Dendam Winarsih

Teror Narsih 2



Teror Narsih 2

0Pak Oyong yang melihat ekspresi si mbok Marni hanya menyerngitkan keningnya, dia benar-benar tidak tahu harus apa saat ini, karena dia tidak membuat mbok Marni terkejut.     

"Saya kan tanya, bukan buat mbok terkejut, ada apa dengan pak Bram, kenapa dia berteriak? Apa ada kecoa di kamarnya? Makanya kalian ini bersihkan kamar dan rumah pak Bram itu yang benar jangan ngasal saja," ucap pak Oyong kepada mbok Marni.     

"Dih, sembarangan kamu ini, saya itu tidak mungkin membersihkan kamar pak Bram sembarangan, saya sudah berkerja dari pak Bram masih remaja, mana mungkin saya salah, kamu ini Yong, main nuduh saja," ucap mbok Marni.     

"Aku bukan nuduh, tuh, lihat pak Bram sudah marah dan kamarnya tidak bersih, apa itu yang kamu katakan sudah bersih," jawab pak Oyong kepada mbok Marni.     

Kepala pelayan yang merupakan suami mbok Marni turun ke bawah untuk menemui istrinya. Dia berjalan menuju ke ruang makan yang ada istrinya     

"Bu, cek kamar pak Bram, kalian semua ikut mbok Marni sekarang, katanya ada kepala di sana, saya kurang tahu kepala apa, kalian cek cepat bawa alat kebersihan kalian sana," ucap pak Djarot kepada para pelayan dan istrinya.     

Pak Oyong yang mendengar apa yang di ucapkan oleh pak Djarot mengangga, apa maksudnya kepala, pak Oyong bangun dan menarik pak Djarot dan menariknya ke belakang dapur. Pak Djarot yang tangannya di tarik oleh pak Oyong, menyerngitkan keningnya.     

"Ada apa kamu tarik tangan aku Djarot?" tanya pak Djarot kepada pak Oyong.     

"Saya mau tanyakan sesuatu, apa yang di maksud oleh pak Djarot? Kenapa mengatakan kalau di dalam kamar pak Bram ada kepala, maksudnya apa ya?" tanya pak Oyong yang penasaran dengan apa yang dikatakan oleh pak Djarot.     

"Kata pak Bram begitu, ada kepala, makanya yang lain ke atas, termasuk pengawalnya, mereka ingin periksa dan saya minta pelayan lain membersihkan kamarnya, jika pun ada seprai bisa di ganti dengan seprai yang baru, kenapa kamu tanya seprti itu?" tanya pak Djarot kepada pak Oyong.     

"Bukan apa-apa, sepertinya ini teror Narsih, itu hantu yang selalu ikuti pak Bram, tapi pak Djarot jangan katakan kepada yang lainnya," jawab pak Oyong kepada pak Djarot dengan wajah serius.     

"Nggak mungkin lah, mana ada orang yang meninggal meneror orang yang sudah masih hidup, kamu ini kebanyakan menghayal dan nonton film hantu kan, sudah lah, aku mau ke tempat pak Bram dulu," jawab pak Djarot.     

"Ini beneran, aku dan pak Bram baru mengalaminya dan aku yang membuang kepala itu dan kamu tahu tidak kalau sesungguhnya itu hantu kepala adalah anak buah pak Bram," ucap pak Djarot lagi.     

"Apa benar itu?" tanya pak Djarot yang seketika berubah menjadi Narsih.     

Pak Oyong yang melihat pak Djarot yang berubah menjadi Narsih seketika mundur dan mengigil, tubuhnya benar-benar sangat kaku karena dia melihat Narsih, dia salah sudah membuka apa yang dia ketahui tadi.     

"Pak Oyong, aku tidak ingin menyakitimu, tapi aku hanya katakan padamu, untuk jangan ikut campur dan jangan membuat aku membunuhmu juga, jika kamu melihat aku bersama Bram kamu jangan menceritakan ke siapapun dan jangan melindungi Bram," ucap Narsih kepada pak Oyong.     

