Dendam Winarsih

Jangan Lakukan Itu



Jangan Lakukan Itu

0Nona sudah sepakat dia tidak akan pernah membuat yang lainnya terluka karena dia, dia ingin kembali ke Bram, dia akan katakan ke Bram jangan ganggu mereka lagi.     

Bibi Sumi yang sudah mengobati Mirna kembali ke rumah untuk bertemu dengan Nona, dia tahu kalau saat ini Nona tidak bisa tenang karena kedatangan Bram. Bibi mengetuk pintu kamar Nona dengan pelan. Nona yang mendengar suara ketukan pintu dari luar, menoleh ke arah pintu, Nona bangub dan berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka pintu kamar.     

Ceklekkk!     

Pintu kamar terbuka dan terlihat Bibi Sumi yang tengah berdiri memandang dia, Bibi Sumi tersenyum ke arah Nona dan mengusap kepalanya.     

"Bisa bibi masuk nak?" tanya bibi Sumi kepada Nona dengan lembut.     

"Masuk saja bibi, jangan sungkan," ucap Nona kepada bibi Sumi.     

Bibi Sumi masuk ke dalam dan di ikuti oleh Nona dari belakang, keduanya duduk di ranjang dan keduanya saling berhadapan satu sama lain, Bibi Sumi mengusap wajah Nona, begitu banyak rintangan dan kemelut yang dia hadapi, Nona masih bertahan.     

"Kamu jangan pikirkan tadi, kamu masih bersama kami, kamu aman nak, jangan pernah berpikir untuk bertemu dengan dia, yang ada kamu yang akan melukai banyak orang, termasuk Dino yang saat ini berada di rumah sakit.     

"Apa yang harus saya lakukan saat ini, banyak yang terluka dengan saya, dan saya juga tidak mungkin membiarkan mereka terluka, Dino saja terluka dan Mirna juga, nanti siapa lagi, biar saya saja yang terluka, saya tidak mau yang lain terluka juga, karena saya, saya mohon, biarkan saya yang menemui dia dan meminta menjauhi kalian semuanya," ucap Nona dengan wajah sendu.     

"Jika dia tetap membuat kamu terluka kamu bisa apa? Malah lebih dari itu dia melukai kami, kamu tidak tahu sama sekali, tiba-tiba kamu tahu jika kami sudah terluka bagaimana? Kamu marah ke dia dan kamu katakan ke dia kalau kamu mau pergi, apa dia mengizinkan kamu, coba kamu pikirkan bisa tidak kamu lakukan itu?" tanya bibi Sumi.     

Nona yang mendengar apa yang di katakan oleh bibi Sumi terdiam, benar kata bibi Sumi kalau dia tidak akan bisa membuat Bram menuruti apa yang dia katakan nantinya.     

"Pikirkan lagi, jangan lakukan itu jika kamu belum siap dan belum bisa melakukan apa yang seharusnya, ingat itu ya," ucap bibi Sumi sambil mengusap wajahnya Nona dengan lembut.     

****     

Di tempat lain, Narsih melihat Deki di pindahkan, dia bingung kenapa Deki di pindahkan. Narsih berubah menjadi perawat dia ingin menanyakan kenapa Deki pindah.     

"Permisi, kenapa pasien itu di pindahkan?" tanya Narsih kepada perawat yang lewat.     

Perawat yang melihat Narsih mengerutkan keningnya, dia baru pertama melihat Narsih, Narsih yang tahu perawat ini curiga padanya langsung menghipnotis perawat itu dan benar saja, perawat itu mengikuti apa yang Narsih katakan.     

Perawat itu mengikuti apa yang Narsih katakan, dia mengatakan kenapa Deki di pindah kan ruangan.     

"Dia dipindahkan karena ada yang memintanya, keluarga dia yang memintanya," ucap perawat itu kepada Narsih.     

