Dendam Winarsih

Dia Mau Bunuh Bapak



Dia Mau Bunuh Bapak

0Apa yang kamu tunjuk hmm? Tidak ada apa pun, lihat saja itu, kamu ini lah, jangan asal tunjuk," ucap Paijo yang sedikit kesal karena tidak ada apapun di sana.     

"Ada mas, itu dia eh, dia di mana? Tapi, benar ada itu mas di sana, dia pakai pakaian yang aneh sekali, saya nggak bohong mas, sumpah mas," bela Toni yang benar-benar melihat seseorang yang mencurigakan.     

Dino melihat dari sorot mata yang Toni katakan, dia tidak bohong, jika orang itu seperti yang di katakan oleh Toni seperti itu berarti dia adalah Bram yang keluar dari persembunyiannya dan ke sini ingin bertemu dengan Deka dan Deki pikir Dino dalam hati.     

"Sudah, aku rasa itu bukan orang lain, dan aku yakin itu Bram, jika bukan Bram mana mungkin dia tidak ada di sana," jawab Dino yang membenarkan apa yang dikatakan oleh Toni.     

"Jadi, benar apa kata Toni katakan kalau dia melihat seseorang yang wajahnya mirip Bram dan dia ke sini juga, jadi dia ke sini mau bunuh orang kah?" tanya Paijo kepada Dino yang di anggukkan oleh Dino dan Toni     

"Bahaya ini, jika benar itu dia maka dia akan datang membunuh rekannya ini, wah bisa darurat ini namanya ya," ucap Ian yang raut wajahnya cemas.     

"Anggap saja kita tidak lihat dia dan kita harus berpura-pura tidak tahu, jika tidak maka kita yang akan ketahuan," ucap Dino yang meminta sahabatnya tenang dan berpura-pura tidak melihat kedatangan Bram di sini.     

"Baiklah kalau begitu, aku akan tenang dan tidak akan krasak krusuk," ucap Ian dan di anggukkan oleh yang lainnya.     

Lama menunggu akhirnya mereka diperbolehkan untuk masuk ke dalam bertemu dengan sahabat Bram walaupun bergantian tetap mereka tidak masalah sama sekali.     

"Aku harap kita bisa memberi tahu kan ke sahabatnya untuk berhati-hati jangan terpancing dan selalu waspada," ujar Paijo lagi kepada Ian.     

"Iya, kita harus waspada ini, jangan sampai terpengaruh mereka, karena mereka mengatakan kejahatan mereka kan, jadi harus lebih waspada lagi," ucap Ian yang di anggukkan Paijo.     

Deki ke luar dari dalam dan tersenyum ke arah Dino dan yang lainnya, mereka ikut tersenyum ke arah Deki.     

"Ada apa kalian ke sini?" tanya Deki ke Dino dan sahabatnya.     

Dia bingung kenapa mereka di sini, padahal semalam sudah ke sini juga, apa ada hal yang mendesak pikirnya dalam hati.     

"Ah, begini, saya mau katakan, kalau sebenarnya saya itu ingin apa ya, bagaimana katakannya, soalnya sedikit bingung mau mulai dari mana," ungkap Dino yang bingung mau katakan apa ke Deki.     

"Kalian mau katakan masalah Bram lagi, masalah dia bunuh orang lagi kah?" tanya Deki yang menebak ke mana yang akan mereka katakan.     

Dino dan sahabatnya menganggukkan kepala dan menatap ke arah Deki. Deki tersenyum ke arah mereka semuanya, dia menarik nafas dan membuangnya perlahan.     

"Aku rasa, dia itu tidak akan datang ke sini, kalau pun dia datang dalam wujud yang berbeda maka saya tidak masalah, jika dia tidak terima saya hidup ya silahkan dia mau apakah saya, toh saya yakin niat dia ke sini apa," jawab Deki tegas.     

