Dendam Winarsih

Bisa Tangkap Dia



Bisa Tangkap Dia

0Bram hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apapun, dia ke sini hanya di kasih obat ini, tapi bukan untuk menjauhkan dia dengan Narsih yang sudah meresahkan dirinya.     

"Kalian mau apa dengan arwah itu? Aku kasih itu karena kulit kalian akan terus terkelupas, kamu mau?" tanya mbah Agung kepada Bram dan Diman dengan tatapan tajam.     

Diman hanya diam, karena dia tidak mau seperti Bram yang kulitnya lepas. Dan tentu dia tidak nyaman dengan apa yang sudah dia dapat, walaupun tidak seperti Bram, tapi luka yang dia dapatkan sudah menyiksa dia.     

"Apa bisa tangkap dia?" tanya Diman yang berharap mbah Agung bisa menangkap Narsih.     

Bram menoleh ke arah Diman, dia tidak tahu apa yang Diman katakan, tangkap Narsih katanya.     

"Kamu tahu kan, kalau dia tidak bisa di tangkap, sudah berapa kali kita coba, tidak bisa, dukun juga tidak mampu, ingat dukun yang waktu itu, dia saja kalah sama Narsih, entah sekarang dia masih hidup atau tidak aku tidak tahu sama sekali," ucap Bram yang kesal karena Diman meminta dukun menangkap dia lagi.     

"Kalian ingin dia di tangkap?" tanya mbah Agung kepada Bram dan Diman.     

Bram dan Diman yang di tanya mengganggukkan kepala pelan ke arah mbah dukun Agung. Itu yang dia inginkan, tidak lebih dari itu.     

"Tidak bisa kan? Sudah banyak dukun yang kami datangi, tapi tidak ada satu pun yang bisa membuat kami tenang, dia makin mendekati kami dan meneror kami," ucap Bram dengan wajah datar.     

"Dia meneror kami, tolong bantu kami mbah, kami ingin dia menghilang, dan kami tidak ingin dia mengincar kami," ujar Diman yang meminta tolong ke mbah Agung.     

Mbah Agung yang dengar apa yang dikatakan Bram dan Diman hanya senyum dan dia tahu, tidak mudah untuk menangkap Narsih.     

"Dia hanya mau kalian mempertanggung jawabkan perbuatan kalian dan kalian tidak bisa melawan dia, apa lagi untuk menangkap dia, kalau kalian mau tenang, kasih ini ke atas kuburan dia, dan dengan begitu dia bisa dekati kalian," ucap mbah Agung kepada Bram dan Diman.     

Bram dan Diman yang mendengar mbah Agung mengatakan hal itu saling pandang, dia tidak tahu apa yang mau dikasihkan. Mbah Agung tersenyum lagi, karena keduanya benar-benar tidak mengerti.     

Mbah Agung memberikan kendi tanah liat yang di tutup pakai kain putih. Bram melihat kendi yang mbah Agung memberikan kepada dia dan Diman.     

"Apa ini mbah?" tanya Bram yang tidak tahu apa yang di depannya ini.     

"Bram, kamu ini benar-benar polos sekali, ini isinya sesuatu yang akan kamu letakkan di atas kuburan Narsih, dia akan terkurung di sini, nanti sisanya aku yang akan urus, lakukan secepatnya," jawab Mbah Agung kepada keduanya.     

"Tapi mbah, dia tidak di makam yang sebelumnya, dia pasti sudah pindahkan keluarganya dan kami tidak tahu, kalau kami ke sana busa-bisa kami yang akan kena Mbah Agung ke dia," ucap Diman kepada mbah Agung.     

Mbah Agung menganggukkan kepala dan tersenyum ke arah keduanya. Mbah Agung mencari menyan dan dupa, dia mulai menaburkan menyan ke mangkok tanah liat yang ada air dan berbagai macam bunga dan memasang dupa.     

