Dendam Winarsih

Dino Dalam Bahaya



Dino Dalam Bahaya

0Toni menunjukkan ke arah depan lobby, dia kenal betul itu siapa, dia adalah anak buah dari Sanusi. Ian dan Paijo melihat ke arah telunjuk yang Toni katakan.     

"Dia anak buah Bram bukan?" tanya Paijo kepada Toni yang masih melihat ke arah anak buah Sanusi.     

Dia heran kenapa bisa ke sini mereka dan apa tujuan dia ke sini pikir Toni yang memandang ke luar.     

"Iya, mereka anak buah Bram, dan anak buah Sanusi tidak mungkin bisa di kelabui, aku rasa mereka ke sini mau bertemu dengan mas Dino, kabari saja mang Dadang, agar tidak ketahuan di mana kamar mas Dino, kita tidak tahu mereka sudah ikutin kita atau tidak, untuk jaga-jaga saja mas, kita kabari mang Dadang," ujar Toni kepada Ian.     

"Iya benar itu, kita harus kasih tahu mang Dadang, jika tidak maka habislah kita semuanya, Dino juga masih sakit, jadi kita harus selamatkan dia," ucap Paijo kepada Ian.     

"Bram ini, benar-benar sangat menyusahkan sekali, Dino dalam bahaya jika mereka tahu keberadaan Dino di mana," ucap Ian yang kesal dengan kelakuan Bram yang makin menjadi.     

Ian langsung mengambil telponnya dan menghubungi mang Dadang. Mang Dadang yang mendapat telpon dari Ian menyerngitkan keningnya. Dia heran kenapa bisa Ian telpon dia padahal baru saja dia pergi.     

"Siapa mang?" tanya Dino kepada mang Dadang.     

"Ian, kenapa ya, dia telpon aku," ucap mang Dadang kepada Dino.     

"Ya sudah angkat saja, mungkin dia ada ketinggalan sesuatu di sini," ucap Dino kepada mang Dadang.     

"Halo, Ian ada apa ya?" tanya mang Dadang yang menjawab panggilan Ian.     

"Kami, di ikuti anak buah Bram, dan kami yakin dia ingin menemui Dino, mang, lebih baik Dino kita bawa pulang saja, aku takut Dino di apa-apakan, maksudnya dia di sakiti atau lebih, cepat mang Dadang temui dokter, kami akan tunggu mang Dadang di sini, cepat mang Dadang, Dino tidak aman, dan Dino dalam bahaya," ucap Ian kepada mang Dadang.     

"Kamu tidak bercanda kan, duh, kalau memang iya, aku akan segera bertemu dengan dokter dan kalian awasi mereka, Paimin yang akan jaga Dino sampai dokter mengizinkan kami untuk bawa Dino pulang," ucap mang Dadang kepada Ian.     

"Cepatlah, aku ingin kalian cepat keluar dari sana, kita tidak bisa berlama lagi," ucap Ian kepada mang Dadang.     

Panggilan keduanya berakhir dan tentu saja mang Dadang melihat ke arah Dino yang menatap sendu, dia tahu kalau dia dalam bahaya.     

"Tunggu di sini ya, saya akan pergi sebentar, kita akan pulang sekarang, infus kamu juga sudah mau habis dan aku yakin kita bisa pulang, anak buah Bram sudah ada di parkiran, Ian katakan jika kemungkinan dia mengikuti mereka dan mereka tahu kamu di sini, jadi lebih baik kita pulang, mereka menunggu kita di bawah. Paimin kamu jaga dia, jangan buat dia ketahuan, kamu kalau bisa awasi di pintu dan jangan yang masuk," ucap mang Dadang yang takut jika anak buahnya Bram masuk dan menyakiti Dino.     

"Baik mang, aku akan jaga mas Dino, mang jangan takut, aku bisa berkelahi sedikit, jika mereka melawan akan aku lawan," ucap Paimin kepada mang Dadang.     

Mang Dadang langsung ke luar dan bertemu dengan dokter, tapi sampai di tengah jalan ada pria yang mencurigakan, dia berbalik ke arah kamar Dino, Paimin yang terkejut langsung menatap ke arah mang Dadang, bukannya dia baru ke luar dan sekarang kenapa ada di sini pikir Paimin.     

