Dendam Winarsih

Kita Ketemu Lagi 2



Kita Ketemu Lagi 2

0Setelah membawa Nona di tempat aman, Mirna kembali ke rumah dia mengatur nafas agar tidak ketahuan oleh mereka kalau dia melakukan kegiatan. Pak ustad menatap pintu dan membukanya, Bram yang sudah lama menunggu dan mengetuk pintu rumah mulai kesal dan karena tidak ada satu pun yang membuka pintu rumah.     

Ceklekkk!     

Pintu rumah terbuka dan terlihat pak ustad Mahdi masuk ke dalam dan menatap kearah Bram, ini kedua kalinya dia ke temu dengan Bram.     

Bram terkejut karena melihat ada pak ustad di dalam rumah ini, dia bingung kenapa pak ustad yang di sini, Bram tidak tahu kenapa ada pak ustad apa dia salah masuk rumah pikirnya lagi.     

"Maaf, apa kita pernah ketemu sebelum saya sebelumnya?" tanya Bram kepada pak ustad yang memandang dia dengan tatapan penasaran.     

"Akhirnya ketemu lagi kita," ucap pak ustad kepada Bram.     

Bram yang mendengar apa yang pak ustad katakn terkejut, kenapa mengatakan ketemu lagi, emangnya kapan dia ketemu dengan pak ustad dan dia juga merasa tidak mengenal pak ustad hanya dia sedikit merasa pernah melihat pak ustad ini.     

"Kita masuk dulu, bicara di depan pintu tidak etis," jawab pak ustad kepada Bram.     

Bram bingung, bukannya ini rumah Nona tapi kenapa ada orang lain, Nonanya mana pikirnya Bram lagi. Pak ustad berdehem dan melihat Bram termenung. Bram tersentak dan akhirnya masuk, mata Bram melihat ke sekeliling dan melihat mencari ke segala arah, tapi tidak ada sama sekali.     

Sanusi heran kenapa tidak ada orang yang dia cari, apa guru si mbah Agung itu tidak sakti pikirnya lagi yang ikut masuk ke dalam.     

"Saya kenal kalian dan saya tahu kalian siapa, kita bertemu di suatu tempat, mungkin kamu tidak melihat saya tapi saya melihat jelas kamu, ada apa kalian ke rumah saya?" tanya pak ustad lagi kepada Bram yang sekarang memandang ke arah pak ustad lagi.     

"Di mana kita bertemu, saya ke sini mau jemput Nona, calon saya, aku harap pak ustad tidak menyembunyikan, dan jangan berbohong, aku hanya ingin mengambil yang menjadi milikku, jadi serahkan dia, jika tidak aku akan melaporkan ke polisi atas penculikkan, jadi pilih mana pak ustad, walaupun aku mengenal kamu, aku tetap tidak akan bermurah hati," ucap Bram yang kesal karena tidak menemui Nona.     

"Silahkan cari saja, jika kamu mengatakan calon kamu di sini, saya tidak kan menghalangi kamu, jika ada ambil, karena berdosa jika kita menghalangi calon suami untuk menemui calonnya, jadi cari saja, saya tidak masalah sama sekali," ucap pak ustad lagi dengan senyum mengembang.     

Bram bangun dan mencari ke segala arah dan tentu membuat Bram membuka pintu dari satu kamar ke kamar yang lain. Sanusi pun tidak bisa berkata apa-apa karena dia tidak menemui sama sekali orang di cari oleh bosnya.     

"Apa guru mbah Agung tidak salah ya kasih tahu keberadaan calon istri bosnya itu ya," gumam Sanusi lagi.     

Bram yang tidak menemukan Nona mulai kesal dan saat dia melihat sosok wanita dapur sedang menatap ke arah dirinya, dia berjalan ke arah wanita itu, Mirna yang melihat wajah Bram sedikit mengigil dia baru pertama melihat pria yang selalu di bahas suami dan rekannya juga Nona.     

"Mana dia?" tanya Bram kepada Mirna.     

