Dendam Winarsih

Akhirnya Aku Menemukan Kamu



Akhirnya Aku Menemukan Kamu

0Bram senang karena dia bisa mendapatkan kabar keberadaan Nona dan itu mudah buat dia merampas Nona, dia akan berusaha untuk bisa merampas Nona dari Dino.     

"Bos, anda masih di sana?" tanya Sanusi kepada Bram yang tidak mengeluarkan satu patah katapun.     

"Saya hanya mau kamu awasi mereka, rumah itu saja, kalau sahabatnya itu tidak akan saya pedulikan, mereka akan menunggu waktunya, besok saya akan ke sana, jika lengah dan tidak ada orang di rumah itu maka kabari saya segera, saya akan segera pergi membawa mereka," ucap Bram kepada Sanusi.     

"Baik bos, akan saya lakukan sekarang, saya akan minta anak buah saya ke tempat calon bos, dan satu hal lagi, mengenai hantu itu bos bisa langsung ke rumah mbah Agung," ucap Sanusi kepada Bram.     

"Buat apa lagi, bukannya dia juga sudah gagal mendapatkan dia dan tentu saja dia pasti tidak bisa mengalahkan Narsih, kamu dengar sendiri kan dia bilang apa, aku juga terluka ini, lihat lah," ucap Bram yang tidak percaya lagi dengan si mbah itu.     

"Bukan begitu, saya hanya mau mengatakan kalau gurunya bisa, lihat saja informasi dari guru mbah Agung, dia bisa mengetahui di mana keberadaan calon Anda, jadi buat apa lagi Anda tidak percaya dengan gurunya itu," ucap Sanusi kepada Bram.     

Bram diam saat mendengar apa yang anak buahnya kata tadi, benar juga, Nona saja di temukan oleh guru mbah Agung, apa lagi Narsih pikirnya.     

"Nanti kita ke sana, aku akan bertemu dengan mereka, kalau sekarang aku mau istirahat dulu, kepala aku sakit," ucap Bram kepada Sanusi yang di balas anggukkan Sanusi.     

Sanusi pun pergi dari rumah Bram, dia ingin segera pergi dan istirahat juga dia akan mengatakan ke anak buahnya untuk mengawasi rumah calon istri bosnya.     

"Akhirnya aku menemukanku, aku yakin kamu akan senang bertemu dengan kamu, dia pasti tinggal bersama istri pak tua itu, pak tua itu sudah dia bunuh, sekarang giliran wanita tua itu yang aku lenyapkan, baiklah, kalau begitu, kita akan lihat bagaimana reaksi kamu saat bertemu aku nanti sayang," ucap Bram kepada dirinya itu.     

Bram tersenyum smirk dan tentu saja rasa bahagia itu muncul di hatinya, dia senang sekali bisa melihat Nona kembali, dia tidak pernah sesenang ini.     

Bram bergegas pergi dari ruangan kerja, dia ingin ke kamarnya, Narsih yang tiba di rumah Bram melihat Bram tersenyum, dia menatap Bram dengan aura kebencian, karena Bram lah yang membuat dia mencekik Dino.     

"Apa yang sedang kamu senangkan Bram, apa kamu senang bisa melihat orang celaka, jika itu yang buat kamu senang maka aku akan buat kamu celaka, tidur lah, aku akan buat kamu terluka seperti waktu itu, aku akan sekalian membunuh kamu Bram, akan aku buat kamu dan Diman yang lebih dulu pergi." Narsih ingin segera pergi ke alam mimpi Bram, dia ingin segera membunuh Bram segera.     

Bram masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke ranjang. Bram merebahkan dirinya dan tidur di atas ranjang dengan senyum mengembang. Perlahan Bram tidur dan memejamkan matanya, Bram larut dalam tidurnya dan lagi-lagi Bram masuk ke tempat yang asing.     

"Aku di mana ini, kenapa aku tidak bisa mengetahui aku berada di mana," ucap Bram yang terus berjalan.     

