Dendam Winarsih

Kita Jebak Bram



Kita Jebak Bram

0Paijo yang mendengar apa yang Bram katakan ke pak manajer ikut geram dan marah, terlebih lagi dia dikatakan menculik Nona, pak manajer sengaja mengaktifkan speaker agar bisa di dengar oleh Paijo dan yang lainnya dengar. Ian, Toni dan Paijo hanya bisa menahan amarahnya dan mengepalkan tangannya, dia tidak tahu kenapa sampai sebusuk itu hati si Bram, apa yang telah dia lakukan ke dirinya hingga dia begitu membenci mereka.     

Pak manajer memandang mereka yang sudah menunjukkan wajah yang sangat kesal dan marah, bukan tanpa sebab karena mereka tidak melakukan bolos kerja tapi dikatakan bolos kerja dan menculik Nona, kalau untuk culik Ian dan yang lainnya melakukan tanpa ada yang tahu.     

"Kalian ada masalah apa? Bukannya Nona itu sahabat kalian dan kalian tim yang baik, kenapa bisa saling culik menculik dan ada apa sebenarnya hmm?" tanya pak manajer kepada Ian, Paijo dan Toni.     

Ian menarik nafas panjang dan tentu dia sudah bisa mengendalikan diri, begitu juga dengan Paijo yang tahu apa masalahnya beda dengan Toni yang baru tahu setelah dia di tawan Narsih.     

"Kami saja tidak tahu, karena kami kerja pak, untuk bertemu saja tidak bisa, bapak tahu kan, kalau Nona di jaga oleh pengawal dia, mana mungkin kami tidak bisa pergi ke rumah sakit untuk jenguk sahabat kami, bayangkan pak, bagaimana sakitnya kami, sahabat koma kami tidak bisa melihatnya," ucap Ian dengan raut wajah sendu dan tentu itu untuk mengelabui manajer itu.     

Ian, Paijo juga Toni saling pandang dan tersenyum melihat reaksi pak manajer yang termakan hasutan dari Ian.     

"Saya tidak tahu kenapa dia seperti itu, saya pikir dia pengusaha yang santun dan baik, nyatanya tidak, sungguh terlalu sekali dia ya, kalian sabar saja, saya tahu kalian dari pada dia, saya tahu kalian tidak mungkin seperti itu, saya akan percaya dengan kalian, Dino masuk rumah sakit karena apa ya?" tanya pak manajer.     

"Sebenarnya kami tidak mau katakan apa sakit Dino, karena dia sakit karena sesuatu pak manajer," jawab Paijo kepada pak manajer.     

"Ya sudah, saya percaya dengan apa yang kalian katakan, semoga Dino cepat sembuh dan bisa bekerja kembali, dan di mana pun Nona berada dia akan selalu aman dan di tempat orang yang baik," ucap pak manajer dengan tulus.     

"Amin," jawab mereka bertiga.     

Di tempat lain, tepatnya di kantor, Bram benar-benar kesal karena dia tidak bisa menghasut pak manajer, karena dia salah langkah. Bram tidak tahu kalau mereka ada di sana.     

"Sial, aku terkecoh oleh mereka, aku tidak menyangka kalau mereka ada di kantor, tapi kalau ada di sana kenapa anak buah Sanusi tidak tahu kedatangan mereka? Apa mereka lewat jalan belakang? Kalau iya, maka aku harus katakan ke Sanusi, dengan begitu aku makin mudah mendapatkan Nona kembali," gumam Bram yang langsung menghubungi Sanusi.     

Tut ... tut ...     

"Halo, bos, saya sedang dalam perjalanan ke rumah mbah Agung ini, ada apa bos?" tanya Sanusi kepada Bram.     

"Aku mau kamu kasih tahu anak buah kamu, untuk mengalihkan pengintaian ke arah belakang kantor, aku yakin kalau mereka lewat dari sana, karena mereka kerja tapi lewatnya lewat depan, kalian kecolongan, cepat lakukan sekarang, jangan kalian kecolongan lagi, paham kalian," ucap Bram kepada Sanusi.     