"Maaf, siapa ya yang Anda maksudkan?" tanya Mirna.     

"Jangan berpura-pura tidak tahu, mana dia?" tanya Bram yang sudah kesal karena tidak mendapat Nona.     

"Saya tidak tahu, saya baru datang dari kampung, dan saya baru hari ini di sini, saya tidak tahu siapa yang bapak maksudkan," ucap Mirna yang takut karena Bram terlihat mengerikan.     

"Jangan berpura-pura tidak tahu kamu sialan kamu, aku akan menghabisi kamu jika kamu tidak mengatakan," ucap Bram dengan wajah yang sudah mengetat.     

Bram masih menunggu jawaban dari Mirna dia tidak terima karena wanita ini tidak tahu. Bram yang kesal langsung memukul wajah Mirna dengan kencang.     

Plakkkk!     

Pak ustad yang melihatnya Mirna di tampar oleh Bram berlari dan menolak Bram hingga Bram membentur ke dinding. Bram tubuhnya mengenai dinding meringis, dia tidak menyangka kalau pak ustad menolak dia hingga membentur dinding.     

"Jangan mencoba untuk membuat keributan, saya akan laporkan kalian, dan kamu menampar adik saya, akan saya laporkan kalian," hardik pak ustad yang kesal karena dia tidak terima karena istri Ian di pukul.     

Mirna menangis karena pipinya bengkak dan ada darah di sana. Bram yang melihatnya kesal, dia tidak mendapatkan Nona dia malah memukul wanita. Bram keluar dari rumah itu dengan wajah kesal.     

"Kamu tidak apa?" tanya pak ustad yang melihat Mirna menangis.     

Pak ustad tidak tahu harus apa, bisa-bisa Ian akan marah kepada Bram dan akan ada masalah baru. Bram yang kesal karena Nona tidak bisa dia bawa pulang.     

Sanusi membuka pintu untuk Bram, Bram masuk ke dalam mobil, dan tentu saja dia geram karena ditipu oleh dukun.     

"Dukun sialan, aku akan buat dia hancur, berani sekali di berbohong, aku akan membunuh dia, cepat kita ke rumah dukun itu," ucap Bram kepada pak Oyong.     

Pak Oyong tidak mengatakan apapun, dia hanya diam dan menjalankan apa yang bosnya minta. Pak Oyong meninggalkan lokasi rumah dan langsung ke rumah dukun yang majikannya katakan.     

Bram benar-benar geram karena tidak melihat Nona, dia berharap bisa menemui Nona tapi semuanya tidak sesuai yang dia harapkan.     

Mirna kembali ke rumah, di rumah Bibi Sumi terkejut melihat wajah Mirna yang bengkak bekas pukulan dan dia juga tidak bisa mengatakan apapun. Mirna memeluk bibi Sumi dan menangis, bibi Sumi melihat suaminya dan Nona.     

"Ini yang tidak saya mau, dia terlihat sangat mengerikan, dan dia sangat menyedihkan dan mengenaskan, karena saya banyak yang jadi korban, saya sudah katakan, tapi mamang tidak percaya," ucap Nona yang pergi dari hadapan mereka semuanya.     

Nona merasa bersalah, sudah banyak korban, tapi tidak ada yang mengerti, ini bukan balas dendam lagi, ini lebih ke tumbal karena dia semuanya terkena imbasnya.     

"Kita harus mengatakan apa ke Ian, wajah istrinya di pukul, bisa-bisa dia akan mengamuk," ucap mang Jupri ke pak ustad.     

"Saya katakan Mirna adik saya, dia tidak percaya dan sekarang dia malah di pukul, kita harus pantau Nona, dia sepertinya akan menemui Bram tanpa kita ketahui," ucap pak ustad yang curiga dengan Nona.     

"Pak ustad tahu dari mana?" tanya Paimin kepada pak ustad.     

"Itu terlihat dari gerak geriknya, saya yakin dia ke sana," ucap pak ustad yang di tanggapi kekhawatiran di mata mang Jupri dan Paimin juga bibi Sumi,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.