Dendam Winarsih

Dia Nekat Dino



Dia Nekat Dino

0Mang Jupri akhirnya menyudahi mengirim pesan, dia beralasan sudah ngantuk dan mengatakan hati-hati ke sahabatnya itu. Mang Jupri yang mendengar kabar Bram ke desanya, langsung keluar kamar dan bergegas ke arah belakang untuk mengetuk pintu belakang rumah Dino.     

Dino dan yang lainnya yang tidur harus terbangun mendengar suara ketukkan yang cukup keras dari pintu belakang dan itu membuat mereka terlonjak kaget. Mang Dadang yang ingin pergi ke tempat dukun Paimin harus terganggung, karena mereka akan pergi pagi hari, jadi dia harus tidur dulu begitu juga dengan Paimin,     

Tok ... tok ...     

"Bangun, cepat bangun, aku ada kabar buruk buat kalian semuanya," pekik mang Jupri.     

Mang Jupri solat tengah malam, jadi dia yang selesai solat, tidak bisa tidur dan berujung mengirim pesan ke sahabatnya, tidak ada yang tahu termasuk Bram, karena pak Oyong tidak mau Bram benci dengan dia.     

Mang Jupri terus menerus mengedor pintu tanpa henti, Dino yang merasa terganggu bangun, semua orang bangun dan melihat ke arah satu sama lain. Muka bantal terlihat jelas di raut wajah mereka.     

"Itu si mamang kesurupan apa gimana ya, kenapa aku merasakan otakku ingin meledak karena mendengar teriakkan dia yang buat aku sakit kepala.     

"Ayo kita jumpai dia, aku rasa dia di usir bibi Sumi, dia itu rada genit," cicit Paijo yang bangun dari ranjang diikuti yang lainnya. Ian yang sudah bangun hanya mengumpat karena mang Jupri menendang pintu belakang rumah mereka.     

Ian yang melihat Dino dan yang lainnya keluar kamar dan menatap ke arah pintu belakang. Mereka duduk dan Toni berjalan ke arah pintu belakang, pak Ustad Mahdi yang tidur di kamar tamu keluar dari kamar setelah selesai solat malam.     

Toni membuka pintu belakang dan terlihat mang Kurdi berjalan dengan terbongkok-bongkok dan langsung melewati Toni dengan tergesa-gesa.     

"Eh, mang, mau kemana?" tanya Toni kepada mang Jupri.     

"Tidur," jawab mang Jupri singkat.     

Toni mendengus kesal karena mang Jupri yang membangunkan mereka dengan barbar dan tentu membuat dia sedikit kesal. Toni ikut bersama dengan mang Jupri dan duduk sebelah Paimin.     

"Gawat, Bram ke desa Salak, dan dia baru dari dukun dan dia langsung ke sana, dan bisa saja dia ke makam Narsih, bagaimana ini, kita bisa bahaya, kita tidak tahu dia mau apa di sana, ini benar-benar bahaya," ucap mang Jupri yang semuanya.     

Byurrrr! Uhukkkk ... uhukkkk ...     

Ian yang mendengar apa yang dikatakan oleh mang Jupri tersedak air, dia yang minum langsung menyemburkan air sekalian tersedak air.     

"Mang Jupri, tidak salah kan? Apa benar yang mang katakan itu?" tanya Ian yang mengelap mulutnya basah karena air.     

"Aku tidak tahu benar atau tidak, tapi itu yang dikatakan oleh pak Oyong, sekarang mereka ke sana, dan bisa saja dia mau berbuat yang nggak-nggak kan?" tanya mang Jupri pada mereka semuanya.     

"Dino, ini tidak bisa di biarkan, bisa-bisa mbak Narsih yang terterancam, lagian dia mau apa lagi ?" tanya Paijo yang tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Bram.     

Dino hanya diam dan tidak bisa berkata apapun, dia tidak habis pikir, bisa saja ini untuk membuat Narsih menjauh dan setelah itu dia akan membuat Nona kembali padanya.     

