Dendam Winarsih

Epilog-Kebahagian Itu Sederhana



Epilog-Kebahagian Itu Sederhana

0Mereka pulang ke rumah dengan tenang, kembali ke kehidupan mereka yang damai, Bram sudah tiada. Sekarang mereka bisa bernapas lega karena mereka akan menjalani hidup bahagia.     

Sebulan lebih pasca kepergian Bram, dan saatnya Dino menunggu hari kelahiran anaknya yang pertama sedangkan Ian harus menunggu sebulan lagi, karena hamil kedua istri mereka berbeda.     

"Aduh, Dino kamu jangan mondar mandir mulu, aku jadi pusing lihatnya, duduk apa tidak bisa kah?" tanya Ian yang ikut menemani Dino, bukan hanya mereka saja tapi semuanya.     

"Iya benar, Dino ini kalau sudah panik, semuanya panik juga, aku jadi bingung dengan kamu ini Dino, aku tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran si Dino, dia yang mau jadi ayah kita yang pusing dan Nona yang mau melahirkan kita yang mules," protes Paijo kepada Dino yang dari tadi hanya mondar mandir seperti setrikaan rusak.     

Ceklekkk!     

Pintu ruang bersalin terbuka, terlihat Bibi Sumi ke luar dan tentu saja dia ingin bertemu dengan Dino.     

"Dino, ayo masuk, Nona mau ketemu kamu, ayo cepat, dia ingin kamu temani dia, ayo masuk," ajak bibi yang keluar karena ingin mengajak Dino masuk ke dalam ruangan bersalin.     

"Aku takut bibi," rengek Dino yang takut untuk masuk ke dalam.     

Dino menatap pak ustad dan pak ustad menganggukkan kepala ke arah Dino, Dino menganggukkan kepala dan langsung masuk bersama dengan bibi Sumi.     

Di dalam ruangan bersalin, Dino mendekati Nona, Nona sudah keringat dingin dan dia sudah menangis menahan sakit, dokter terus meminta Nona untuk tetap tenang dan mengikuti intruksi dari dokter yang sedang mengarahkan caranya dia melahirkan normal. Pada pembukaan ke sepuluh Nona akhirnya melahirkan dan bayinya keduanya lahir dan bayi lelaki yang tampan menangis.     

"Kamu hebat sayang, kamu benar-benar hebat dan aku tidak menyangka kamu bisa kuat, aku sayang kamu anak kita akan bangga dengan kamu nak," ucap Dino dengan suara serak dan air matanya mengalir dengan deras tentu saja mereka tidak pernah melupakan momen yang bahagia ini.     

"Kamu ayah yang hebat dan aku kami bangga bisa memiliki kamu, terima kasih sudah bersama kami," ucapan tulus Nona membuat Dino mengusap air matanya.     

Selesai di mandikan, bayi lelaki Nona dan Dino langsung segera di pindahkan dan dia di taruh dia tempat boks bayi. Nona di pindahkan di tempat yang sudah Dino pesan, tempat yang nyaman untuk keduanya.     

"Selamat Dino, aku senang kamu bisa mendapatkan bayi yang lucu dan lihatlah, dia sangat lucu sekali, aku senang melihatnya, dia tampan sepertimu," ucap pak ustad kepada Dino.     

"Bukan seperti ibunya ya, Dino mana tampan, dia biasa saja, tampanan aku pak ustad," bela Ian yang membuat Mirna mencubit perutnya.     

"Baiklah, aku harap kamu tidak tidur di luar sama Narsih," ucap mang Dadang yang tertawa melihat Ian yang di cubit oleh Mirna.     

Mirna tertawa karena mang Dadang mengatakan hal itu, Dino tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya ini.     

"Dino, apa kita besok jenguk sahabat Bram tidak, aku dengar dia mendapatkan remisi dan tentu saja itu baik untuk mereka, paling tidak mereka bisa mengurangi masa tahanan mereka di sana," ucap Paijo kepada Dino.     

"Boleh, ajak mereka juga, siapa tahu mau ikut," ucap Dino yang menunjuk mang Dadang dan mang Jupri.     

"Bukan aku tidak mau, aku itu lelah, lihat saja jalan saja sudah susah, aku di rumah saja, kalian saja yang duluan ya," ucap mang Jupri kepada Dino.     

