Dendam Winarsih

Kita Gagal Mbah



Kita Gagal Mbah

0Sanusi yang berada di rumah mbah Agung yang dia sewa untuk mencari keberadaan pria yang bosnya katakan tersebut. Dia melihat mbah Agung sibuk membaca mantra.     

"Aku rasa kita tidak gagal bos," bisik anak buah Sanusi yang melihat mbah Agung yang membaca mantra dengan cara yang sedikit aneh.     

"Jangan berbicara seperti itu, nanti yang ada kamu akan di santet oleh dia, habis kamu, mau kamu hmm?" tanya Sanusi kepada anak buahnya.     

Sanusi memandang ke arah anak buahnya dan anak buahnya geleng kepala ke arah bos Sanusi. Sanusi memandang ke arah mbah Agung yang berkomat kamit dan meja ritualnya juga terlihat bergerak cukup kencang, mangkok ritual dari tanah liat bergerak dan berguncang, isinya juga berguncang cukup kencang dan tentu membuat mbah Agung kewalahan.     

"Siapa yang berani melawanku, aku akan buat dia hancur, kalian cepat pergi ke sana, dan bawa pria itu ke sini cepat," ucap mbah Agung kepada yang anak buahnya yang tidak lainnya adalah ular siluman.     

Sanusi melihat mbah Agung berbicara kepada seseorang tapi tidak kelihatan, Sanusi hanya mendengar suara derit yang dia menduga suara itu mirip suara ular.     

"Bos, dengar tidak? Ada suara derit binatang yang meliuk-liuk itu dan aku menduga itu adalah ular, tapi kenapa tidak ada ya?" tanya anak buah Sanusi.     

"Mungkin ularnya tidak kita lihat, tapi dilihat mbah Agung." Sanusi menjelaskan apa yang mungkin terjadi.     

Sejak di antar oleh anak buahnya, mbah Agung meminta Sanusi datang ke rumahnya dan dia datang ke rumah mbah Agung dan dia melakukan ritual, Sanusi memberikan foto Dino kepada mbah Agung dan foto yang lainnya, mbah Agung juga mengerti arti pria ini untuk wanita yang Sanusi katakan. Mbah Agung sengaja menargetkan Dino untuk mendapatkan wanita itu.     

Dan di sinilah Sanusi berada menunggu ritual mbah Agung selesai. Sanusi yang merasakan punggungnya tersentuh sesuatu tapi tidak terlihat sama sekali.     

"Bos, ada yang menyentuhku, aku merasa ini benar-benar menakutkan, apa kita tidak bisa pulang saja bos, " bisik anak buah Sanusi ke telinga bosnya.     

"Jangan berisik, nanti mbah Agung dengar, tutup mulut kalian," ucap Sanusi kepada anak buahnya.     

Anak buahnya terdiam dan menganggukkan kepala, tidak ada percakapan lagi, mereka memandang ke arah mbah Agung yang sedang melakukan ritualnya.     

Brakkkk!     

Pintu yang tertutup terbuka dengan lebar dan membuat Sanusi dan anak buahnya melamun karena melihat pintu rumah mbah Agung terbuka langsung terkejut dan memandang ke arah pintu.     

"Pintunya terbuka itu, kenapa ya, bos," ucap anak buah Sanusi yang merapat ke arah bos Sanusi.     

"Saya tidak tahu, karena kita kan sama-sama di sini," ucap Sanusi lagi.     

Lagi-lagi ritual mbah Agung gagal, kendi yang dia pakai untuk ritual langsung terlempar dan membuat mbah Agung tercampak ke belakang, Sanusi yang terkejut melihat mbah Agung tercampak ke belakang.     

"Mbah, mbah nggak apa-apa?" tanya Sanusi kepada mbah Agung yang tercampak.     

Sanusi mendekati mbah Agung dan membantu mbah Agung bangun, meja ritual mbah Agung berserakan. Anak buah Sanusi menelan salivanya, dia melihat ular siluman itu tergeletak di lantai yang pintunya terbuka tadi.     

Anak buah Sanusi mendekati bosnya dan duduk di sebelah Sanusi. Sanusi yang melihat ular yang tadi menyenggol dirinya dan anak buahnya berada di dekat pintu yang terbuka dan tidak bergerak.     

