Dendam Winarsih

Kamu Siap Bram



Kamu Siap Bram

Bram dan Dimana kembali pulang setelah dia membawa kendi yang tidak tahu apa isinya dan tentu membuat mereka penasaran.     

"Ini, apa isinya Bram?" tanya Diman kepada Bram yang tentu membuat Bram ikut penasaran juga.     

"Entahlah, aku tidak tahu sama sekali, kita ikuti saja, kita mau pulang dulu atau langsung ya?" tanya Bram yang lupa bertanya kapan mereka ke desa Salak.     

"Entah, aku tidak tanya ke mbah Agung, tanyakan saja anak buahmu itu," ucap Diman kepada Bram.     

"Baiklah, tunggu saja aku akan tanya ke dia dulu, Sanusi, apa kamu punya nomor telpon mbah Agung itu?" tanya Bram kepada Sanusi.     

"Ada bos, apa ada yang kelupaan tadi?" tanya Sanusi yang di balas anggukkan oleh Bram.     

"Ya, coba kamu hubungi dia, aku mau bicara," ucap Bram yang di balas anggukkan oleh Bram.     

"Baiklah," jawab Sanusi singkat.     

Sanusi langsung mengambil telpon dan mencari nomor mbah Agung dan menunggu jawaban dari mbah Agung.     

Tut ... tut ...     

Tiga kali panggilan tidak juga di jawab sama sekali, Bram masih menunggu jawaban dari Sanusi tapi Sanusi tidak juga berbicara dan masih mengutak ngatik telponnya. Dan pada panggilan ke tiga, Sanusi akhirnya bisa mendengar suara mbah Agung.     

"Halo mbah, maaf menganggu ya mbah, saya mau katakan ke mbah, kalau kita ke desa Salaknya kapan ya?" tanya Sanusi kepada mbah Agung.     

"Mana bos kamu itu, biar saya yang bicara dengan dia sekarang," ucap mbah Agung kepada Sanusi.     

Sanusi memberikan teleponnya ke Bram, Bram yang melihat Sanusi memberikan telponnya ke dirinya langsung. Bram mengambil telpon dan melakukan panggilan dengan mbah Agung.     

"Halo mbah, tadi aku lupa mau tanya, kapan aku ke sana, apa hari ini atau besok?" tanya Bram kepada mbah Agung.     

"Hari ini, karena di dalam kendi itu masih segar dan tidak mungkin kamu tunggu besok, segeralah pergi, aku akan melakukan ritual sekarang," ucap mbah Agung kepada Bram.     

"Baiklah, kalau begitu, kami akan ke sana," ucap Bram mengakhir panggilannya dan memberikan telpon ke ank buahnya lagi.     

"Pak Oyong, kita ke desa salak, kalau bapak lelah, ganti ke Sanusi saja," ucap Bram kepada pak Oyong.     

"Saya akan ganti saat pengisian bahan bakar saja ya pa Bram," jawab pak Oyong.     

Bram menganggukkan kepalanya, dia tidak mau supirnya kelelahan dan ngantuk yang mengakibatkan kecelakaan mobil. Bram merebahkan kepalanya di sandaran belakang mobil, dia begitu lelah dan sangat lelah hingga dia tidak bisa untuk berpikir.     

Diman juga merebahkan kepalanya dan memejamkan matanya, mobil melaju sampai di pemberhentian tempat pengisian bensin, pak Oyong ikut mengantri dan setelah gilirannya, mobil Bram berhenti dan mulai mengisi bahan bakar, Bram yang terbangun memberikan uang ke pak Oyong untuk membayar uang minyak.     

"Bram, apa sudah sampai, kepalaku pusing, kita ke mini market beli makanan, aku lapar belum makan, mungkin kita sampai di sana hampir menjelang subuh," ucap Diman yang memperkirakan kalau subuh mereka sampai.     

"Ya sudah, itu ada di sana, kita ke sana saja, Sanusi apa tidak ada jalan tikus untuk kita lewati?" tanya Bram kepada Sanusi yang sudah berganti tempat duduk dengan Pak Oyong.     

Sanusi memutar mobil ke arah mini market dan berhenti di parkiran. Bram masih menunggu jawaban dari Sanusi.     

