Dendam Winarsih

Kamu Bukan Nona



Kamu Bukan Nona

0Bram yang tahu itu bukan Nona mundur ke belakang, dia tidak mau Narsih yang di belakangnya sosok yang mengaku Nona itu mendekati dia dan dia tidak mau Nona yang di depannya ini membunuhnya.     

"Pergi, kamu bukan Nona, kamu bukan Nona, pergi sana, aku tidak mau mendekati kamu. Dengar kalian berdua, jangan mencoba menipu aku, Narsih apa dengan kamu menunjukkan, Nona, aku akan terpancing dan mengikuti kalian semuanya?" tanya Bram yang wajahnya sudah mengetat menahan amarah.     

Nona, Narsih yang melihat Bram mundur ke belakang, keduanya tertawa besar dan tentu membuat Bram hanya bisa menatap ke arah keduanya dan ingin rasanya dia membunuh keduanya, cinta untuk Nona tidak ada lagi terlebih dia melihat Nona dan Narsih sama-sama menertawakan dia dan tanpa Bram ketahui Nona juga membawa golok.     

"Bram, apa kamu tidak mencintaiku, apa kamu takut padaku? Apa sebegitu takutnya kamu padaku saat ini hmm? Jangan takut Bram, aku tidak akan membunuhmu, ini yang aku pegang untuk membunuh dia, lihatlah," ucap Nona yang dengan cepat membunuh Narsih dengan cepat.     

Sretttt!     

Nona langsung menyabet Narsih dengan cepat dan membuat kepala Narsih lepas dari kepalanya dan jatuh ke bawah. Bram menelan salivanya dia geleng kepala melihat Nona dan Bram tidak bisa berkata apapun, dia lari dan berharap ada yang menolongnya.     

Bram masih mendengar tawa Nona dan raungan minta tolong Narsih yang cukup kencang dan membuat Bram berlari dengan kencang. Bram tidak memperdulikan keduanya, dia terus berlari sampai di mana dia berhenti karena melihat di depannya ada ular berbisa.     

"Akhhh, apa ini, kenapa ada banyak ular di depan dan dari mana datangnya ini," ucap Bram yang mundur ke belakang, dia takut jika ular itu mulai mematuknya dan dengan cepat dia mundur ke belakang, dia benar-benar takut dan dia benar-benar tidak mau itu terjadi.     

"Bram, datanglah padaku, aku mohon padamu, aku mau kamu datang Bram padaku, sini Bram, datanglah padaku," ucap seseorang kepada Bram yang langkah kakinya berhenti.     

Ular yang di depannya menyemburkan bisanya dan berjalan ke arah Bram, ular berbisa yang di depan Bram begitu banyak dan membuat Bram benar-benar ketakutan dan membuat dia tidak bisa apa-apa.     

"Bram," panggil sosok yang Bram kenal adalah Narsih.     

Narsih datang ke arah Bram dengan kepala yang dia pegang di tangannya, Bram terkejut melihat Narsih sudah ada di sampingnya.     

"Kamu takut Bram? Jangan takut kamu, ini hanya sebagian dari hukuman untuk kamu dan sebagian dari dendam Winarsih yang akan aku tunjukkan padamu. Aku pastikan kamu akan mendapat balasan dariku lebih dari ini rasakan ini," ucap Narsih yang secara cepat dia menolak Bram dan tentu membuat Bram yang terkejut jatuh di atas ular berbisa dan dengan cepat ular-ular itu mematuk Bram.     

"Akhhhh," teriak Bram dengan kencang.     

Bram di patuk dengan ular-ular berbisa sekijur tubuhnya, mata Bram memandang tajam ke arah Narsih dan membuat Narsih tersenyum, Bram kejang-kejang dan membuat Bram menggeliat ke sana ke mari, suara pekikan Bram membuat sekretarisnya berlari ke dalam ruangan bosnya.     

Cekelkkk!     

"Pak, pak Bram bangun pak, pak," ucap sekretaris Gio yang menepuk pipi bosnya dengan pelan.     

