Dendam Winarsih

Tolong Aku Dino



Tolong Aku Dino

0Narsih yang berdiri di depan Dino dan pak ustad juga yang lainnya hanya bisa merasakan ketenangan tapi sesaat tubuhnya mulai terasa panas. Narsih gelisah dan tidak bisa berkata apapun dia menggeliat karena tubuhnya panas.     

"Panas, Dino, panas Dino, ahhhh, panas sekali ini," ucap Narsih kepada Dino dengan suara gemetar.     

Dino yang mendengar apa yang dikatakan oleh Narsih mulai membuka matanya, dia bingung kenapa Narsih menggeliat seperti cacing kepanasan dan yang lebih parahnya tubuhnya berasap.     

"Aaaahhh, panas, tolong aku Dino, panas sekali ahhhh," jeritan Narsih membuat Dino panik dan bangun dari tempat duduknya.     

Ian yang berada di dalam kamar langsung bangun, dia mendengar suara jeritan, mang Dadang juga ikutan bangun karena mendengar suara jeritan. Keduanya ke luar dan terkejut melihat Dino dan yang lainnya sudah berada di ruang solat, dan Dino mendekati Narsih.     

Mang Jupri yang mendengar suara teriakkan dari rumah sebelah bergegas bangun. Bibi Sumi yang ikutan bangun melihat ke arah suaminya.     

"Ada apa? Kenapa mereka menjerit, itu bukannya suara dari Narsih ya pak?" tanya bibi Sumi kepada mang Jupri.     

"Aku tidak tahu, kita lihat saja nanti, kamu di sini saja ya, jangan ikut, jaga Nona saja, nanti aku kabari," ucap mang Jupri kepada istrinya.     

Bibi Sumi menganggukkan kepala dan langsung keluar dari kamar menuju rumah sebelah. Di sebelah rumah suasana mencekam, Dino tidak tahu kenapa dengan Narsih.     

"Mbak, kenapa ini? Kenapa mbak menjerit dan kenapa tubuhnya berasap," ucap Dino kepada Narsih yang terus menjerit kesakitan.     

Mang Dadang yang melihat keadaan makin mencekam heran apa lagi suara jeritan Narsih yang benar-benar membuat bulu kuduk merinding. Ian yang melihat Narsih ke sana ke mari tembus dinding dan memandang ke arah Dino dengan tatapan tajam.     

"Mang, kenapa dengan Narsih? Dia menjerit seperti kesurupan, apa hantu bisa kesurupan?" tanya Ian kepada mang Dadang yang memandang ke arah Narsih yang menggeliat dan menjerit.     

"Aku tidak tahu, aku saja baru keluar dari kamarku," ucap mang Dadang kepada Ian.     

Toni dan Paimin melihat Narsih yang terus menjerit mulai merasa takut karena mereka tidak tahu kenapa Narsih seperti itu dan membuat keduanya hanya diam saja dan membacakan doa seperti yang pak ustad katakan.     

Mang Jupri mengetuk pintu dari belakang rumah, dia terus mengetuk, tapi tidak ada yang membukanya, Narsih yang melihat Dino di depannya mendekati Dino dan memandang tajam ke arah Dino, dengan cepat Narsih mencekik Dino, Dino yang mendapat serangan dari Narsih terkejut begitu juga dengan Ian dan mang Dadang, keduanya terkejut dan tidak tahu kenapa bisa Narsih menyerang dia.     

"Narsih, sadar kamu, kenapa kamu menyerang dia, lepaskan tangan kamu dari lehernya, cepat lepaskan sekarang aku bilang, jangan kamu cekik dia Dino Narsih," ucap Ian yang bergerak cepat menarik tangan Narsih yang menyerang Dino.     

Mang Dadang juga ikut menarik tangan Narsih, Paijo yang melihat Dino di cekik juga ikut menarik tangan Narsih untuk melepaskan dari leher Narsih. Dia benar-benar tidak tahu harus apa, tangan Narsih benar-benar membuat leher sahabatnya itu luka dan Dino tidak bisa bernafas.     