"Tahu bos, saya akan bawa ke sana, bos jangan khawatir itu," ucap Sanusi kepada bosnya.     

Bram dan Diman hanya menganggukkan kepala, dia hanya ikut saja. Keduanya turun dan masuk ke dalam mini market, Bram mencari minuman dan beberapa cemilan, dia akan mencari makanan nanti di jalan, jadi beli seadanya saja, yang penting minuman itu yang dia butuhkan saat ini.     

"Bram, apa kamu siap Bram melakukan ini?" tanya Diman yang sedang memilih minuman dan memasukkannya di keranjang.     

"Menurutmu apa aku punya pilihan lain? Sepertinya tidak ada, hanya ini satu-satunya dan jika pun ini berhasil aku bisa bebas dengan hantu sialan itu," ucap Bram dengan nada pelan, dia tidak mau di dengar oleh siapapun yang ada di sekitar mereka.     

"Bagaimana dengan sahabat kita yang pengkhianat itu, kalau mereka sadar pasti mereka mengadu ke polisi Bram, aku tidak mau hal itu terjadi," ucap Diman yang masih takut jika sahabatnya bangun dan mencoblos kan mereka ke rumah tahanan.     

"Kamu takut Deki bangun bukan? Takut kalau di masukkan ke tahanan karena membunuh istrinya bukan?" tanya Bram kepada Diman.     

Diman hanya berdecih karena mendengar apa yang dikatakan oleh Bram. Keduanya akhirnya membayar belanjaan dan membawa ke mobil, anak buah Bram membawa belanjaan bosnya. Bram memberikan sebungkus minuman dan makanan ringan untuk mereka sisanya dia bawa ke mobil.     

"Ini kalian makan dulu minum juga boleh kalian pilih. Oh ya, nanti kalau ada warung, berhenti saja, kita makan, kalau hanya makan ini tidak akan kenyang," jawab Bram kepada Sanusi.     

"Baik bos," jawab Sanusi dengan singkat.     

Pak Oyong mengambil minuman dan membukakan untuk Sanusi, dia tidak mau campuri apa yang majikannya lakukan dia hanya ingin membatasi kegiatan majikannya apa lagi hal yang berhubungan dengan hantu wanita itu.     

Sanusi menganggukkan kepala, dia meminum air dan setelah puas dia meletakkan air minum dan segera menjalankan mobil menuju desa Salak. Pak Oyong yang duduk di sebelah supir mendapatkan pesan dari mang Jupri.     

"Assalamu'alaikum, Yong, apa kabar kamu?" tanya mang Jupri dalam pesannya.     

Pak Oyong yang membuka pesan dari temannya itu tersenyum, dia langsung membalas pesan ke Mang Oyong. Pak Oyong selalu bercerita apapun ke mang Jupri termasuk hari ini, pak Oyong tidak tahu jika mang Jupri tahu Narsih.     

"Jupri, kamu tahu tidak aku sekarang berada di mana?" tanya pak Oyong yang langsung bertanya ke mang Jupri tanpa menjawab pertanyaan mang Jupri.     

Mang Jupri bingung dia berada di mana, biasanya dia berada bersama Bram tengil itu, tapi kenapa sekarang dia mengatakan berada di mana.     

"Ya, kamu kan berada di rumah, sudah jam berapa ini, benar kan apa tebakkan aku?" tanya Jupri kepada temannya itu.     

"Kamu salah, aku di mobil, sekarang mau ke desa Salak, aku temani pak Bram, kamu tahu tidak, dia mau ke kuburan hantu yang aku ceritakan itu, dia dari dukun, yang di bawa oleh anak buahnya dan kami sekarang menuju ke sana," ucap pak Oyong yang mengatakan hal itu ke mang Jupri dan tentu membuat mang Jupri mengangga, karena dia tidak tahu kalau Bram kesana.     

"Kamu serius?" tanya Mang Jupri kepada sahabatnya itu dengan penasaran.     

Pak Oyong yang mendengar jawaban dari mang Jupri menjawab dengan satu jawaban Iya dan itu sukses membuat mang Jupri kebakaran jenggot     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.