Dendam Winarsih

Dia Tahu Juga



Dia Tahu Juga

0Dino tidak menyangka kalau kalau Bram ada di sana dan dia tahu dari mana Deka ada di mana pikir Dino yang melihat Bram di sana.     

"Kenapa dia di sana ya?" tanya Paijo yang masih bingung.     

"Aku tidak tahu, karena aku tidak tanya pada dia," ucap Ian yang menyahut apa yang Paijo katakan.     

Paijo hanya diam dan tidak berkata apapun lagi, dia hanya mendengus kesal mendengar apa yang di katakan oleh Ian.     

"Aku tanya yang benar, bukan malah kamu berkata seperti itu," ucap Paijo kepada Ian.     

"Kamu juga aneh tahu tidak, aku tidak tahu dia ke sini tapi mbak manis Dino mungkin tahu, mbak coba kasih tahu eh, kemana dia?" tanya Ian kepada Narsih tapi yang di tanya tidak kelihatan sama sekali.     

"Nah, kemana tuh mbak manis mas Dino, apa dia di dekat Bram?" tanya Toni yang ikut mencari Narsih.     

"Aku rasa dia ke sana, coba lihat itu, Bram seperti orang yang merasakan sesuatu, apa Narsih di sana, tapi kenapa kita tidak melihatnya?" tanya Paijo yang melihat Bram begitu gelisah.     

Ian dan Toni juga tidak melihat Narsih di dekat Bram. Pak ustad tersenyum melihat Narsih yang di samping Bram pria yang mereka sebutkan tadi.     

"Dia di samping pria yang kalian sebutkan itu, aku melihatnya," ucap pak ustad kepada Dino dan yang lainnya.     

Dino melihat ke arah pak ustad dan pak ustad menganggukkan kepala ke arah Dino. Mereka perlahan mengikuti Bram dia ingin ke ruangan Deka dan membawa perawat yang membewa kursi roda masuk ke dalam.     

Bram yang mengetahui Deka di rumah sakit itu dari anak buahnya Sanusi dia juga tidak tahu harus percaya atau tidak, Bram memberanikan ke rumah sakit ini, dia geram dengan Deka karena ingin membongkar semua yang dia lakukan, dia juga meminta anak buahnya menyamar tapi anak buahnya tidak terlihat sama sekali, Bram tidak tahu kalau anak buahnya sudah meninggal di bunuh oleh Narsih dan sekarang Narsih menunggu Bram datang dan benar Bram datang.     

Narsih sudah memindahkan Deka kembali, tanpa sepengetahuan siapa pun. Dia sudah berjanji kalau Deka untuk menyelamatkan dia, jadi dia menyelematkan Deka, walaupun Deka yang sudah ikut membunuhnya dan melecehnya tetap dia tidak bisa membalasnya karena anak Deka pun mengharap sang ayah kembali, Narsih dilema dengan apa yang terjadi.     

"Narsih, aku tahu kamu di sini, serahkan dia," ucap Bram saat dia tidak melihat Deka di dalam kamar dan dia juga tidak melihat anak buahnya sedari tadi, dia punya firasat kalau Narsih lah yang membunuhnya.     

"Hahahah, aku tidak tahu, siapa yang kamu maksud Bram? Aku tidak tahu sama sekali," ucap Narsih kepada Bram dengan tawa yang besar.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh Narsih hanya mengepalkan tangannya dan tentu membuat amarah Bram emosi dan juga tidak terima, dia yakin Narsih lah yang mengambil tubuh sahabatnya itu.     

"Serahkan, aku tahu kamu tahu, jika tidak dari mana kamu ke sini, aku tahu kamu itu hantu penipu, sampai kapan pun kamu tidak akan mendapatkan nyawaku, aku tidak akan pernah mati, apapun yang akan kamu lakukan tidak akan pernah bisa membuat aku mati Narsih ingat itu," ucap Bram dengan wajah sombong dan angkuhnya.     

