Dendam Winarsih

Aku Membencimu Narsih



Aku Membencimu Narsih

0Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh Sanusi mengebrak meja, dia tidak mempercayai siapapun dan emosi Bram meluap karena Sanusi tidak mau membantu dia menemukan Nona.     

"Kurang ajar, mereka tidak mau menemukan Nona, aku yakin ini Narsih yang membawa Nona dan menyerahkan ke Dino, aku sangat yakin itu, awas kamu, aku akan buat kamu menyesal Dino, karena sudah merampas milikku," ujar Bram dengan suara datar dan wajah yang merah padam.     

Narsih melihat Bram yang emosi, hanya tersenyum, dia senang Bram tidak bisa menemukan Nona dan Dino.     

"Aku akan mengawasi kamu Bram, aku akan membuat kamu perlahan menyerah dan melepaskan jimat itu aku akan buat kamu tidak akan bisa berbuat apapun, aku hanya ingin kamu mati Bram, dengan begitu aku akan tenang Bram," ucap Narsih yang puas karena Bram ditinggalkan anak buahnya.     

Sanusi yang berada di markas menunggu kedatangan tamu, dia menunggu dengan sabar, anak buah Sanusi masuk dan membawakan tamu yang Sanusi tunggu. Sanusi yang melihat kedatangan tamunya bangun dan mengecup tangan tamunya dengan penuh hormat.     

"Maaf, karena yang jemput mbah anak buah saya, silahkan duduk," jawab Sanusi kepada mbah Agung.     

Mbah Agung yang melihat Sanusi tersenyum, dia duduk di depan Sanusi dengan santai. Mbah melihat sekeliling markas Sanusi, gelap dan benar-benar membuat siapapun takut untuk masuk ke sini, tapi tidak dengannya. Mbah Agung juga melihat ke arah leher Sanusi.     

"Apa makhluk gaib yang mencekik kamu Sanusi?" tanya mbah Agung.     

Sanusi dan anak buahnya yang mendengar apa yang di katakan oleh mbah Agung mengangga, dia tidak percaya kalau mbah Agung tahu kalau lehernya luka karena mahkluk gaib. Sanusi mencodongkan badannya ke arah mang Agung.     

"Tunggu dulu, apa mbah katakan tadi? Kalau aku dicekik oleh makhluk gaib, mbah tahu dari mana?" tanya Sanusi yang bingung karena mbah Agung lehernya luka.     

"Kamu itu sudah terlihat jelas dan itu tidak bisa kamu tutupi aku tahu itu dan aku tidak mungkin tidak mengetahuinya, walaupun di tutup seperti itu. Makhluk itu mencari pria yang membunuhnya, jadi jika kamu mendekati dia maka kamu akan kena imbasnya dan tahu tidak kamu, jadi jangan dekati makhluk itu jika tidak ada penangkalnya, mati konyol kamu, tahu kamu," terang mbah Agung kepada Sanusi     

"Dia Narsih mbah, dia juga yang membuat aku seperti ini dan bos Bram juga sama, kamu ingin mencari calon istrinya dan sekarang kami di larang untuk mencari calonnya karena sosok ini, apa mbah bisa bantu kami?" tanya Sanusi kepada mbah Agung yang menatap dia dengan tatapan datar.     

"Bos kamu yang membunuh dia, makanya dia mengejar bos kamu, dia sungguh sadis membunuh sosok ini, saat dia baru menikah, dia dan ke tiga temannya juga ikut membantu, kejam sekali, apa kamu tahu apa masalahnya kenapa dia mau membunuh bosmu itu ke kalian semua? Tidak kan? Jadi, kalian hanya ikut saja dan lihat yang terjadi kalian habis dengan sosok itu, kalian lebih baik menyingkir dan jangan buat masalah lagi, cukup sudah kalian bantu dia, jangan kalian ikut campur jika ingin selamat dari dia," ucap mbah Agung.     

Sanusi terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh mbah Agung, dia tidak mau membantu, tapi karena dia ingin membalas jasa bos Bram dia jadi ingin membantu bos Bram untuk menemukan calon istri bosnya itu.     

