Dendam Winarsih

Aku Akan Membalasmu



Aku Akan Membalasmu

0Bram yang sudah berhasil mengambil rambut Narsih tersenyum puas, sedangkan Narsih teriak karena rambutnya di ambil, dia benar-benar tidak tahu jika Bram melakukan itu.     

"Terkutuk lah kamu Bram, aku akan membalasmu, aku yakin aku akan membalasmu, aku tidak akan membiarkan kamu merasakan hidup tenang, aku akan membuat hidupmu sengsara, aku pastikan itu," pekik Narsih yang tidak terima jika rambutnya di ambil.     

"Aku tidak peduli dengan apa yang kamu katakan, aku sudah mendapatkan rambut sialanmu ini, sekarang kita pastikan siapa yang akan merasakan ketidaktenangan, aku akan buat kamu musnah dan dendammu tidak akan tercapai Narsih," tawa Bram yang menunjukkan rambut yang dia ambil dari kepala Narsih.     

"Tunggu pembalasan aku," ucap Narsih kepada Bram dengan wajah penuh amarah.     

Bram tidak peduli sama sekali, dia memandang wajah Narsih dengan tatapan tajam dan tentu saja dia tidak peduli dengan apa yang Narsih katakan. Narsih juga tidak bisa mendekati Bram karena jimatnya.     

Setelah kepergian narsih, Bram mengambil amplop putih untuk menyimpan rambut Narsih setelah itu dia simpan di laci, Bram ke kamar mandi dan mencuci tangannya, dia tersenyum puas karena sebentar lagi dia akan menghancurkan Narsih.     

Tok ... tok ...     

Bram yang baru keluar dari kamar mandi, mendengar ketukan pintu kamarnya bergegas berjalan ke arah pintu kamarnya yang di ketuk, dia membuka handle pintu dan terlihat kepala pelayan berdiri dengan membukukkan setengah badannya di depan Bram.     

"Ada apa?" tanya Bram kepada kepala pelayan rumahnya.     

"Saya mau sampaikan, mbak Nona ada di bawah, dia mencari Anda," jawab kepala pelayan Bram kepadanya.     

Bram yang mendengar nama Nona di sebut langsung keluar dan berjalan menuruni tangga dengan cepat, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan ternyata benar apa yang di katakan oleh guru mbah Agung itu, jika Nona akan datang sendiri.     

Sampai di lantai bawah, terlihat Nona tengah duduk, wajahnya pucat pasi, terlihat wajahnya lelah dan tidak bersemangat. Bram mendekati dan tersenyum padanya.     

"Saya tidak menyangka kalau kamu datang ke sini Nona, saya sangat senang kamu bisa ke sini, kamu terlihat pucat sekali sayang," ucap Bram yang dengan lembut mengusap wajahnya tapi Nona menghindar dari tangan Nona.     

Bram yang ingin mengusap wajahnya Nona harus mengenggam tangannya karena Nona menolaknya. Bram yang berjongkok di depannya langsung bangun, dia benar-benar marah karena perlakuan Nona padanya, dia sudah baik dan lembut terhadapnya, tapi yang terjadi dia malah seperti ini.     

"Apa maumu ke sini?" tanya Bram yang dengan suara datar dan ketus.     

"Kamu tahu mauku apa, jadi jangan mencoba untuk mendekati dia, jika tidak aku sendiri yang akan melakukannya, aku tidak akan tinggal diam, satu rambut saja kamu sentuh mereka maka jangan bermimpi melihat cahaya pagi esok hari," ucap Nona dengan wajah yang sangat tajam dan datar,     

Bram bertepuk tangan mendengar apa yang dikatakan oleh Nona, dia berbalik dan menatap Nona yang terlihat wajahnya yang pucat menjadi merah padam.     

"Kamu mengancamku, hmmm?" tanya Bram dengan wajah yang benar-benar di liputi amarah yang menggebu.     

Bram mendekati Nona dan mencondongkan wajahnya ke wajah Nona dan mencengkram dagunya Nona dengan kencang. Nona yang dagunya di cengkram oleh Bram meringis kesakitan.     