"Baik kalau begitu, akan saya katakan ke mereka bos, ada lagi bos?" tanya Sanusi kepada Bram.     

"Tidak, kalian lakukan dengan baik, jangan sampai ketahuan dan kamu cepat cari keberadaan calon saya, mbah Agung harus tahu di mana Nona berada." perintah Bram kepada Sanusi.     

Panggilan berakhir, Bram tersenyum puas, dia akan segera mendapat Nona segera dan tidak akan dia lepaskan mereka semua.     

****     

Mang Jupri yang melihat pak ustad Mahdi tertidur hanya menatap sendu ke arah pak ustad. Perlahan mata pak ustad Mahdi membuka matanya dan terlihat sendu wajah pak Mahdi.     

"Pak ustad, bagaimana keadaan pak ustad, apa sudah baik kah?" tanya Mang Jupri kepada pak ustad.     

"Alhamdulillah, saya baik dan bagaimana dengan yang lainnya, apa semua baik?" tanya pak ustad Mahdi.     

"Baik, Dino juga sudah di bawa ke rumah sakit dan dia nginap di sana, lehernya di cekik Narsih, karena dia tidak bisa mengendalikan emosinya, jadi Dino yang jadi korbannya, dan beruntung tidak sampai parah," jawab mang Jupri.     

"Syukurlah, mereka orang yang Dino katakan, dia menaburkan sesuatu dan sepertinya ada janin anak bayi juga, entahlah, dari mana mereka dapat, kasihan sekali saya lihat dia," ucap pak ustad Mahdi.     

"Dia tidak jera juga, saya takutnya dia akan kena karma, apa yang kita lakukan pak ustad, saya yakin dia akan lakukan lagi, kita harus waspada pak ustad," ucap mang Jupri kepada pak ustad.     

Pak ustad Mahdi berpikir hal yang sama, dia pasti melakukan itu lagi. Apa di jebak saja, pikir pak ustad.     

"Kita jebak Bram saja mang, kita buat dia mengaku, mungkin dia kita buat emosi tapi kita rekam suaranya, dan kita tunjukkan buktinya ke pak polisi bagaimana?" tanya pak ustad kepada mang Jupri.     

Mang Jupri sedikit berpikir apa yang pak ustad katakan. Ada benarnya juga pikirnya. Mang Jupri menganggukkan kepala dan setuju dengan apa yang pak ustad katakan.     

"Kita akan sampaikan ke mereka, karena tidak mungkin kita lakukan sendiri, kalau mereka ok kita akan lakukan, karena semakin lama dia berbuat salah semakin banyak dosa yang dia lakukan," ucap mang Jupri kepada pak ustad.     

"Iya, semakin lama dia berbuat jahat, semakin banyak yang jadi korban," ucap pak ustad.     

Mang Jupri menganggukkan kepala dan tersenyum, dia harus segera di jebak dan jika tidak maka dia akan lebih menyakiti Dino dan yang lainnya.     

Mang Dadang yang menjaga Dino duduk sambil nonton TV, Dino bangun dan melihat sekitar, Dino meringis kesakitan karena lehernya perih. Mang Dadang yang mendengar suara dari Dino langsung mendekati Dino.     

"Dino, mau minum Dino?" tanya mang Dadang kepada Dino.     

"Sakit mang," ucap Dino kepada mang Dadang.     

Mang Dadang yang melihat Dino meringis langsung menekan tombol biru untuk memanggil dokter. Mang Dadang mengusap kening Dino yang keringat dingin.     

"Sabar ya, nanti dokternya datang, mau minum air tidak?" tanya mang Dadang kepada Dino.     

Dino geleng kepala, dia tidak bisa minum karena lehernya tidak bisa menelan air. Tidak berapa dokter dan suster datang untuk memeriksa Dino.     

"Dino, saya periksa ya, sabar dulu," ucap dokter kepada Dino yang meringis kesakitan.     

Dokter memeriksa Dino, terlihat luka di leher mengeluarkan darah, dokter perlahan mengganti perban yang terkena darah, mang Dadang menatap sendu ke arah Dino yang meringis kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.