"Aku akan pastikan kamu akan habis, aku pastikan itu, aku tidak akan biarkan kamu senang Bram, aku akan pastikan kamu tidak akan merasakan kebahagiaan sama sekali, sekarang tunggu saja, aku akan melepaskan kamu, selamat mencari Bram, sampai kapanpun kamu tidak akan bisa lepas dariku hahahaha, habis kamu Bram, tunggu saja," ucap Narsih kepada Bram dengan tawa yang menggema.     

"Sialan kamu Narsih aku akan pastikan kamu hancur, aku pastikan kamu lenyap, aku pastikan itu," geram Bram karena dia tidak terima Narsih mengejeknya.     

Bram pergi dari ruangan inap Deka, dia benar-benar kesal, apa lagi saat dia di sini polisi ada di dekat ruangan inap Deka, dia hanya berbicara kepada suster dan perawat saja sedangkan dia tidak tahu ada pembunuhan, cuma garis kuning, dia berpikir jika ada yang mau mencelakai Deka lagi, jadi dia segera meminta dipertemukan oleh Deka tapi nyatanya Deka tidak ada sama sekali.     

"Di mana anak buahku yang lain, kenapa tidak ada, anak buah sanusi ini benar-benar membuat aku benci dengan dia, kemana mereka semuanya dan apa yang terjadi kenapa polisi banyak sekali, bukannya ada orang yang mau membunuh Deka tapi kenapa dia tidak ada pelakunya," ucap Bram kepada dirinya sendiri.     

Narsih masih mengikuti Bram dia mau pastikan Bram pulang dan dia mau Bram tidak menganggu Dino dan yang lainnya.     

"Aku harus cari tahu itu dan aku yakin dia pasti tidak jauh dari rumah sakit ini, Deka pasti di sembunyikan oleh Narsih, jika tidak mana bisa dia jalan sendiri." Bram masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku belakang, Bram masih melamun, dia tidak tahu ada kepala yang Narsih bawa, Narsih meletakkan kepala anak buah Bram.     

Narsih menepuk pundak supirnya untuk jalan, pak supir yang mendapatkan tepukkan di pundak menganggukkan kepala dan melajukan mobil menuju rumah majikannya. Bram memijat keningnya dan menatap ke arah samping.     

Bram terkejut karena melihat ada kepala di sebelahnya dan yang makin dia terkejut adalah kepala milik anak buahnya yang dia cari sedari tadi.     

"Ini, bukannya anak buahku, pak kenapa ada kepala di sini?" tanya Bram yang bergeser ke arah samping, dia takut jika itu kepala Narsih yang menjelma dan berusaha menakuti dia.     

Pak supir yang mendengar majikannya mengatakan ada kepala di samping tempat duduk majikannya menghentikan laju mobilnya dan melihat ke arah belakang, pak supir yang melihatnya mengangga dan melihat ke arah Bram.     

"Pak, itu kepala siapa?" tanya pak supir Bram yang terkejut karena dia melihat ada kepala tanpa badan dan itu sangat mengerikan.     

"Saya yang harus tanya, bukan bapak, karena saya tadi di luar, bapak di mobil kan, coba bapak ingat baik-baik, apakah ada yang masuk ke mobil ini, ini bisa jadi kriminal pak, duh, itu anak buah saya pak, bagaimana ini ya," ucap Bram yang takut jika dia di tuduh oleh polisi.     

Bram tahu ini pasti kerjaan si Narsih dan tidak mungkin, kerjaan orang, mana berani orang melakukan ini. Pak supir keluar dan membuka pintu belakang tempat Bram duduk dan berusaha mengambil kepala yang ada di samping dengan kayu yang dia jumpai di jalan.     

"Mau kamu apakan itu?" tanya Bram kepada pak supir.     

"Saya buang pak Bram," jawab pak supir kepada Bram yang berusaha membuang ke sisi satunya hingga kepala tadi berguling dan jatuh ke luar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.