Dendam Winarsih

Kita Ketemu Lagi



Kita Ketemu Lagi

0Bram mengusap wajahnya, dia senang karena hari ini akan menjemput Nona, tidak masalah siapa pasangan suami istri itu, dan dia akan segera menyingkirkan siapa saja yang menghalangi dia untuk bertemu dengan Nona.     

Bram bangun dari ranjangnya, dia akan mandi, perlahan dia membuka pakaiannya perlahan, luka di tangannya masih sedikit ngilu. Bram mandi tanpa mengenai tangannya yang luka, perlahan dia mandi setelah selesai mandi, Bram memakai handuk dan langsung ke ruang ganti pakaian.     

"Tangan aku ini, membuat aku sedikit kesulitan, tapi tidak apa, karena aku puas dengan apa yang aku dapat hari ini, Nona akan kembali ke rumahku, aku akan segera menikahi dia segera," ucap Bram kepada dirinya sendiri.     

Bram yang sudah selesai berpakaian langsung keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga satu persatu, Bram berjalan menuju ruang makan dan langsung ke meja makan, dia ingin segera ke rumah Nona.     

Tap ... tap ...     

Bram yang tengah duduk di meja makan, di datangi pengawal yang menjaga rumahnya. Pengawal itu menundukkan kepala dan menatap ke arah Bram dengan sopan.     

"Bos, ada Sanusi, dia sudah menunggu Anda di depan," ucap pengawal Bram.     

"Suruh tunggu, sebentar lagi aku akan datang," ucap Bram kepada pengawalnya.     

Pengawal Bram yang sudah mendengar apa yang di katakan oleh Bram menundukkan kepala dan langsung pergi dari hadapan Bram. Bram melanjutkan sarapannya, dia segera memakan makanannya dan minum tidak lupa Bram mengelap mulutnya, setelah selesai makan, Bram bergegas bangun dan tentu dia langsung pergi dari meja makan dan keluar untuk bertemu Sanusi.     

Pak Oyong sudah berada di depan menunggu Bram keluar, setelah melihat Bram keluar, pak Oyong langsung membukakan pintu dan langsung pergi ke rumah Nona. Sanusi yang melihat bosnya masuk mobil juga ikut masuk dan duduk di depan Bram.     

"Sanusi kasih tahu pak Oyong alamat yang akan kita tuju, saya mau segera ke sana," ucap Bram ke Sanusi.     

"Baik lah, bos. Pak nanti keluar perumahan lurus saja pas di simpang belok kanan terus lurus saja ke sana, sampai sana saya kasih tahu lagi rumahnya yang mana," ucap Sanusi kepada pak Oyong.     

"Siap," jawab pak Oyong cepat.     

Pak Oyong yang mendengar jalan yang Sanusi katakan kenapa sama dengan rumah sahabatnya Kurdi, apa dia tahu rumah Kurdi pikir pak Oyong kepada dirinya sendiri.     

Pak Oyong masih diam dan mengikuti arahan dari Sanusi dan tentu saja dia tidak mungkin membantahnya. Sampai belokkan yang di maksud oleh Sanusi, pak Oyong mengangga dan tentu membuat dia tidak percaya kalau ini kawasan rumah sahabatnya itu, dan mau apa dia ke sini.     

"Nah, jalan sedikit dan itu dia rumahnya, sebelahnya rumah pria yang fotonya bos kasih ke kita, dan sebelahnya lagi itu lah rumah calon istri bos," jawab Sanusi.     

Bram melihat rumah sederhana itu dan tentu membuat Bram tidak berkutik dan hanya menatap tajam rumah itu, dia melihat rumah Nona sederhana dan tidak terlihat mewah.     

"Kenapa sepi?" tanya Bram kepada Sanusi.     

Bram heran rumah itu sepi sedangkan rumah Dino ada yang keluar masuk dan hanya Mirna yang keluar karena keperluan sesuatu, Paimin tidak keluar rumah karena dia menjaga pak ustad yang masih sakit dan tubuhnya panas, mang Jupri di rumah sebelah, dia sibuk melihat ke arah luar jendela karena dia curiga ada mobil yang lewat dan melihat rumah ini.     