"Dino, kenapa melamun, aku bicara pada kamu Dino," ucap Paijo kepada Dino yang melamun,     

Dino tersentak dan memandang Paijo dan yang lainnya. Dia juga bingung mau berkata apa menyusul juga tidak bisa, tentu dia sudah lebih dulu ke sana jika pun ke sana mereka sudah pulang dan yang paling tepat berada di makam Narsih adalah orang tuanya.     

"Mang, coba telpon orang tuanya, ada kan nomornya? Kalau tidak ada coba telpon pak ustad yang waktu itu, minta tolong ke sana, kita akan ke sana esok hari, jika ada orang di makam itu pasti tidak bisa mereka mendekat kan?" tanya Dino memberikan saran kepada mang Jupri.     

"Nah, itu aku setuju, kita minta tolong pak ustad untuk bertemu dengan orang tuanya, jika ada nomor telpon orang tua Narsih kita bisa kasih tahu," ucap Mang Dadang yang setuju dengan apa yang Dino katakan.     

Mang Jupri menganggukkan kepala dengan cepat dan langsung mengambil telpon. Narsih yang mendengar apa yang dikatakan oleh Mang Jupri langsung ke makamnya, dia tidak mau makamnya di berikan sesuatu yang membuat dia terkukung atau musnah.     

Mang Jupri melakukan panggilan ke pak ustad karena orang tua Narsih tidak bisa memakai itu.     

Tut ... tut ...     

Tidak ada jawaban sama sekali dan setelah itu panggilan di jawab oleh pak ustad. Mang Jupri senang karena pak ustad menjawab panggilannya.     

"Halo, pak ustad, assalamu'alaikum, maaf ya ganggu malam-malam, saya hanya mau kasih tahu kabar kurang baik pak ustad," jawab mang Jupri.     

"Halo, waalaikumsalam, ada apa mang?" tanya pak ustad yang menjawab pertanyaan mang Jupri.     

"Saya ingin, katakan kalau Bram ingin ke desa Salak dan kemungkinan dia akan ke rumah orang tuanya Narsih, karena dia baru pulang dari dukun, takutnya dia berbuat hal yang tidak baik ke makam Narsih," ucap mang Jupri kepada pak ustad.     

"Kamu serius mang? Apa yang terjadi ini, sepertinya saya akan kasih tahu yang ronda untuk ke rumah orang tuanya Narsih, semoga Allah melindungi mereka semuanya," ucap pak ustad yang tidak percaya kalau Bram ke desanya.     

"Serius pak, coba bapak kasih tahu saja, kalau kita ke sana tidak sempat, saya kasih tahu ini untuk berjaga-jaga agar tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi pak ustad," ucap mang Jupri kepada pak ustad.     

Pak ustad menganggukkan kepala, dia akan kabari kepala desa yang kebetulan dia juga ikut ronda pikir pak ustad.     

"Ya sudah, saya akan kabari mereka dulu, terimakasih untuk infonya," ucap pak ustad kepada mang Jupri.     

"Iya, semoga mereka tidak melakukan hal yang tidak kita inginkan ya," ucap mang Jupri yang di amini oleh pak ustad dan semuanya yang mendengarkannya.     

Panggilan keduanya berakhir dan terlihat wajah tenang mang Jupri dan telpon di simpan di kantong. Mang Jupri memandang mereka semuanya.     

"Jadi, kita ke sana?" tanya mang Jupri.     

"Biar saya saja, Paimin kamu mau ikut aku kan?" tanya mang Dadang kepada Paimin.     

"Boleh mang, saya akan ikut," jawab Paimin.     

"Kami tidak ikut mang?" tanya Ian yang bingung kenapa mereka tidak boleh ikut.     

"Kita lagi tidak aman, jika kita pergi ke sana Bram bisa membuat pekerjaan kita hancur, dia akan mencari alasan, jika alasan kita tidak tepat ke manajer bisa-bisa kita yang kena, kalian paham kan?" tanya Dino kepada Ian.     

"Saya akan temani kalian, lagian saya mulai curiga kalau mereka akan buat arwah Narsih akan di kukung dan bisa jadi arwah itu berbalik menyerang kalian," jawab pak ustad Mahdi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.