"Mereka berhasil membunuh anak buahku yang terkuat, dia benar-benar sakti, ustad itu benar-benar luar biasa dan dia juga yang mengalahkan dia, aku tidak terima anak buahku yang kuat dan sakti itu mati dengan mudahnya. Aku akan pastikan, dia habis dan tentu saja dia akan aku buat hancur," ucap mbah Agung yang sedih dan marah melihat anak buah siluman ularnya mati dan menghilang begitu saja.     

"Jadi, mereka dilindungi oleh ustad mbah?" tanya Sanusi lagi.     

"Iya, dan ada juga sosok gaib yang mencekik kamu, dia sudah membunuh dukun yang terkuat juga, dia tidak bisa kita kalahkan, sama sekali tidak bisa kita kalahkan," ucap mbah Agung kepada Sanusi.     

Sanusi terdiam karena mendengar apa yang dikatakan oleh mbah Agung, dia juga tidak tahu harus apa, Sanusi melihat ke arah anak buahnya yang di sebelahnya.     

"Apa yang lainnya berada di kantor berita mereka? Jika iya, ikuti mereka, aku yakin mereka akan pulang, dan setelah itu minta mereka kabari aku jika sudah ketemu dengan mereka, paham kamu?" tanya Sanusi kepada anak buahnya.     

"Baik bos, aku akan tanyakan mereka dan akan meminta mereka untuk mengabari bos," ucap anak buah Sanusi lagi.     

Sanusi yang mendengar apa yang anak buahnya katakan menganggukkan kepala, dia melihat mbah Agung yang sudah duduk dan membersihkan meja ritualnya, dia juga merasakan sakit di punggungnya akibat hentaman ke dinding.     

"Kalian pulang saja, karena kita belum bisa melawannua, aku akan kabari nanti," ucap mbah Agung kepada Sanusi.     

"Iya, kami pulang sekarang. Tapi mbah, saya mau tanya, apa kita gagal mbah?" tanya Sanusi lagi.     

Dia masih belum percaya dukun yang sakti gagal menghadapi ustad yang hanya ilmunya sedikit. Mbah Agung menganggukkan kepala ke arah Sanusi.     

"Tadi aku sudah katakan, kita gagal, itu karena ustad tadi yang membantu mereka semuanya, jadi kita pikirkan lagi, aku harap kita tidak ketemu hantu itu, jimat itu tidak seperti jimar bos kamu, dia terlindungi dengan jimat itu," ucap mbah Agung kepada Sanusi.     

Sanusi yang mendengar apa yang dikatakan mbah Agung terdiam, bosnya ada jimat dan sakti, sepertinya aku harus ambil tapi kenapa waktu itu bosnya bisa di cekik kalau sakti pikir Sanusi dalam hati.     

"Kalau begitu kami pulang, kabari aku ya mbah," ucap Sanusi kepada mbah Agung.     

Mbah Agung mengganggukkan kepala dan melihat kepergian Sanusi. Mbah Agung mulai menyelesaikan semuanya peralatan ritualnya yang berserakan, dia melihat ular silumannya yang sudah mengecil dan menghela nafas.     

"Aku akan hidupkan kamu lagi, tapi aku butuh banyak tumbal, jika tidak maka kamu tidak akan bisa kembali seperti semula." mbah Agung menyimpannya di dalam kendi dan meletakkannya di kamar khusus.     

Sanusi yang sudah di dalam mobil masih memikirkan apa yang di katakan oleh mbah Agung dan tentu membuat dia ingin melihat jimat bos Bram yang katanya sakti.     

"Bos, mereka belum melihat mereka keluar dari gedung bos, mobilnya juga masih di kantor itu, apa yang harus kita lakukan?" tanya anak buah Sanusi kepada Sanusi.     

"Mereka belum keluar? Tidak mungkin, bukannya anak buah mbah Agung sudah ... ahhh, minta mereka lebih teliti lagi, aku mau cepat mereka menemukan calon istrinya bos Bram," jawab Sanusi yang ingin anak buahnya terus mengikuti Dino dan yang lainnya.     

Sanusi tidak tahu kalau mereka melewati jalan darurat dan sekarang sedang di mobil pak ustad Mahdi, dan mereka juga melihat anak buah Bram mengintai mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.