"Saya akan bantu, saya tidak mau untuk tidak membantunya, dia banyak jasa tolong bantu kami, kasih kami penangkal atau apapun itu, karena kami ingin membuat hantu itu kabur dari kami dan tidak mendekati kami, kami hanya mengintai orang dan setelah tahu kami akan menyerahkan ke bos Bram, hanya itu saja mbah Agung, boleh iya kami bantu dia," ucap sanusi yang memohon bantuan dari mbah Agung.     

Mbah Agung akhir menganggukkan kepalnya, dia menyetujui apa yang Sanusi katakan, dia akhirnya melakukan ritual untuk Sanusi. Bram yang masih meredam emosinya tanpa sengaja melihat sekelebatan bayangan putih dan dia mengikuti bayangan tadi.     

"Aku yakin itu pasti Narsih, jika tidak mana mungkin dia memperlihatkan sosoknya kepadaku, aku yakin itu," gumam Bram yang terus mengikuti Narsih.     

Bram keluar dari kamarnya dan sampai di balkon atas rumahnya, sosok itu berhenti di depan Bram, sosok itu berbalik dan melihat ke arah Bram, sosok yang Bram duga itu adalah Narsih, Narsih akan sering muncul di hadapan Bram, dia tidak peduli sama sekali, dia hanya ingin membuat Bram tidak bisa melakukan hal yang membuat Dino atau Nona celaka.     

"Apa sekarang kamu sudah menjadi penguntit? Jika iya, maka aku salut dengan kamu, kamu begitu giat sekali untuk membunuhku, aku sudah katakan ayo bunuh aku, jika itu yang membuat kamu merasa puas, jika tidak, maka aku akan buat kamu musnah, aku pastikan sebelum kamu membalaskan dendam kamu, aku sendiri yang akan membuat kamu musnah Narsih, aku jamin itu," ucap Bram kepada Narsih.     

"Aku tidak akan takut, silahkan kamu lakukan, aku akan buat kamu musnah bersama aku Bram, aku tidak peduli masa lalu aku dan suamiku, aku hanya mau menuntut balas atas semuanya, aku ingin kamu merasakan sakitnya di siksa, aku pastikan kamu akan menderita Bram," ungkap Narsih dengan mata yang penuh dendam.     

"Aku membencimu Narsih, sangat membencimu, aku pastikan kamu akan hancur, walaupun aku harus kehilangan jimatku, dan aku kehilangan nyawaku, aku tidak akan pernah tenang jika kamu tidak ikut bersamaku, ingat Narsih dendamku lebih besar dari kamu, dan aku pastikan kamu akan hancur dan ya, aku pastikan juga kita akan bertemu di neraka, ingat itu, dasar munafik kamu," ucap Bram yang langsung pergi dari hadapan Narsih.     

Bram menutup pintu dan membanting pintu dengan kejam, dia benar-benar membenci Narsih, dia tidak akan melepaskan Narsih, apapun yang terjadi, dia ingin Narsih ikut merasakan dendam dia.     

Drt ... drt ...     

Bram melihat panggilan telpon dari Sanusi, dia geram dan masih emosi dengan Sanusi. Bram enggan angkat panggilan dari Sanusi tapi, mau tidak mau dia harus angkat telpon dari Sanusi.     

"Halo, ada apa?" tanya Bram.     

"Bos saya harap bos dengar apa yang saya katakan jangan menjawab cukup ikuti apa yang saya katakan," ujar Sanusi kepada Bram.     

Bram mendengarkan apa yang dikatakan oleh Sanusi, dia hanya diam dan tidak bersuara sampai selesai Sanusi bicara, Bram baru mengeluarkan suaranya.     

"Lakukan apa yang menurut kamu benar, aku akan menunggu hasilnya," jawab Bram kepada Sanusi.     

Panggilan berakhir, Bram tersenyum mendengar rencana anak buahnya dan tentu membuat rencana yang baik, Bram berharap semuanya berjalan sesuai dengan yang dia harapkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.