"Dia mau bunuh bapak, apa bapak tidak masalah jika dia bunuh bapak?" tanya Paijo yang penasaran dengan jawaban Deki.     

"Kalau di tanya masalah atau tidak ya masalah, saya masih punya anak, hanya tinggal saya sendiri saja, dan saya juga bingung mau katakan apa ke mereka nanti, yang ada mereka akan sedih dan mungkin saja mereka akan jadi yatim piatu, apa yang harus saya lakukan saat ini, tidak ada, jadi saya hanya bisa diam saja kan, da menerima jika memang takdir saya selesai," jawab Deki dengan lugas.     

"Jadi maksudnya bapak tidak masalah jika memang dia datang, dan apa dia sudah datang ke sini?" tanya Dino yang langsung ke intinya.     

"Kalian melihat dia tadi, saya tadi tidak menerima tamu, siapapun itu, baik keluarga maupun yang lainnya, karena saya mau istirahat, saya lelah dengan Bram dan kejahatannya, biarkan saja dia sendiri di sana, yang ada dia akan datang terus kan, kenapa kalian tidak musnahkan dia saja, jika kalian takut dia menganggu kalian ?" tanya Deki.     

"Seperti yang bapak tahu, kami sudah usaha, dia masih tidak bisa di lumpuhkan dan dia pergi dan lari ke sana ke mari pak, dia meneror kamu tanpa sebab dan sekarang asistenny meninggal, dan kemungkinan dia juga akan datang ke sini makanya kami ke sini mau memberi tahu kan kalau dia sudah tidak bisa di lepaskan lagi, bapak tahu kan bagaimana keadaan dia saat ini menyeramkan sekali," lanjut Ian dengan wajah semangat menceritakan kondisi Bram saat ini.     

Helaan nafas terdengar dan jelas itu membuat Dino dan sahabatnya ikut menghela nafas. Mereka melihat ke arah Deki yang tenang tanpa peduli jika nyawanya akan hilang sebentar lagi.     

"Biarkan dia datang, saya mau tahu dia mau apa, saya yakin dia tidak akan berani jika pun dia muncul ya mau bagaimana lagi, serahkan ke Tuhan saja," ucap Deki lagi kepada Dino dan semuanya.     

"Tapi, bapak harus hati-hati jangan sampai bapak kenapa-napa, bukan apa, sayang dengan keluarga bapak," ucap Ian yang meminta Deki untuk hati-hati.     

Deki menganggukkan kepala, dia tahu kalau mereka khawatir dengan dirinya. Lama berbincang, jam besuk sudah habis, mereka langsung segera pergi dari hadapan Deki.     

"Semoga kita bisa ketemu lagi dalam suasana yang baik ya," ucap Dino dengan tulus.     

"Iya, semoga saja, saya juga berharap kalian selalu bersama dan semoga kita bertemu lagi," jawab Deki yang menyalami mereka semuanya.     

Dino dan yang lainnya mengangguk, mereka pergi dari hadapan Deki dan ke luar dari kantor polisi. Sampai di parkiran mereka melihat ada kertas di selipkan dan warnanya juga merah, seperti darah, Dino melihat ke arah Ian dan Paijo.     

"Apa kita ambil atau buang?" tanya Dino ke Ian dan yang lainnya.     

"Menurut aku buang aja mas," jawab Paimin.     

"Aku setuju, karena menurut aku, kita harus bisa membuat dia marah dan ke luar dari sarangnya, bahaya jika dia tidak mau keluar yang ada kita akan terdesak dan kita yang makin sulit mengejar dia, sudah cukup dia bermain, aku mau dia selesai hari ini juga," ucap Ian kepada Dino.     

Dino pun menganggukkan kepala dan membuangnya dengan kayu yang dia jumpai, dia akan membuat Bram ke luar dari persembunyiannya, sekarang terornya tidak lagi dia pedulikan sama sekali, dia akan ikut permaian Bram.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.