"Aku ikut, karena sekalian mau meliput mereka, pihak kantor meminta kita untuk meliput mereka semuanya," ucap Toni kepada Dino.     

Dino pun menganggukkan kepalanya, dia benar-benar bisa menikmati masa depan yang lebih baik bersama dengan keluarga kecilnya. Dino dan yang lainnya berbincang, satu sama lain membahas apa yang terjadi.     

Keesokan harinya, Nona yang sudah bisa pulang, dia pulang bersama Dino, Dino benar-benar memperhatikan Nona dan tentu saja dia ingin Nona lebih mendapatkan perhatian dari dirinya.     

Hari berlalu begitu cepat, mereka merayakan ulang tahun pernikahan dan Paijo pun melamar pujaan hatinya, begitu juga dengan Toni dan Paimin yang sudah mendapatkan pasangan masing-masing tapi belum melangkah ke jenjang yang lain, mereka benar-benar ingin menikmati hari yang indah dan tentu saja hari di mana mereka harus wisuda.     

"Selamat ya, kalian sudah mendapatkan gelar sekarang dan naik pangkat juga, semoga kalian sukses selalu ya," ucap Dino yang memberikan semangat kepada keduanya.     

"Terima kasih banyak mas, semuanya berkat mas Dino dan semuanya yang sudah membantu saya, jika bukan kalian berdua pasti kami tidak jadi apa-apa sekarang," jawab tulus Toni kepada Dino.     

"Iya, tidak apa, aku senang bisa bantu kalian, kalian sudah aku anggap adik jadi jangan buat aku sedih dengan apa yang kalian katakan, aku tidak suka kalian berkata seperti itu, ingat ya, aku akan selalu anggap kalian adikku," ucap Dino dengan tulus.     

"Terima kasih banyak, kalau begitu kita akan adakan makan-makan besar mas, ingat ya kali ini aku yang traktir kamu," ucap Toni kepada Dino dan yang lainnya.     

Semuanya setuju, mereka benar-benar senang karena mereka tidak lagi di ganggu oleh siapapun, dan sekarang mereka sangat bahagia bisa berkumpul dan bahagia bersama.     

Dino dan yang lainnya di ajak makan di tempat yang suasananya kekeluargaan, dengan anak kecil yang lucu pasti itu anak dari Dino dan Ian yang sama-sama anak lelaki menambah suasana makin rame celotehan keduanya membuat rumah mereka tidak pernah sepi.     

"Sini, biar nenek yang jaga mereka berdua," ucap bibi Sumi yang menawarkan diri menjaga anak Dino dan Ian, keduanya tidak rewel dan para orang dewasa sibuk dengan kegiatan memancing dan memesan makanan.     

"Sayang, sini duduk di dekat aku, ikannya belum dapat anak kita pun di jaga bibi." Dino mengajak Nona untuk duduk di dekat dia dan Nona pun menuruti kemauan Dino.     

"Oh ya, sejak peristiwa itu, mbak Narsih tidak pernah muncul lagi, dia juga tidak pamitan pada kita, tapi tidak masalah karena aku senang dia sudah membalaskan dendamnya.     

" Dia sudah pamitan padaku, dia mengatakan maaf tidak bisa pamitan pada kalian, karena dia tidak mempunyai waktu, dia harus kembali ke alamnya, jadi dia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada kita dan dia memberikan sesuatu pada kita dan itu seperti kenangan dari dia, sebuah liontin yang ini aku pakai, dan katanya emak yang kasih ke dia, dan ini dia temukan di rumah emak yang kebakaran itu," jawab Nona kepada Dino.     

"Bagus ya, aku senang aku harap dia bahagia bersama emak dan abah, sama seperti kita sayang, bahagia terus karena kebahagiaan itu sederhana, tidak bisa di nilai dengan uang." Nona dan Dino akhirnya hidup dengan kebahagiaan yang mereka ukir sendiri jatuh bangun mereka sudah lewati suka dan duka juga sudah sekarang menikmati kebahagiaan yang datang pada mereka sekarang, nanti dan akan datang. Tamat.     

Yuk singgah di Kutukan Arwah Darsimah ya Mualiate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.