Bram yang merasakan tangan seseorang menepuk pipinya pelan langsung membuka matanya dan melihat sekretarisnya di sebelahnya. Bram terduduk dan memandang ke arah sekitar.     

"Di mana aku? Aku berada di mana ini," ucap Bram yang melihat sekitar tempat dia berada.     

Dalam hati Bram, dia berkata kalau dia saat ini berada di kantornya, sekretarisnya bingung dengan pak bosnya ini, dia melihat sekeliling ruangan kantor bosnya.     

"Pak, ini kita di kantor, apa pak Bram tidak tahu kita di mana?" tanya Gio kepada Bram.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh sekretarisnya berdehem, dia baru tahu kalau dia lagi-lagi mimpi, dan ini mimpi sangat menyeramkan dan sangat menyeramkan.     

"Pak, anda baik saja kan?" tanya Gio yang masih penasaran dengan bosnya.     

"Aku tidak apa, mungkin mimpi saja, kamu bisa keluar, sudah jam berapa ini?" tanya Bram pada Gio.     

"Sudah mendekati jam pulang pak, apa bapak butuh sesuatu, jika butuh sesuatu katakan saja, saya akan lakukan, untuk kerjaan sudah siap dan nanti saya kasih ke pak Bram sebelum bapak pulang," ucap Gio kepada Bram.     

Bram memijat keningnya dan geleng kepala dia tidak ingin meminta apapun, dia ingin menenangkan diri.     

"Berkas kerja besok saja kamu kasih, saya mau pulang lebih cepat, kamu pulang saja jika sudah selesai," ucap Bram kepada Gio.     

"Baik pak, saya akan selesaikan semuanya dan pulang, bapak yakin baik-baik saja kan?" tanya Gio yang sedikit cemas dengan Bram.     

Bram menganggukkan kepalanya pelan, dia langsung mengibas tangannya ke arah Gio. Gio yang melihat anggukkan kepala dan kibasan tangan bosnya langsung ke arahnya membuat dia beranjak dari hadapan Bram.     

Bram masih menundukkan kepalanya, dia benar-benar tidak habis pikir bisa mimpi, ini masih sore dan biasanya mimpi itu malam hari bukan siang, ataupun sore seperti ini.     

Bram bangun dari sofa dan beranjak menuju tempat duduknya, dia mengambil telpon dan beberapa barang dan pergi dari ruangannya. Dia akan ke kantor Diman, dia ingin segera ke tempat Sanusi. Tidak berselang lama, Bram mendapat telpon dari Sanusi.     

"Iya halo," sapa Bram kepada Sanusi.     

"Bos saya sudah di lobby, apa saya ke ruangan bos atau saya menunggu di lobby saja?" tanya Sanusi kepada Bram.     

"Saya sudah turun ke bawah, tunggu saja saya di sana," ucap Bram kepada Sanusi.     

Bram langsung mengakhiri panggilannya dengan Sanusi dan dia langsung memasukkan telpon ke saku dan berjalan ke arah lift. Bram benar-benar tidak semangat, dia terus mengingat mimpinya dan dia juga tidak bisa melupakan bagaimana Narsih menerornya.     

Ting!     

Pintu terbuka dan Bram masuk ke dalam lift menekan tombol satu. Tidak terlalu lama, pintu lift terbuka Bram langsung begegas keluar ke arah lobby, terlihat dari kejauhan Sanusi berdiri dan menghampiri Bram, bukan hanya dia saja pengawal Bram yang lainnya juga segera menghampiri Bram.     

"Kita segera ke sana bos?" tanya Sanusi.     

"Iya, kalian pulang saja, aku mau ke kantor sahabatku, biar Sanusi saja yang mengawalku," ujar Bram ke anak buahnya yang lain dan mendapat anggukkan dari anak buah Bram.     

Bram masuk ke dalam mobil dan di susul Sanusi yang duduk di sebelah pak Oyong, anak buah Sanusi dari belakang mengikuti bos mereka.     

"Jalan pak, ke kantor Diman dulu," ucap Bram kepada pak Oyong.     

"Baik pak Bram," jawab pak Oyong yang mengikuti apa yang majikannya katakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.