Dendam Winarsih

Harus Lindungi Nona



Harus Lindungi Nona

0Dino akhirnya bisa bernafas lega karena dia segera pulang dan bertemu dengan Nona, dia juga ingin bertanya apa yang terjadi setelah mereka bertemu dengan anak buah Bram yang waktu itu.     

"Kita pulang sekarang, kita harus segera pulang dan ingat satu hal, jika kita tetap tenang dan harus lindungi diri kita semua tanpa melihat siapa dia dan harus lindungi Nona, karena Nona lah yang di incar oleh Bram saat ini," ujar Paijo kepada Dino saat mereka bersiap akan pulang ke rumah.     

"Benar itu mas, karena dia bukan Bram yang mengandalkan anak buahnya, dia sekarang mengandalkan jin," jawab Toni yang membuat keduanya menghentikan sejenak membereskan barang yang akan mereka bawa.     

"Bentar Toni, apa maksud kamu itu hmm? Apa kamu tidak berpikir kalau kita ini berhadapan dengan jin bukan manusia lagi ya?" tanya Paijo yang bingung dengan apa yang Toni katakan.     

"Bayangkan saja, sudah sakit parah tiba-tiba bangun dan kita di kelabui lagi, aku sudah menduga jika kita pasti tidak akan lepas dari yang namanya Bram itu dan dia pasti melakukan hal yang membuat kita harus bekerja keras membuat dia berhenti melakukan kejahatan, jika mbak Narsih saja tidak mampu mendekati dia siapa yang mampu mendekati? Jika bukan kita semua, dan bukannya tidak percaya dengan mbak Narsih, tapi dia selalu lolos kan dari mbak Narsih kan?" tanya Toni yang di anggukkan oleh keduanya.     

"Benar juga apa kata kamu itu, kita memang tidak bisa melakukan apapun dan kamu tahu kan jika kita ini tidak bisa melawan jin jika memang dia jin, jika dia setengah manusia setengah jin bagaimana?" tanya Paijo lagi ke Toni dan Dino.     

Dino dan Toni terdiam saat mengatakan hal itu, dia tahu jika apa yang Paijo katakan ada benarnya, jika memang dia setengah manusia dan setengah jin maka yang ada mereka yang akan kesulitan.     

"Kalau begitu kita minta pak ustadz saja yang melakukannya, doa pak ustadz pasti bisa membuat dia musnah, dan mbak Narsih juga kan bisa melakukannya," jawab Toni lagi ke Paijo dan Dino.     

Keduanya menganggukkan kepala dan langsung bergerak pulang, mereka tidak ingin berlama-lama di kantor, Nona yang sudah tiba di rumah melihat Dino belum pulang, bibi Sumi yang menunggu dia pulang menyiapkan air untuk Nona.     

"Terima kasih banyak bibi, jadi repotin saja, mana yang lainnya, kenapa rumah sebelah sepi bibi?" tanya Nona yang duduk dan meminum minuman yang di suguhkan oleh bibi Sumi.     

"Mungkin belum pulang, si Mirna di sini seharian, temani bibi, kamu mandi sana, habis itu solat," ucap bibi yang meminta Nona mandi dan solat asar.     

Nona menganggukkan kepala, dia bangun dari tempat duduk dan masuk ke kamar. Mirna yang datang dari dapur melihat bibi sendirian, bukannya tadi suara Nona terdengar tapi kenapa tidak terdengar lagi.     

"Bibi, mbak Nona mana? Kenapa tidak kelihatan ya?" tanya Mirna kepada bibi Sumi.     

"Oh, Nona mandi, sudah sore juga, jadi saya minta dia segera mandi dan solat," jawab bibi ke Mirna yang di tanggapi anggukkan kepala ke arah bibi.     

"Baiklah, kalau begitu bibi, semua makanan sudah siap, kita bawa ke sebelah ya, sepertinya mobil pak ustadz sudah masuk halaman rumah itu, dan itu juga mobil mas Dino juga, mereka sudah pulang bibi," jawab Mirna yang bangun dari tempat duduk untuk membawa pulang makanan dan menyambut kedatangan suaminya.     

