Dendam Winarsih

Awasi Dia



Awasi Dia

0Mang Jupri yang mendengar apa yang dikatakan oleh pak ustad Mahdi, menganggukkan kepala, mungkin benar apa yang dikatakan oleh pak ustad, kalau Nona pasti ke sana tanpa sepengetahuan mereka.     

"Kalau begitu kita harus bisa jaga dia dan awasi dia, jangan sampai nekat ke sana, bisa bahaya kita, tahu sendiri jika Nona itu nekat orangnya, jika tidak di awasi maka kita yang akan kesulitan untuk membawa dia kembali," ucap mang Jupri kepada pak ustad.     

"Saya rasa juga seperti itu, kita harus awasi dia, lebih baik kita perketat lagi, karena mbak Nona bisa pergi dan bertemu dengan Bram. Kalau seperti itu kita yang sulit mang," ucap pak ustad Mahdi kepada Mang Jupri.     

"Kita harus tanya ke Dadang, apa langkah selanjutnya," ucap mang Jupri kepada pak ustad Mahdi.     

Mang Jupri dan pak ustad Mahdi menganggukkan kepala pelan. Keduanya duduk dan bibi Sumi mengobati wajah Mirna yang luka. Nona yang duduk di dalam kamar menangis, karena dia tidak bisa melihat orang-orang di sekitarnya harus terluka karena dirinya.     

"Aku harus apa, apa aku harus pergi ke temu dengan Bram atau aku harus menghindari dia lagi," ucap Nona yang bingung dengan apa yang terjadi.     

Di tempat lain Bram yang tidak mendapatkan Nona mulai gelisah, dia gelisah karena usaha dia sia-sia dan dia juga memukul wanita karena terlanjur emosi. Sanusi yang di duduk di bangku depan dia dan tidak berkata apapun, Bram menatap ke arah samping jendela mobil, dia mulai berpikir untuk menyingkirkan Dino, karena dia lah yang menjadi penghalang dirinya dan Nona dan juga Narsih.     

Mobil masuk ke dalam kawasan mbah Agung, tidak berapa lama, mobil berhenti di depan rumah mbah Agung. Sanusi membuka pintu mobil buat bosnya, Bram yang melihat pintu terbuka langsung turun dan masuk ke dalam perkarangan rumah mbah Agung, Bram berjalan menuju pintu masuk rumah mbah Agung. Sanusi mengetuk pintu rumah mbah Agung tiga kali.     

Tok ... tok ...     

Mbah Agung yang mendengar suara ketukan pintu dari luar langsung membuka pintu rumahnya. Ceklkekk. Pintu rumah mbah Agung terbuka, mbah Agung melihat kedatangan Sanusi dan Bram.     

"Silahkan masuk, saya juga menunggu kalian, ayo silahkan masuk," ucap mbah Agung kepada Bram dan Sanusi.     

Keduanya masuk ke dalam, dan langsung menuju ke tempat meja ritual, mbah Agung berjalan di depan, dia bergerak menuju ke tempat yang di sana sudah ada guru mbah Agung.     

"Silahkan duduk, jangan sungkan, ini guru saya, yang saya katakan pada kalian, kamu juga sudah ketemu kan, dan kamu belum kan Bram, nah ini guru saya," ucap mbah Agung kepada Bram.     

Bram memandang ke arah guru mbah Agung, dia masih kesal karena guru ini memberikan berita palsu dan membuat dia harus malu dan menampar wanita.     

"Kamu tidak mendapatkan wanitamu kan, makanya kamu marah kepada saya, kamu tidak perlu marah, wanita itu yang akan datang kepadamu, dan untuk hantu itu berikan rambut dia ke saya, lakukan secepatnya jika tidak maka kamu akan dibunuhnya, jimat kamu itu tidak akan bertahan lama lagi, jadi kamu harus bisa mengambil rambut itu," ucap guru mbah Agung kepada Bram.     

"Jika kamu tidak berhasil bagaimana?" tanya Bram kepada guru mbah Agung dengan tatapan tajam.     

