Dendam Winarsih

Jangan Nangis



Jangan Nangis

0Nona berjalan pelan dia melihat sesorang yang berdiri di depannya dan membuat dia menangis, dia tahu kalau keputusan dia sangat salah, dia menyerahkan diri ke orang yang salah     

"Maafkan aku," ucap Nona kepada Dino.     

Dino yang melihat ke arah Nona yang menangis, Dino memeluk Nona dan menepuk punggung Nona dengan pelan.     

"Sudah jangan nangis, kita sudah aman, ada aku di sini," ucap Dino dengan pelan.     

Nona memeluk Dino dengan kencang dan tentu membuat dia tenang, Dino melihat Narsih yang menganggukkan kepala dan tersenyum. Dino membawa Nona ke mobil perlahan. Di dalam mobil sudah ada Paijo.     

Nona memandang Paijo dan tersenyum kecut. Paijo berdecih melihat ke arah Nona, dia kesal tapi karena dia tidak tega dengan Nona akhirnya dia menjemput Nona.     

"Aku tidak tega melihat kamu Nona dan aku juga tidak tega dengan Dino sahabatku, aku harus jemput dia, aku tidak tega dengan kalian berdua." Paijo pergi sendirian dan dia tidak ingin mengajak mereka semuanya.     

"Paijo, kamu mau kemana?" tanya Narsih kepada Paijo yang bersiap pergi membawa kunci mobil pak ustad.     

"Saya mau jemput Nona, tadi Mang Jupri mendapatkan telpon dari sahabatnya yang di rumah Bram, katanya Nona mau di lecehkan, jadi aku mau ke sana, mbak dari mana?" tanya Paijo.     

"Aku dari rumahnya, dia mengambil rambutku dan aku marah pada dia dan aku pergi saja, aku yakin dia akan membuat sesuatu dengan rambutku," ucap Narsih.     

"Ya sudah, aku pergi sekarang," ucap Paijo yang meninggalkan Narsih, dia tidak mau berlama berbicara.     

Narsih masuk dan mendengarkan perbincangan dengan Mang Jupri dia pun pergi dari rumah dan langsung menuju ke rumah Bram, Dino yang mendengar dari dalam kamar langsung keluar, dia ingin bertanya ke mang Jupri tapi mang Jupri tidak ada, dia keluar dari pintu belakang tapi di panggil oleh mang Jupri yang baru keluar dari kamar mandi.     

"Kamu dari mana?" tanya mang Jupri kepada Dino.     

"Mau selamatkan Nona, aku ingin dia pulang ke sini," ucap Dino dengan wajah sendu.     

"Hati-hati, jangan sendiri ajak Paijo, tadi mang Jupri sudah minta dia jemput Nona, tapi dia tidak mau," ucap mang Jupri dengan sendu.     

"Saya akan ajak dia ya, saya pergi juga ya," ucap Dino yang langsung pergi meninggalkan mang Jupri.     

"Semoga kalian selamat," gumam mang Jupri kepada Dino yang sudah pergi.     

Dino masuk ke belakang dan mencari Paijo dan tentu saja dia tidak menemukan Paijo, Dino berlari ke arah depan, dia mendengar suara mobil, Dino berlari ke arah depan dan benar saja Paijo di depan dan berlari.     

"Paijo, kamu mau kemana?" tanya Dino yang menyegat Paijo,     

Paijo yang terkejut langsung berhenti dan terkejut melihat Dino, dia sakit tapi mengejar dia. Mobil langsung berhenti dan Paijo keluar dari mobil dan bertemu dengan Dino yang menahan sakit di lehernya.     

"Kenapa kamu mengejar aku? Kamu ini lah, kebiasaan sekali, kalau kamu sakit lagi bagaimana?" tanya Paijo yang kesal karena Dino lari mengejar dia.     

"Kamu mau ke mana? Aku ikut ya, aku tahu kamu pasti jemput Nona kan?" tanya Dino yang memandang Paijo.     

Paijo hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun, dia hanya diam dan tidak berkata apapun, dia ingin mengelak tapi sudah terlanjur, Paijo menganggukkan kepala dan menatap sendu ke arah Dino.     