"Kamu duluan saja, bibi akan menunggu Nona, kamu layani Ian dulu sana ya," jawab bibi ke Mirna.     

Mirna membawa banyak barang dan membuat dia harus bolak balik, makanan yang dia dan bibi masak di pindahkan ke rumah sebelah. Dino dan yang lainnya bersiap membersihkan diri, sebelum mendengar apa yang akan mereka bicarakan.     

Bram yang mengintai mereka tersenyum karena mereka bisa mengecoh dirinya.     

"Siapa yang kalian jumpai hingga aku terkecoh seperti ini? Apa kalian sudah menyadari jika aku tidak sakit? Jika iya maka aku akan salut pada kalian semuanya, aku tidak menduga kalian bisa dengan mudah mengetahuinya, aku jadi tidak bisa sembunyi lagi, aku akan mengambil yang menjadi hak aku," jawab Bram dengan seringai yang menakutkan dan menyeramkan.     

Bram pergi begitu saja, dia bukan Bram seperti dulu lagi, dia sudah seperti Bram yang setengah manusia setengah jin, jimat itu sudah membuat dia jadi pengabdi jin, hingga jimat itu menyatu dengan dia, sedangkan sahabat Bram yang awalnya ingin memeriksa Bram mengurungkan niatnya karena saat ini sedang lemah tidak berdaya, tidak ada yang tahu sama sekali, hanya suster yang sudah terpengaruh saja yang berani mendekati Bram.     

"Jadi, bagaimana dengan hasil penyelidikan kalian tadi? Apa anak buah Bram yang menemui Nona waktu itu tahu siapa yang terbaring di sana?" tanya mang Dadang dengan wajah yang serius.     

"Dia tidak tahu jika itu Bram atau tidak, cuma dia curiga karena Bram kelihatan seperti orang lain, Bram tidak seperti itu, dan supir yang ikut dia kemana saja dia berada saja tidak dia temukan dan anehnya tidak dia jumpai padahal katanya hanya di minta tunggu sebentar, tapi dia hilang, apa mang Jupri tidak tahu dia di mana?" tanya Ian yang menjelaskan hasil penyelidikan dia ke semuanya.     

"Dia sudah menghilang sejak lama, di rumah tidak ada, anak buah Bram itu bingung kemana orang tua itu berada," ucap pak ustadz ke mereka semuanya.     

"Apa dia mengira kalau yang kita lihat berbalut dengan perban itu pak supir itu, apa dia juga mengorbankan supirnya agar dia bisa menjalankan rencananya untuk menyerang kita?" tanya Paijo yang membuat mereka mengangga.     

Brakkkk!     

Semuanya melihat ke segala arah, karena suara yang terdengar cukup keras terdengar jelas di telinga mereka semuanya.     

"Apa ada yang jatuh, atau ada yang memukul sesuatu?" tanya Ian yang penasaran dengan suara itu.     

"Ayo kita lihat di luar, siapa tahu ada sesuatu yang terjadi, apa pintu garasi aman kan?" tanya mang Dadang yang mengajak mereka untuk pergi melihat apa yang terjadi.     

Dino bangun dan melihat dari jendela ada apa yang terjadi, saat dia melihat ke arah jendela dan dia melihat ada seseorang yang berdiri di luar pagar dan yang lebih mengejutkan mobilnya rusak parah seperti orang kecelakaan.     

Mang Dadang yang melihatnya juga mengangga, apa yang terjadi dan suara itu ternyata dari mobil Dino yang terlihat sangat mengerikan rusaknya dan dia juga melihat ada seseorang di luar pagar.     

"Ap-apa yang terjadi dengan mobilmu Dino?" tanya Ian yang terkejut melihat mobil Dino yang tidak ada angin tidak ada hujan hancur lebur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.