"Ayo kita pergi, ini tidak aman, kita harus segera pergi, jangan lama-lama di sini, anak buah Bram sudah ada di sini, dia melihat semua kamar, ayo cepat kita pergi, jangan sampai kita pergi ke tangkap, bahaya jika kita ke tangkap, cepat sedikit, aku tidak ingin Dino di sakiti ayo, lepaskan infusnya, perlahan saja," ucap mang Dadang.     

Ceklekkk!     

Pintu kamar Dino terbuka dan mang Dadang, Paimin dan juga Dino terkejut, mereka yang mau pergi dari kamar terdiam.     

Paimin sedikit lega karena yang masuk dokter dan suster. Dokter dan suster diam dan tidak berkata apapun, karena melihat keluarga pasien yang sibuk dengan infus.     

"Ada apa ya? Kenapa kalian membuka infus pasien?" tanya dokter yang heran kenapa mang Dadang dan Paimin membuka infus Dino.     

"Ah, itu, kebetulan anak saya ini mau pulang, dia tidak betah dan dia ingin segera pergi dari sini, bisa kan?" tanya mang Dadang.     

"Tapi, dia masih sakit dan harus di cek," ucap dokter kepada mang Dadang.     

Mang Dadang yang sudah tidak ada waktu lagi akhirnya menarik dokter dan menceritakan apa yang terjadi, baik dokter dan suster yang mendengarnya menganggukkan kepala mendengarnya, dia tahu kalau Dino dalam bahaya jadi, dokter membantu Dino keluar dan memeriksa Dino, setelah ganti perban, Dino di persilahkan pulang.     

"Apa kami aman dokter saat ke luar?" tanya mang Dadang kepada dokter.     

"Jangan takut, kita tidak akan pernah membiarkan mereka menyakiti pasien, dan kami akan bantu, jangan lupa obatnya di tebus ya," ucap dokter kepada mang Dadang.     

Mang Dadang menganggukkan kepala, dan langsung berjalan menuju ke luar sambil melihat ke sana ke mari, sudah aman, dia langsung memberikan kode ke Paimin untuk membawa Dino ke luar dengan memakai masker Dino di bawa Paimin ke luar dari kamar, mang Dadang juga Paimin juga memakai masker dan itu di berikan oleh suster.     

Dokter dan suster ikut mengawal mereka, dan benar saja anak buah Bram melewati mereka dan tidak ada yang mengenali mereka. Anak buah Sanusi yang lewat dekat mang Dadang menoleh ke arah mang Dadang, dia sedikit curiga tapi dia tetap jalan.     

"Semoga dia tidak mengenal aku, aku harap itu," ucap mang Dadang dalam hati.     

Sampai di lift, mereka masuk dan terlihat kelegaan di mata Paimin, mang Dadang mengirim pesan untuk membayar biaya inap Dino atau yang lainnya, dia juga sudah katakan ke Ian kalau mereka bisa lolos dari anak buah Bram.     

Ian yang menerima pesan langsung membaca pesan dan tentu saja dia senang karena Dino bisa keluar tanpa ketahuan oleh anak buah Bram.     

"Paijo, kamu ambil mobil bawa di pintu belakang, ini mereka ke sana, kamu Toni temani dia, aku akan urus administrasi Dino dan untuk obat nanti kita bicarakan, cepat mereka sudah turun," ucap Ian kepada Paijo dan Toni.     

"Baik, akan kami bawa mobil ke sana, kamu hati-hati ya, jangan sampai ketahuan, kalian tidak pakai masker?" tanya Ian kepada Paijo dan Toni.     

Tidak berapa lama, suster lewat dan Paijo menyetop suster untuk berhenti, suster yang di stop oleh Paijo menyerngitkan keningnya.     

"Bisa minta maskernya suster?" tanya Paijo dan suster tadi menganggukkan kepala dan memberikan masker ke Paijo, Toni dan Ian.     

"Terima kasih," ucap Paijo. Ketiganya langsung pergi dari hadapan suster dan tentu mereka berpencar untuk menjalankan tugas yang sudah Ian katakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.