Pak ustad Mahdi yang berada di tempat makamnya Narsih melihat makam Narsih yang berbeda setelah di siram sesuatu oleh Bram mulai membacakan doa, dia tahu apa yang terjadi di rumah saat ini, dia langsung duduk dan membaca lantunan ayat suci. Ilmu pak ustad dan mbah Agung beradu dan tidak ada yang mengalah sama sekali.     

"Menyerahkan kamu, jangan ikut campur, aku akan membunuh pria ini jika kamu tidak menyerah," ucap mbah Agung kepada pak ustad.     

"Kamu jangan menambah beban arwah ini, dia hanya ingin hidup tenang, yang membunuh dia harus mengakui kesalahannya, dia tidak minta apa-apa, hanya meminta pembunuh atas dirinya mengaku, kita orang luar jangan menambah ksiruh lagi, pergilah, dan jangan ganggu, jangan menambah dosa," ucap pak ustad Mahdi.     

"Tutup mulutmu, kamu juga banyak dosa jangan mengatakan aku juga banyak dosa, ingat dosa kita sama-sama banyak, jadi jangan sok suci kamu," hardik mbah Agung kepada pak ustad.     

"Saya tidak katakan saya tidak mempunyai dosa, saya punya dosa yang banyak, tapi saya tidak melakukan dosa yang sama, saya memperbaikinya dengan hal yang baik yang bisa menghapus dosa saya, jadi jangan sampai kamu juga melakukan hal yang sama, bertobatlah, kembali ke jalan yang benar," jawab pak ustad kepada mbah Agung yang tidak mau menyerah.     

Mbah Agung yang tidak terima terus membacakan mantra begitu juga dengan pak ustad yang juga membaca doa. Narsih yang di rumah di tarik paksa oleh Ian dan yang lainnya. Mereka melihat Dino sudah lemas dan tidak berdaya. Dengan gerakkan cepat dan tarik kan dari tangan Paijo dan Ian, tangan Narsih bisa lepas dari leher Dino.     

"Akhhhhh, sakit sekali, ya Tuhan apa yang terjadi, uhuuukkk .... uhukkkk, kenapa dia seperti ini," ucap Dino yang terbatuk-batuk dan menghindari Narsih.     

Ian dan Paijo memegang tangan Narsih dengan kuat, begitu juga dengan mang Dadang, Toni dan Paimin menarik Dino untuk menjauh.     

"Jangan dekati dulu mas, bahaya itu, takutnya mas kena cekik lagi," ucap Toni yang meminta Dino jangan dekati Narsih.     

Narsih yang di pegang oleh tiga orang memandang ke tiganya, dia sekali-kali memohon kepada ketiganya.     

"Tolong mang, aku sakit, mereka ingin menarikku dan makamku di berikan sesuatu makanya aku seperti ini, Bram benar-benar melakukannya mang, tolong aku," ucap Narsih dengan lirih.     

"Lawan dia Narsih jika kamu tidak lawan maka kamu yang akan menderita, lawan dia, dasar dukun tidak punya hati, apa masalah dia dengan Narsih saat ini," geram mang Dadang yang meminta Narsih untuk melawan mereka semuanya dan tentu membuat Narsih mengerang dan menembus tembok.     

Ian, Paijo dan mang Dadang yang menahan Narsih terkejut karena Narsih menembus dinding dan menghilang. Tubuh ketiganya tertubruk cukup kencang di dinding hingga membuat ketiganya mengerang kesakitan.     

Bughhh!     

"Akhhh, sakitnya punggungku," erang Ian yang menggeliat kesakitan karena tubuhnya membentur dinding.     

Mirna yang di dalam ingin keluar tapi Ian melarang dia keluar karena di tahu Mirna akan takut jika ketemu Narsih, Mirna akan pingsan kembali.     

"Dia mau ke mana itu, aduh sakitnya punggungku, mereka membuat aku ingin membunuh mereka semua, Bram sialan, aku akan menuntut dia," ucap Paijo yang terduduk menahan punggung yang sakit akibat benturan yang cukup keras.     

"Mamang rasa, dia ke rumah dukun itu atau ke makamnya, entahlah, mamang tidak tahu menahu," ucap mang Dadang yang berusaha bangun dan mendekati Dino yang lehernya berdarah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.