Pak Oyong yang mendengar apa yang dikatakan oleh Narsih hanya diam dan tidak berkata apapun, dia takut karena berhubungan dengan Narsih, karena dia sudah melihat bagaimana kejamnya Narsih.     

"Aku tidak akan mengatakan apapun, aku janji, tolong jangan bunuh aku, aku hanya supir biasa dan aku tidak mungkin ikut campur dengan siapa pak Bram berhubungan aku hanya supir saja," ucap pak Djarot kepada Narsih.     

Narsih hanya diam dan memandang ke arah pak Oyong, dia tersenyum dan menghilang dari pandangan pak Oyong. Narsih kembali ke tempat Bram, Bram masih duduk di ruang keluarga atas, dia sangat benci dengan semua teror Narsih.     

Pak Oyong hanya bisa diam dan terduduk di lantai sambil menatap sendu dan kakinya lemas, dia tidak menyangka kalau Narsih akan menemui dia, dia hanya bisa lihat dari kejauhan saat majikannya bertemu dengan sosok itu, sekarang dia melihatnya secara langsung.     

"Pak Bram kenapa berani berhadapan dengan dia dan kenapa dia tidak takut sama sekali, aku saja yang melihat secara langsung dan di ancam saja sudah menggigil. Ini gila, apa salah pak Bram pada sosok itu, aku tidak tahu apa salah dia, pada sosok itu," ucap pak Oyong kepada dirinya sendiri.     

Pelayan dan pengawal Bram mencari kepala yang di maksud oleh majikannya itu, tapi mereka tidak melihat apapun di sana, tempat tidur majikan mereka juga tapi dan tidak ada kotoran apapun.     

Pengawal yang melihat kamar majikannya bersih keluar dan menghadap pak kepala pelayan, pak Djarot yang sedari tadi di atas sedikit terkejut istrinya datang tapi dia hanya diam dan menatap kedatangan mereka.     

"Pak, tidak ada apapun di dalam dan tidak ada yang kotor atau apapun di sana, apa pak Djarot tidak salah kah?" tanya pengawal Bram.     

Bram yang melihat anak buahnya datang dan menemui kepala pengawal langsung bangun dan menghampiri pengawal dan pelayannya itu.     

"Pak, tidak ada apapun, tidak ada kotoran sama sekali ataupun kepala yang pak Bram katakan tadi, jika pak Bram tidak percaya bisa kita ke dalam," ucap pak Djarot kepada Bram.     

Bram heran kenapa tidak ada kepala sama sekali, Bram tidak percaya kalau tidak ada sama sekali kepala, Bram yang tidak percaya langsung masuk, dia ingin melihat langsung kepala yang di tempat tidurnya.     

Bram yang masuk ke dalam kamarnya dan melihat di ranjangnya dan tidak melihat apapun di ranjangnya, kepalanya juga tidak ada sama sekali.     

"Kemana kepala yang tadi di sini, tidak mungkin hilang, sial, aku di teror lagi, aku benar-benar benci dia, aku sangat membenci dia, sangat membenci dia, awas kamu Narsih aku akan buat kamu menyesal sudah membuat aku malu di depan anak buahku," gumam Bram yang mengepalkan tangannya.     

Kepala pelayan yang melihat majikannya marah langsung meminta pengawal untuk meninggalkan kamar majikannya. Pengawal yang di minta untuk pergi dari kamar Bram langsung pergi.     

"Bu, kenapa bisa sampai di lantai atas, siapa yang meminta kamu ke atas?" tanya pak Djarot kepada istrinya.     

"Lah, bukannya bapak yang minta tadi bagaimana bapak ini," jawab mbok Marni kepada suaminya.     

"Kalau pak Djarot tidak percaya tanya pak Yong, dia juga tahu itu," ucap pelayan lainnya yang bergegas ke dapur untuk menyimpan peralatan kebersihan yang mereka bawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.