Dendam Winarsih

Teror Narsih



Teror Narsih

0Pak supir yang membuang kepala gaib yang ada di sisi Bram dengan wajah ketakutan, Bram membiarkan pak supir membuang kepala itu, pak supir Oyong sebenarnya takut, dia takut memegang kepala itu tapi mau tidak mau dia harus mau.     

"Akhinya, terbuang juga ini kepala, siapa yang main buang saja, aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi, duh aku merasakan jika bosnya di teror hantu yang sering bosnya katakan. Hantu Narsih, mungkin ini teror Narsih, ihh, serem sekali," ucap Pak Oyong yang bergegas mutar dan masuk kembali ke dalam mobil.     

"Buang di mana tapi pak Yong?" tanya Bram kepada pak Oyong yang sudah masuk dan mulai menjalankan mobil meninggalkan tempat dia membuang kepala itu.     

"Di semak sana pak, dan saya pastikan aman pak," jawab pak Oyong kepada Bram.     

"Baiklah, kalau begitu, saya sedikit lega dan tentu membuat saya bisa bernafas lega," ucap Bram kepada pak Oyong.     

Mobil terus melaju meninggalkan tempat pembuangan kepala yang Narsih letakkan di sisi Bram. Tidak berapa lama mobil sampai di rumah, Bram langsung turun dan bergegas masuk ke dalam rumah, tubuhnya sudah gerah karena keringat yang membasahi tubuhnya.     

"Duh, gerah sekali tubuhku ini, rasanya aku tidak nyaman dengan keringat ini, sial sekali, Narsih sudah berani, mengancamku dan meneror aku, lihat saja, aku akan pasti dia akan musnah dari hidupku, sebelum dendamnya terbalaskan aku pastikan dia akan pergi dan berada di neraka selamajya," gumam Bram yang sekarang sudah berada di dalam kamarnya.     

Bram membuka pakaiannya satu persatu, dia ingin segera menguyur tubuhnya yang lengket, Bram mengambil sikat gigi sebelum mandi, namun saat dia berada di cermin, Bram terkejut karena melihat tubuhnya luka dan mengeluarkan cairan merah.     

"I-ini apa? Ke-kenapa ada di tubuhku, dan apa yang terjadi dengan tubuhku ini, dan aroma tubuhku kenapa bau bangkai," gumam Bram yang merasakan aroma tubuhnya tidak sedap dan terlihat tidak baik-baik saja.     

Bram perlahan memegang lukanya dan lukanya mengeluarkan ulat belatung dan tentu saja Bram terkejut dan gemetar. Tangan Bram mengigil karena sekali dia menyentuh kulit yang terluka, kulitnya mengelupas.     

"Akhhh, sakit sekali tubuhku, ada apa dengan tubuhku ini, kenapa sesakit ini, akhhhh, perih sekali rasanya." Bram mengerang karena lukanya sangat sakit dan tubuhnya benar-benar merasakan sakit yang teramat dalam.     

Narsih yang berada di rumah Bram yang mendengar jeritan Bram tersenyum, dia senang akhirnya efek dari jimat itu terlihat. Narsih yang selama ini tidak terlihat di hadapan Dino selain melihat anak Deka dan Deki, dia juga pergi ke desanya tepat di rumah kedua orang tuanya, dia melihat kedua orang tuanya berdoa dan solat bersama menyebut namanya dan kedua orang tuanya meminta kepada sang Pencipta untuk diberikan dia ketenangan untuk jiwanya.     

Narsih yang melihat kedua orang tuanya menangis dalam solat, tidak sanggup mengatakan apapun, tubuh renta kedua orang tuanya membuat dia bersumpah akan membuat Bram menerima balasannya. Deki dan Deka yang sudah melepaskan jimatnya tidak merasakan apa yang Bram rasakan dan juga Diman rasakan.     

"Aku ingin tanah yang mereka ambil akan membuat tubuh mereka melepuh dan terluka, aku pastikan mereka akan mendapatkan hukuman dari apa yang mereka perbuat ke aku, aku bersumpah, tubuh mereka akan mengeluarkan aroma dan ulat akan menggerogoti mereka hingga nafas mereka terakhir," gumam Narsih yang berdiri di depan makamnya yang ada di samping rumahnya.     