Bram terus berjalan dan tidak berhenti juga, Bram melihat ke arah depan dan di depan terlihat sosok wanita yang sedang duduk. Satu kata untuk wanita itu dia adalah Narsih.     

"Narsih," ucap Bram dalam hati.     

Bram berjalan menyusuri jalanan yang di depannya ada Narsih, Narsih berbalik dan melihat Bram tidak berkutik sedikitpun, Narsih tersenyum penuh arti melihat Bram seperti itu.     

"Aku melihat kebodohan kamu yang terus mengejar aku, tapi kamu tidak tahu kalau kebodohan kamu itu hanya sia-sia dan kamu tahu kalau sesungguhnya kamu tidak bisa mendekati aku," ucap Bram yang sudah berdiri di depan Narsih dan itu membuat Narsih mengepalkan tangannya.     

"Apa maksud dari perkataanmu Bram, apa kamu tidak tahu kalau sesungguhnya kamu itu akan mati di tanganku, aku akan buat kamu mati Bram, akan membuat kamu mati cepat atau lambat," ucap Narsih kepada Bram yang saat ini berdiri di depannya.     

Bram yang sudah memakai jimat dari mbah Agung hanya bisa tersenyum mengejek dia tidak akan pernah takut, walaupun Narsih menyerang dia di alam mimpi. Narsih yang melihat Bram tidak takut padanya mulai mendekati dia, dia memperhatikan Bram dan saat melihat Bram, ada yang beda, kalung yang di pakai Bram itu ada dua dan satu dia tahu dan satunya itu kalung apa pikirnya lagi.     

"Kenapa? Apa sekarang kamu takut dengan aku atau kamu tidak berani untuk mendekati aku? Aku masih sama Narsih, aku masih sama seperti aku yang dulu, jika ingin bunuh silahkan saja," ucap Bram yang menantang.     

Narsih yang terus berjalan perlahan dia bersiap melayangkan golok dan saat yang bersamaan ada sesuatu yang menyilaukan mata Narsih dan itu sesuatu yang membuat matanya sakit.     

"Akhhhh, sialan kamu Bram, aku akan membunuh kamu, aku tidak akan membiarkan kamu lepas Bram," jerit Narsih dengan kencang, matanya sakit dan dia tidak bisa melihat apapun, dan Bram merasa puas karena Narsih hancur dan tidak bisa membunuh dia.     

Bram berbalik dan saat yang bersamaan Bram terbangun dari tidurnya. Cahaya masuk melalui celah gorden. Bram benar-benar puas karena bisa membuat Narsih tidak bisa menyentuhnya.     

Dering telpon terdengar dan Bram bangun dari tempat tidurnya, dia mengambil telpon ternyata Sanusi.     

"Bos, dia sekarang bersama pasangan suami istri dan rumahnya aman, tidak ada yang menjaga, pria itu ternyata masuk rumah sakit, dan di rumah dia hanya ada beberapa pria dan wanita saja, entahlah saya rasa dia aman untuk bos jemput." Sanusi mengatakan kalau rumah yang di tempati oleh Nona aman dan tidak sedikitpun ada penjaga.     

"Di rumah aman dan hanya ada pasangan suami istri apa dia tidak salah, apa itu pamannya, bukannya sudah aku bunuh ya," ucap Bram kepada Sanusi.     

"Saya mendapatkan informasi ini dari anak buah saya, dan dia terbongkok-bongkok dan satu lagi wanita tua, kalau tidak salah mungkin itu istrinya, jawab Sanusi kepada Bram bosnya,     

"Baiklah, aku akan ke sana, kamu ke rumah sekarang, aku mau kita pergi hari ini juga dan aku ingin kita segera membawa calonku, aku tidak ingin menunggu lama lagi," ucap Bram kepada Sanusi.     

"Baik, saya akan kesana sekarang," ucap Sanusi lagi kepada Bram dan panggilan keduanya berakhir seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.