bos, kalau bos tetap ingin bertanya, silahkan, saya tidak akan ikut saya pulang," ucap anak buah yang melihat kaki Narsih yang mengambang untuk pertama kalinya.     

Sanusi yang mendapat desakkan dari anak buahnya mulai ragu, untuk meneruskan pencariannya, dia ragu ingin bertanya kepada wanita ini. Sanusi memutuskan untuk pergi, dia berjalan mendekati pintu keluar bersama dengan anak buahnya. Narsih tersenyum smirk melihat anak buah Bram kabur.     

"Mau kemana kalian?" tanya Narsih dengan suara datar dan dingin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.