"Ayo kita jemput dia," ajak Dino dan Paijo menatap ke arah Dino.     

"Kamu sakit Dino," ucap Paijo dengan tatapan wajah yang tidak bisa di mengertikan.     

"Aku kuat, ayo, kita pergi sekarang," ucap Dino dan Paijo pun pasrah.     

Narsih muncul di depan mereka dan memandang keduanya. Dia memandang ke arah Dino dan Paijo.     

"Aku akan ke sana, kalian tunggu di luar, jangan masuk, aku akan bawa Nona kepada kalian." Narsih meminta mereka untuk menunggu di luar rumah Bram dan keduanya menganggukkan kepala.     

Dan sekarang mereka berada di rumah Bram dan Nona selamat. Dino memeluk erat Nona dan Narsih duduk di depan bersama Paijo.     

"Mbak, bagaimana dengan mereka?" tanya Paijo kepada Narsih.     

"Dia pingsan, aku mengcengkram tangannya yang luka dan dia tidak sadarkan diri," ujar Narsih kepada Paijo.     

"Luka, kenapa luka?" tanya Paijo yang heran dengan apa yang di katakan Narsih.     

"Tidak tahu, mungkin itu karma dari Allah, siapa tahu kan," ucap Narsih dengan datar.     

Paijo, Dino dan Nona hanya diam, karma apa pikir mereka dalam hati. Mobil melaju menuju rumah mereka, suasana malam makin pekat dan sunyi, Narsih merasakan ada yang mengikuti mereka tapi bukan manusia.     

"Jalan terus jangan melihat ke belakang, kita ada tamu yang tidak di undang, aku rasa ini dukun Bram, dia mau menguji kesabaranku, aku akan hancurkan dia," ucap Narsih yang kesal karena dia merasakan ada yang ikuti mereka.     

"Kita mau pulang ke rumah atau bagaimana ini?" tanya Paijo yang mulai gugup karena tidak mungkin mereka ke rumah yang ada ketahuan oleh mereka semuanya.     

"Bawa saja mobil ini lurus nanti aku akan tunjukkan, di sana aku akan habisi mereka semuanya," ucap Narsih yang sudah ingin menghabisi mereka semuanya.     

"Mbak kuat kah?" tanya Nona kepada Narsih karena dia tahu jika Narsih tidak kuat karena tadi harus memegang Bram yang memakai jimat.     

"Aku tidak apa, aku masih kuat dan tidak masalah dengan aku menghabisi mereka," ucap Narsih kepada Nona.     

Paijo yang mendengarnya sedikit merasa tidak enak hati, Narsih tidak harus membela mereka, dia harusnya membalas apa yang Bram lakukan, tapi saat ini Bram yang menghalangi mereka dan Narsih yang ingin membalaskan dendamnya kesulitan untuk membalaskan dendamnya.     

Narsih menunjukkan jalan yang aman dan Paijo mengikuti mereka, sampai di tempat yang sunyi mobil mereka di halangi oleh sosok yang menakutkan.     

Cittttt!     

Paijo menghentikan laju mobilnya tepat di depan sosok yang muncul tiba-tiba. Narsih masih diam dan memandang sosok itu dari dalam mobil.     

"Mbak, kamu bisa menghadapi dia, kalau tidak kita langgar saja dia, bisa saja ini jebakkan saja, mungkin mereka mau ambil rambut mbak, jadi menurut aku kita tidak mendekati dia mbak," ucap Paijo kepada Narsih.     

"Iya, kita pergi saja, aku tidak mau mbak celaka, aku takut mbak di jebak," ucap Nona kepada Narsih.     

"Benar kata mereka mbak, kita pergi saja, dari pada kita celaka, lebih baik kita pergi saja dari sini, bagaimana," ucap Dino yang meminta Narsih jangan memaksa untuk melawan sosok ini.     

Narsih hanya diam, dia tahu kalau apa yang dikatakan oleh mereka semuanya, mereka mengincar dirinya dia tidak mau itu.     

"Kita pergi saja," jawab Narsih kepada Paijo dan Paijo menganggukkan kepala, dia melaju mobil dengan kencang, dia menabrak sosok itu hingga terpental jauh dan pergi begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.