Aroma dupa menyeruak dan menyan yang di bakar juga tercium jelas di hidung mereka. Bram dan Diman terbatuk karena mencium aroma dupa dan kemenyan dari mbah Agung. Mbah Agung mulai membaca mantra dan matanya tertutup. Diman mendekati Bram dan berbisik.     

"Kamu yakin tidak kalau kita bisa menangkap si Narsih sialan itu?" tanya Diman kepada Bram sembari berbisik.     

"Kita lihat saja, karena kita tidak tahu kemampuan dia, jika tidak bisa juga maka kita akan cari cara lain," jawab Bram kepada Diman dengan berbisik juga.     

"Apa itu?" tanya Diman kepada Bram yang penasaran dengan apa yang Bram katakan.     

"Bunuh diri, dengan begitu dia tidak akan mengincar kita, itu lebih terhormat dari pada di bunuh oleh wanita hantu itu," ucap Bram sekenaknya.     

Diman dan Sanusi yang mendengar apa yang dikatakan oleh bosnya dan sahabatnya mengangga.     

"Gila kamu, pikiran kamu itu benar-benar luar biasa sekali, kamu pikir Bram, dengan bunuh diri bisa buat kamu tenang apa? Kamu kalau mau bunuh diri sudah sana bunuh diri sana, jangan kamu ajak aku, aku tidak sudi," ucap Diman yang kesal karena Bram dengan tidak berpikir dulu sebelum bicara.     

Mbah Agung yang sudah selesai memandang keduanya yang sedang berdebat. Dia tahu apa yang mereka debatkan.     

"Dia di makamkan di rumahnya tepatnya di sebelah rumah orang tuanya, pergilah ke sana, saya akan jamin, kalian tidak akan ketahuan, saya akan kasih ini, dan selama kalian di sana tidak akan ada yang tahu keberadaan kalian, termasuk dia," ucap mbah Agung kepada Bram dan Diman lagi.     

Bram dan Diman melihat kain yang diberikan mbah Agung dan kain itu seperti kain kafan yang sangat panjang. Bram menelan salivanya, dia takut kalau kain itu melilit dia.     

"Itu tidak untuk apa?" tanya Diman yang penasaran dengan apa yang dia lihat.     

"Ini untuk menutupi tubuh kalian, saat di sana kalian tutup dengan ini, dan hanya wajah kalian saja yang kelihatan, dengan begitu orang mana pun tidak bisa lihat, kecuali orang yang memiliki ilmu tinggi," ucap mbah Agung kepada Bram dan Diman.     

Diman mengusap keringatnya, dia tidak tahu harus berkata apa, dia juga tidak mengerti sama sekali, kenapa harus pakai ini, itu sama saja dia dibungkus seperti orang meninggal.     

"Apa tidak ada cara lain lagi kah?" tanya Diman yang berharap akan ada cara lain lagi.     

"Tidak ada, sama sekali tidak. Jika ingin aman untuk saat ini, maka ini yang kan kalian lakukan, jika tidak maka kalian akan di teror terus oleh dia, jadi terserah kalian saja lah," ucap mbah Agung kepada Bram dan Diman.     

"Bram bagaimana?" tanya Diman kepada Bram.     

Bram masih bingung karena dia tidak bisa berkata apapun, karena dia ingin memutuskan hal yang tidak akan membuat dia menyesal nantinya.     

"Apa mbah yakin kita bisa aman?" tanya Bram kepada mbah Agung.     

Bram harus tahu jika ini aman, jika tidak maka sia-sia dia pergi ke sana tapi dia tidak aman.     

"Kamu jangan takut, karena ini aman, hanya kamu taburkan ini dan setelah itu akan jadi urusan aku, aku akan buat kalian aman, dan aku yakin kalian akan selamat, ingat kalian tidak boleh meminta bantuan siapapun, dia akan mengantarkan kalian tapi kalian yang lakukan itu semuanya. Kalian mengerti kan?" tanya mbah Agung kepada Bram dan Diman.     

Diman dan Bram menganggukkan kepala pelan, dia akan ikut saja asal aman dan selamat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.