"Jangan pernah mengancam Bram, jika kamu berani, maka aku akan buat kamu habis di tanganku dan aku pastikan itu, sebelum kamu menyentuhku aku dulu yang akan menyentuhmu, sekarang ikut aku," pinta Bram yang menarik tangan Nona dengan kasar dan membawa Nona ke dalam dengan menggendongnya dengan paksa.     

"Lepaskan aku Bram, kamu jahat, aku membencimu, sangat membencimu, aku akan memastikan akan membunuhmu," pekik Nona dengan kencang.     

Para pelayan yang melihatnya tidak sanggup untuk membantu wanita malang itu, mereka takut dengan majikan mereka, semuanya berdiam diri di dalam kamar tanpa bersuara.     

Pak Oyong mengetahuinya langsung menghubungi Mang Jupri sahabatnya itu, dia berharap mang Jupri bisa menyelamatkan mbak Nona dari tangan Bram majikannya yang kejam itu.     

Tut ... tut ...     

Panggilan telpon tidak terjawab oleh Mang Jupri, tapi pak Oyong tidak mempermasalahkan itu, dia terus melakukan panggilan ke Mang Jupri dan pada akhirnya telponnya di jawab.     

"Halo, Oyong, maaf aku lama jawab, ada apa ya?" tanya Mang Jupri kepada pak Oyong.     

"Halo juga, Jupri maaf sebelumnya menganggu kamu. Saya mau katakan kalau keponakan kamu di sini dan dia sedang di siksa oleh pak Bram, kami tidak berani untuk menyelamatkan dia, kami takut, kamu ke sini dengan polisi cepat, saya takut kalau dia di gitukan, ayo cepat," ucap pak Oyong kepada Mang Jupri.     

Mang Jupri yang mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya pak Oyong langsung panik dia takut jika Nona di perlakukan tidak baik dan tidak senonoh, dia bangun dari tempat tidur dan berjalan ke arah rumah sebelah dia lupa mematikan telponnya.     

Tok ... tok ...     

Mang Jupri benar-benar gugup karena Nona akan di sakiti oleh Bram, dia tidak mau Nona di lecehkan atau apapun itu. Pintu terbuka dan terlihat Paijo yang wajahnya masih muka bantal.     

"Ada apa Mang?" tanya Paijo.     

"Gawat ini, kamu tahu tidak, kalau Nona dalam bahaya dan dia benar-benar butuh bantuan kita, ayo cepat bantu dia, aku mohon," ucap Mang Jupri.     

Paijo sebenarnya kasihan, tapi dia juga kasihan dengan sahabatnya, yang seperti orang bodoh, menangisi kepergian Nona sedangkan Nona tidak memikirkan sahabatnya ini.     

"Biarkan saja, itu urusan dia, Mang tahu kan kalau dia melakukan itu karena keinginan dia kan, dan bukan kita yang mau, sudah kita katakan kalau kita akan menjaga dia apapun yang terjadi, tapi dia tetap seperti itu keras kepala dan kalau memikirkan Bram akan menyakiti kita tetap dia di sana atau di sini kita akan di sakiti kan, jadi biarkan saja." Paijo bukannya tidak kasihan tapi dia sudah tidak tahu, u bicara apa, dia benar-benar lelah ada Nona dan tidak ada Nona pun tetap mereka di serang Bram.     

"Kamu nggak punya hati Paijo, kamu biarkan dia sendirian di sana," ucap Mang Jupri yang tidak menyangka kalau Paijo tidak memikirkan Nona.     

"Mamang saja ke sana, biar mamang di bunuh lagi oleh Bram dan mayatnya di buang jauh mau mamang?" tanya Paijo yang langsung masuk ke dalam dan menutup pintu dapur.     

Mang Jupri terdiam, dia hampir meninggal karena bram membuang dia di jurang dan beruntung Dino yang menyelamatkan dia. Pak Oyong yang mendengar apa yang mereka bicarakan mengangga, karena sahabatnya ini mau di bunuh oleh majikannya apa sesadis itukah bosnya ini pikirnya dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.