"Keluarga dia, baiklah, kalau begitu kamu bisa pergi sekarang," ucap Narsih yang membiarkan perawat itu pergi dari hadapannya     

Narsih yang melihat perawat itu berjalan langsung berubah seperti wujud semula dan tentu saja dia merasa ada yang tidak baik, keberadaan dia sudah di ketahui oleh mereka semuanya dan tentu saja itu membuat Deki tidak aman.     

Narsih langsung ke rumah sakit tempat Dino di rawat, dia ingin memberitahukan ke Dino kalau Bram sudah mengetahui jika Deki masih hidup. Narsih menghilang menembus dinding.     

"Narsih, tidak ke sini lagi mang?" tanya Dino yang sudah bangun dari tidurnya dan sekarang melihat sahabatnya ada di sini.     

"Kenapa kamu tanyakan dia? Apa kamu merindukan dia?" tanya Paijo kepada Dino.     

Dino geleng kepala dan memandang ke arah Paijo. Dino yang mau bangun di bantu Ian perlahan. Ian yang melihat leher Dino sedikit lebih baik merasa lega.     

"Aku hanya mau minta dia ada awasi Nona saja, aku merasa kalau Nona akan nekat ke rumah Bram, jika dia tahu aku terluka dan aku tidak mau itu," ucap Dino kepada Paijo dan yang lainnya.     

"Nanti kalau dia datang, mamang katakan," ucap mang Dadang kepada Dino.     

Dino menganggukkan kepala dan tersenyum kecil ke arah mereka semuanya, tidak berapa lama Narsih muncul dan melihat Dino sudah siuman.     

"Nah itu dia, mbak manisnya Dinosaurus datang, mbak dari mana saja?" tanya Ian kepada Narsih.     

Narsih yang di tanya seperti itu tersenyum kecil dan dia tentu saja bingung mau jawab apa, semua orang melihat ke arahnya.     

"Deki di pindahkan oleh supirnya yang mengetahui dia selamat, dan sepertinya ada yang tahu dia masih hidup," ucap Narsih kepada semuanya.     

"Apa!" teriak mereka semuanya, kecuali Dino yang hanya bisa teriak kecil tidak seperti yang lainnya.     

"Iya, aku tadi ke sana dan melihat Deki di bawa oleh supirnya, dan aku tanya ke perawat sana dan dia mengatakan itu, sepertinya mereka sudah bertindak, aku juga merasakan dukun lain ikut membantu dia," ucap Narsih kepada mereka semuanya.     

"Kita harus bisa membuat dia terkecoh, ini kesempatan kita untuk membongkarnya, ayo kita ke rumah sakit tempat Deki dan Deka di rawat, aku yakin mereka akan siuman dan sadar dan mampu memberikan keterangan mengenai kejahatan dia," ucap Ian kepada yang lainnya.     

"Aku rasa begitu juga, kita harus segera bertindak, Bram sudah lebih dulu bertindak dan kita harus bisa bertindak juga lebih dulu dari dia, jangan biarkan dia melangkah maju dari kita," ucap Paijo kepada Ian dan yang lainnya.     

"Kalian hati-hati, jangan biarkan kalian ketahuan oleh mereka saya takutnya kalian yang akan celaka," ucap mang Dadang kepada Ian dan Paijo juga Toni.     

Ketiganya menganggukkan kepala mengiyakan apa yang di katakan oleh mang Dadang. Ke empatnya pergi dari ruangan inap Dino, mereka akan ke rumah sakit tempat Deki dan Deka di rawat.     

"Kita harus buat Bram menerima akibatnya, aku sudah tidak sabar untuk melihat Bram merasakan akibatnya, apa lagi temannya itu, dia benar-benar sama seperti Bram, jahat," ucap Ian yang segera naik ke dalam lift di susul oleh Paijo dan Toni.     

Ian menekan tombol satu untuk ke arah lobby. Di dalam lift tidak ada yang bicara sampai di lantai satu Ian dan Paijo juga Toni langsung ke parkiran. Toni yang melihat ke arah parkiran yang terlihat ada yang mencurigakan langsung menarik tangan keduanya untuk bersembunyi. Ian dan Paijo k     

terkejut.     

"Ada apa?" tanya keduanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.