Dan sekarang ini, Narsih berada di rumah Bram dan menyaksikan sumpahnya di depan kuburan dan tentu membuat dia senang.     

"Satu persatu sumpah yang aku ucapkan di depan makamku akan terwujud dan aku pastikan dia akan mendapatkan semuanya, aku memang tidak akan bisa menyentuh untuk membunuhnya, tapi aku pastikan jimat itu yang akan membuatmu melepaskan dengan sendirinya.     

"Akhhhh," teriakkan terus menerus terdengar dari mulut Bram.     

Bram merasakan tubuhnya benar-benar sakit, Narsih lagi-lagi membawa kepala anak buahnya Bram, dia meletakkan kembali di tempat tidur Bram, dia ingin meneror Bram, dia tidak mau Nona terlibat lagi, dia merasakan kasihan kepada Nona yang selalu mendapatkan masalah.     

Bram yang sudah selesai membersihkan semua luka dan membuang ulat yang ada di tubuhnya, dia benar-benar lelah karena ulat dan luka di sekujur tubuhnya, setelah menutup luka, Bram berjalan keluar ke arah kamar ganti pakaian dan tentu membuat dia kesulitan memakai pakaian.     

"Aku ingin tidur dan kepalaku pusing sekali, besok aku ke rumah sakit, aku mau periksa luka ini, aku harap semua luka ini sembuh," gumam Bram dengan pelan.     

"Bram, kamu mau lukamu sembuh? Jangan bermimpi kamu, aku tidak akan membiarkan kamu sembuh Bram, aku sudah bersumpah, aku akan membalaskan dendamku Bram, dengan bersumpah di depan makamku, siapapun yang memakai jimatku akan aku buat dia merasakan sakit dan sekarang sakit yang kamu alami ini dari jimat tanah kuburan yang kamu ambil," ucap Narsih yang masih berdiri di dalam kamar Bram.     

Bram yang selesai memakai pakaian, langsung keluar dari kamar, Bram tidak mengetahui ada kepala di dekat ranjangnya, dia berjalan gontai dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.     

"Ahhh, nyaman sekali, aku merasakan tubuhku benar-benar nyaman dan membuat aku tidak bisa berkata apa-apa, aku harus tidur badanku remuk sekali," gumam Bram yang memejam matanya dan mulai masuk alam mimpi.     

Bram merentangkan tangannya dan seketika, dia merasakan ada yang aneh di sebelah tempat tidurnya. Dia merasakan ada semacam kepala tapi apa pikirnya dalam hati. Bram membuka matanya dan melihat ke sisi sebelah kanannya dan mengangga ada kepala anak buahnya yang dia minta untuk membunuh Deka.     

"Akhhhh, tidak, apa itu!" pekik Bram yang terjatuh dari tempat tidur dikarena takut melihat kepala tadi.     

Bram keluar dari kamarnya dan di luar sudah ada pelayan Bram yang berlari mengejar majikan mereka yang menjerit.     

"Pak Bram ada apa?" tanya ketua pelayan yang menghampiri Bram.     

"Ada kepala manusia di kamarku, apa kalian tidak memeriksa kamarku saat kalian membersihkan kamarku itu hahh, sekarang kalian cek kamarku cepat, aku yakin, kepala itu pasti ada," ucap Bram yang sudah emosi dan jantungnya berdebar.     

Pak Oyong yang mendengar suara teriakkan dari pak Bram menyerngitkan keningnya. Dia masuk ke dalam dan melihat apa yang terjadi. Pelayan yang lain tidak ada yang berani mendekati kamar pak Bram.     

"Kenapa?" tanya pak Oyong kepada pelayan tua yang usianya sama dengan dirinya. Pelayan tua tadi yang ditanya oleh pak Oyong terkejut dan mengusap dadanya pelan dan menoleh ke arah belakang.     

"Yong, kami ini kagetin aja," ucap mbok Marni.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.