Dendam Winarsih

Awas Kalian Semua



Awas Kalian Semua

0Mbah Agung yang berusaha melawan tapi dia di kalahkan oleh doa yang di lantunkan oleh pak ustad dan warga yang ikut berkumpul di makam Narsih dan tentu saja dia mulai membacakan mantra.     

"Sumasenukanegu mareshudajahi," ucapan mantra yang diucapkan oleh mbah Agung membuat meja ritual mbah Agung bergetar dan membuat semuanya berantakan dan pada akhirnya mbah Agung kalah wadah tanah liatnya meledak.     

Booomm!     

Mbah Agung tercampak dengan sendirinya dan dia mengerang kesakitan karena punggung mbah Agung menghantam dinding.     

"Sialan kalian semuanya, kalian benar-benar tidak tahu diri, aku akan menghabisi kalian. Awas kalian semuanya, aku tidak akan tinggal diam," erangan penuh amarah terlihat jelas di mata Mbah Agung.     

Mbah Agung memuntahkan darah dari mulutnya dia benar-benar tidak tahu harus apa. Mbah Agung mulai mengusap mulutnya dan dia melihat ke arah meja ritualnya yang terlihat berantakan.     

"Aku akan meminta bantuan guruku aku yakin guruku akan mau membantuku," gumam si mbah dengan seringai yang tajam.     

****     

Dino yang sudah di bawa oleh mang Dadang, Paijo dan Paimin langsung di masukkan ke IGD, dia mendapatkan penanganan yang insentif dari dokter.     

"Mang, apa Dino selamat? Lihat lukanya sangat menakutkan dan aku takut sekali mang, takut dia kenapa-napa dan aku takut sekali," ucap Paijo yang takut kalau temannya itu kenapa-napa.     

"Berdoa saja, aku yakin Dino orangnya kuat dan kita akan bisa menyelesaikan ini, aku harap mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal, jangan takut jika mereka menyerang kita lagi, serahkan kepada Allah." mang Dadang menepuk pelan pundak Paijo untuk membuat dia tenang.     

Mang Dadang juga menepuk pelan pundak Paimin dan tersenyum. Dia tahu Paimin mau ketemu gurunya, dia juga berjanji akan menemani Paimin.     

"Mamang akan menemani kamu, jangan takut ya," ucap mang Dadang yang di anggukkan oleh Paimin.     

Mang Dadang tersenyum karena dia benar-benar berada di tempat yang bisa membuat dia bahagia.     

Ceklekkk!     

Dokter yang sudah selesai memeriksa dan mendoakan Dino keluar untuk bertemu dengan keluarga Dino.     

"Keluarga pasien mana ya?" tanya Dokter dengan wajah yang tersenyum. Mang Dadang yang mendengar apa yang dokter katakan langsung berdiri dan berharap mereka mendapatkan kabar baik.     

"Dokter kami keluarga pasien, bagaimana dengan anak saya, apa dia baik saja, dan tidak ada masalah yang berarti kan?" tanya mang Dadang kepada dokter.     

"Anak bapak sehat, cuma saya heran kenapa bisa ada bekas cekikikan, dan beruntung tidak parah dan dalam, jika dalam maka bisa mengenai pita suaranya dan berakibat tidak baik pak," ucap dokter kepada mang Dadang.     

Paijo benar-benar membenci Bram dan Diman yang tidak punya hati. Paijo akan membuat perhitungan dengan dia. Awas kamu Bram, Diman aku akan buat kamu mati di tangan aku, aku pastikan kamu akan habis di tangan aku, Paijo mengepalkan tangannya dengan kencang dan tentu membuat dia membenci kedua orang itu.     

"Kalau begitu, dia akan di rumah sakit dua tiga hari ya, kami akan memeriksa anak bapak, jadi kami tahu perkembangannya," ucap dokter kepada mang Dadang.     

"Terima kasih banyak ya, saya harap anak saya sembuh, kami akan urus ruang inap anak saya ya," ucap mang Dadang kepada dokter.     

Dokter menganggukkan kepala dan pergi dari hadapan mang Dadang dan yang lainnya. Mang Dadang terduduk dan menghela nafas karena dia tidak menyangka Dino benar-benar kuat.     