"Jangan kamu takut gagal, dia akan menjadi urusan aku, kerjakan secepatnya, jika tidak maka, kamu yang akan lebih dulu di habisi," ucap mbah Agung kepada Bram dengan tegas tanpa ada sedikitpun senyum.     

"Baik, kalau begitu aku akan ambil rambutnya, dan aku mau kamu benar-benar pastikan rambut itu bisa membuat aku bebas dari hantu itu," ujar Bram dengan tegas.     

Bram mandang ke arah Sanusi, Sanusi menganggukkan kepala dan segera bangun, begitu juga Bram, dia langsung bangun dan pamit pulang, dia akan percaya kali ini, dia akan yakin Nona akan datang dengan sendirinya, dan dia tidak perlu lagi menjemput Nona.     

"Cari kembali sahabatku itu yang di rawat di rumah sakit dan jangan lupa, intai terus rumah itu dan cari tahu keberadaan Dino, aku juga mau menghabisi dia, cepat kerjakan," perintah Bram kepada Sanusi yang di anggukkan oleh Sanusi.     

Bram langsung menuju mobil dan langsung masuk ke dalam, dia akan menunggu kabar dari anak buahnya ini, untuk menyelesaikan apa yang dia perintahkan.     

"Pak kita kembali ke kantor saja," ucap Bram kepada pak Oyong.     

"Baik pak Bram," jawab pak Oyong kepada Bram.     

Mobil langsung menuju ke kantor Bram, Bram mendapatkan pesan dari Diman, kalau dia sudah menemukan rumah sakit di mana Dekk di rawat, Bram tersenyum karena benar dugaan dia kalau Deki dan Deka masih hidup.     

"Aku akan membuat kejutan untuk dia dan aku akan pastikan kalian mereka semuanya akan aku habisi secepatnya," gumam Bram dalam hati dengan senyum smirk.     

Diman yang ragu dengan perkataan Bram waktu itu meminta anak buahnya mencari ke semua rumah sakit pasien yang bernama Deki dan benar saja ada nama Deki di sana tapi tidak bisa di temui karena di koma. Diman, langsung ke tempat di mana Deki di rawat, dia berpura-pura untuk menjenguk orang lain, dan saat ini Diman berdiri di depan kaca pembatas ruang ICU Deki.     

Diman menatap tajam ke arah Deki, dia tahu kalau sahabatnya ini baik, tapi karena dia takut ketahuan oleh polisi kalau dia yang membunuh istrinya dan kesalahan masa lalu, maka dia yang akan lakukan apapun untuk melindungi dirinya sendiri.     

"Aku akan membunuh dia, aku akan pastikan dia meninggal dan aku yakin, dia akan bisa lagi melihat siapa pembunuh istrinya," ucap Diman yang tersenyum penuh kemenangan.     

"Aku harus katakan ke Bram jika aku menemukan dia, aku yakin Bram pasti senang." Diman mengambil telpon dan menghubungi Bram, tapi tidak di jawab. Diman akhirnya mengirim pesan ke Bram untuk mengatakan hal ini.     

Diman mengirim pesan ke Bram dan setelah itu dia memandang ke arah ruangan ICU dan tentu saja dia menunggu tindakan dari Bram selanjutnya.     

"Aku akan pastikan, dia akan benar-benar meninggal bukan berpura-pura seperti waktu itu." Diman yang puas melihat Deki langsung pulang, dia tidak ingin berlama di sini, dari kejauhan ada yang memperhatikan Diman.     

"Dia pasti ingin membunuh pak Deki, aku akan pastikan kalau dia tidak akan menyentuh pak Deki, aku akan pindahkan dia, aku akan jauhi dia," ucap seseorang yang melihat Diman yang sudah pergi dengan wajah bahagia.     

Seseorang yang memperhatikan Diman bergegas untuk bertemu dengan dokter, dia ingin memindahkan Deki ke tempat lain, agar Deki aman dari Diman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.