"Saya kurang tahu, karena laporan dari anak buah saya, rumah itu sepi dan tidak ada satu orang pun di sana bos, entah kenapa tidak ada sama sekali, mungkin rumah itu sengaja dibuat sepi atau apa saya tidak tahu, kita samperin saja bos, biar bos tenang," ucap Sanusi kepada Bram.     

"Ya sudah, ayo kita turun sekarang," jawab Bram yang senang akan bertemu Nona.     

Pak Oyong yang melihat bosnya keluar langsung mengambil telpon dan mencoba menghubungi sahabatnya, dia ingin mengatakan kalau pak Bram menuju rumahnya.     

"Ayo angkat Jupri, kenapa kamu tidak angkat," ucap pak Oyong yang kesal karena dia telponnya tidak di angkat oleh Jupri.     

"Halo, Oyong, ada apa?" tanya Mang Jupri kepada pak Oyong.     

"Pak Bram ada di rumah kamu tuh, dia ke sana bersama anak buahnya, kamu lagi di rumah kan?" tanya pak Oyong kepada Mang Jupri.     

"Iya, saya bersama istri di rumah, mau apa dia ke sini?" tanya Mang Jupri yang menggigil karena Bram sudah di pagar rumahnya dan tentu segera masuk.     

"Ya, dia mau bawa keponakan kamu Jupri, kamu bawa lari calonnya, jadi dia jemput lah," ucap Oyong.     

"Yong, nanti aku jemput ya, kamu nanti aku telpon lagi," ucap Mang Jupri kepada pak Oyong.     

Mang Jupri langsung mengakhiri panggilannya dan tentu saja dia buru-buru pergi dari pintu masuk dan bergegas masuk ke dalam kamar Nona yang ada bersama istrinya.     

Bibi Sumi terkejut suaminya Mang Jupri masuk dengan wajah ketakutan. Bibi Sumi yang memberikan makan ke Nona langsung bangun, dia tidak bingung karena suaminya panik dan ketakutan.     

"Ada apa pak, kenapa lari seperti orang di kejar setan?" tanya bibi Sumi kepada Mang Jupri.     

"Ada Bram dan anak buahnya, dia tahu Nona di sini, duh bagaimana ini kita mau lari tidak bisa," ucap mang Jupri yang panik.     

Nona yang melihat keduanya panik langsung diam, dia tidak akan menghindari Bram lagi, sekuat apapun dia menghindar dia tidak akan pernah bisa lari. Nona menarik nafas dan akan menemui Bram, dia tidak mau ada yang terluka.     

Nona bangun dari tempat tidur dan berjalan mendekati kedua pasangan suaminya dan tentu saja membuat keduanya terkejut dan menatap ke arah Nona.     

"Kenapa kalian panik, dia mencariku, aku akan menemui dia, kalian di sini saja, aku sudah lelah untuk bersembunyi lagi, dan Dino akan menjadi korban bila aku tidak ikut dengan dia," ucap Nona kepada mang Jupri dan bibi Sumi.     

"Tapi nak, ada kamu dan tidak pun dia tetap mencelakai Dino, Dino butuh kamu nak, kita sembunyi saja ya, jangan buat Dino sedih dengan kamu menemui dia, dia sudah susah payah mengambil kamu, dan resikonya besar jangan buat dia sedih Nona, kita sembunyi saja ya," ucap mang Jupri.     

Mirna yang melihat ada yang datang ke rumah mang Jupri dan Nona langsung berlari ke sebelah, pak ustad yang melihat Mirna berlari langsung mendekati Mirna, dia menghentikan langkah kaki Mirna.     

"Nggak sempat buat bicara ayo kita ke sebelah ini bahaya," ucap Mirna dengan nafas ngos-ngosan.     

Pak ustad ikut berlari dan benar saja, saat di dalam rumah Nona dan mang Jupri keluar menahan Nona untuk menemui tamunya tapi pak ustad langsung menotok Nona hingga Nona pingsan.     

"Kalian bawa dia, jauh dari sini, dan setelah itu Mirna kamu di sini, ingat kamu harus tenang," ucap pak ustad yang di anggukkan oleh ketiganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.