"Mang saya akan urus tempat Dino menginap dulu ya, mang tidak apa kan di sini?" tanya Paijo yang akan mengurus kamar inap Dino.     

"Saya saja Paijo, saya belum bisa bantu apa-apa ke Dino, sedangkan dia baik ke saya, kamu tunggu di sini saja ya," ucap mang Dadang kepada Paijo.     

Mang Dadang tidak mau merepotkan Paijo lagi, dia yang akan bayar. Paijo yang ingin membantah pun tidak bisa karena Mang Dadang lebih dulu pergi dan meninggalkan dia dan tentu membuat dia tidak bisa berkata apapun.     

"Ayo kita lihat Dino, nanti mang Dadang akan menyusul kita," ucap Paijo kepada Paimin.     

"Iya, ayo mas, saya tidak menyangka akan panjang mas, saya pikir mas Dino tidak di sakiti lagi, tapi dia di sakiti lagi, belum sudah yang kemarin ini dia harus merasakan lagi," ucap Paimin yang melangkah kan kaki ke dalam ruang IGD.     

"Aku harap, Bram bisa merasakan hukuman yang setimpal, kita tidak tahu harus apa lagi, menjebak dia tidak mungkin," ucap Paijo.     

Keduanya masuk dan melihat Dino tertidur lehernya di balut lagi, belum sembuh sudah kena lagi. Mang Dadang yang sudah membayar uang untuk kamar inap Dino langsung ke ruang IGD dan menemui Dino.     

Sampai di depan ruang IGD, mang Dadang masuk dan terlihat suster tengah mempersiapkan Dino untuk di bawa ke kamarnya.     

"Udah siap semuanya?" tanya mang Dadang ke Paijo.     

"Eh, sudah tuh, suster mau bawa ke ruang inap Dino, semoga Dino sembuh, kabari mang Jupri lah, kasih tahu ke mang Jupri dan tanyakan kabar pak ustad juga," ucap Paijo kepada mang Dadang.     

"Iya, nanti saat di ruangan Dino saja," jawab mang Dadang yang di anggukkan oleh Paijo.     

Dino di bawa ke luar menuju ruang inap, mang Dadang mengambil ruangan sendiri agar mereka mudah untuk menjaga dan lebih leluasa. Sampai di ruang inap, suster merapikan infus dan mengecek kembali kondisi Dino setelah selesai baru suster pamitan.     

"Nanti, jika pasien sembuh silahkan kabari dengan tekan tombol biru ya," ucap suster kepada mang Dadang dan Paijo juga Paimin.     

"Terima kasih banyak ya," ucap mang Dadang kepada suster.     

Suster pergi dan menutup pintu kamar inap Dino. Mang Dadang duduk di kursi. Mang Dadang mengambil telpon untuk mengabari orang rumah. Paijo menatap ke arah Dino tidak berapa lama Narsih masuk dan melihat ke arah Paijo. Paijo kaget karena Narsih di sini.     

"Mbak, kenapa di sini dan bagaimana dengan mereka?" tanya Paijo yang penasaran apa yang terjadi.     

Mang Dadang yang tengah telpon dengan mang Jupri juga terkejut dan menatap ke arah Narsih yang datang dan menatap sendu ke arah Dino.     

"Aku tidak tahu dan aku tidak tahu apapun, kenapa aku mencekik dia, maafkan aku, aku tidak sengaja sama sekali dan maafkan aku, aku tidak sengaja, aku benar-benar tidak sengaja, ini bukan mauku," ucap Narsih yang tidak bisa membendung rasa bersalahnya terhadap Dino.     

"Sudahlah, kita tidak mungkin menyalahkan mbak, ini bukan salah mbak, yang sudah terjadi biarkan terjadi," ucap Paijo kepada Narsih yang tertunduk.     

"Iya benar, kami tidak menyalahkan kamu Narsih, semua sudah terjadi seperti yang Paijo katakan, sekarang bagaimana caranya kita buat mereka mendapatkan balasannya," ucap mang Dadang kepada Narsih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.