Dendam Winarsih

Serangan Narsih



Serangan Narsih

0Pak Oyong masih diam, dia masih menunggu sahabatnya Mang Jupri mengatakan padanya dan tentu saja dia ingin mendengar langsung apa yang terjadi.     

"Yong, maafkan aku ya, aku tidak bisa muncul di sana dan aku takut jika aku akan jadi korban dia lagi, sudah cukup aku menjadi korbannya dan aku tidak mau hal itu terjadi, aku benar-benar takut, aku takut dengan dia Yong," jawab Mang Jupri yang tidak bisa apa-apa lagi.     

"Apa dia membunuhmu waktu itu Jupri?" tanya Oyong kepada Mang Jupri.     

Mang Jupri berjalan masuk ke dalam rumahnya dan langsung menutup pintu, dia berjalan menuju ruang tamu dan duduk di bawah yang beralasan tikar, karena tidak ada kursi jadi dia duduk di bawah     

"Iya, aku di bunuhnya tapi beruntung pria yang aku minta tolong itu membantuku, saat aku menjaga Nona yang koma sekarang aku tidak bisa apa-apa, maafkan aku," jawab Mang Jupri kepada pak Oyong dengan suara sendu.     

Pak Oyong sudah tidak bisa berkata apapun dia sudah menyerah dia semakin membenci majikannya itu, dia benar-benar membencinya. Panggilan telpon mereka akhirnya berakhir dan pak Oyong menutup kupingnya untuk tidak mendengar apa yang terjadi di luar kamarnya.     

Pak Oyong menutup matanya dan melupakan apa yang dia dengar. Berbeda dengan Mang Jupri, dia tidak tenang karena Nona di sana, dia mengkhawatirkan Nona sekaligus kecewa karena Nona pergi tanpa memikirkan semua orang.     

Narsih yang pergi dari rumah Bram dan kembali ke rumah di mana Dino berada mendengar semuanya, dia geram dan kembali ke rumah Bram, dia tidak peduli jika Bram akan memusnahkan dia, dia tidak akan peduli sama sekali dan dia ingin menghabisi Bram saat ini juga, dia menghilang dari hadapan Mang Jupri dan kembali ke rumah Bram.     

"Tolong, jangan lakukan ini Bram, kamu benar-benar pria tidak punya perasaan, aku sangat membencimu, aku benar-benar membencimu Bram," teriak Nona dengan kencang hingga membuat Bram makin memegang tangan Nona dengan kuat.     

"Aku sudah bersikap lembut padamu, tapi kamu memilih pria sialan itu, dan kamu memohon kepada padaku untuk tidak menyakiti dia, kamu salah, aku akan menyakiti dia dan kalau perlu kamu," teriak Bram di wajah Nona dan membuat Nona membolakan matanya mendengar apa yang Bram katakan.     

"Kamu manusia iblis, kamu benar-benar iblis Bram, aku pastikan kamu tidak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, aku pastikan kamu akan membusuk di penjara Bram," umpat Nona di depan Bram.     

Bram yang geram dan kesal karena di maki oleh Nona melayangkan tangannya di pipi Nona berkali-kali dan membuat pipi Nona merah.     

Plakkk ... Plakkk ...     

Pipi Nona di tampar dan membuat dia benar-benar tidak berdaya dan air mata Nona mengalir begitu saja. Nona meresa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi, dia benar-benar ingin mati saja.     

Narsih yang datang melihat Nona yang dilecehkan seperti dirinya langsung menarik Bram ke belakang dan menghempaskannya dengan sangat kejam dan tentu membuat Bram membentur dinding.     

Bughhhh!     

"Akhhhh, sialan siapa yang melakukan ini," pekik Bram dengan kencang.     

Serangan Narsih membuat Bram meringkuk kesakitan, Narsih merasa tangannya perih tapi dia tidak peduli sama sekali. dia akan tetap menyerang Bram demi menyelamatkan Nona.     

Nona yang melihat Narsih di depan matanya menangis, dia malu dengan kondisi tubuhnya yang polos dan beruntung dia tidak sempat dilecehkan oleh Bram, dan perawannya masih bisa dia jaga.     

"Cari rambutku di laci dan setelah ketemu pakai pakaianmu kita pergi dari sini, cepatlah!" bentak Narsih dengan sangat keras.     

Nona bergegas memakai pakaiannya dan setelah itu dia mencari di laci dan tidak menemukan apa yang Narsih katakan, dia hanya melihat amplop cokelat. Nona membukanya dan terlihat rambut yang Narsih katakan.     

"Ini mbak rambutnta," ucap Nona kepada Narsih.     

Narsih mengambilnya dan seketika amplop itu hilang, Bram masih belum bangun, dia masih meringis kesakitan, Nona yang melihatnya mengambil jimat Bram tapi tidak bisa sama sekali, jimat yang dipakai oleh Bram sangat sulit untuk di ambil.     

Bram yang melihat Nona ingin melepaskan jimatnya langsung memegang tangan Nona dan menariknya, Narsih yang melihatnya segera menyelamatkan Nona.     

"Lepaskan tangan aku, aku mohon padamu Bram, lepaskan tanganku, aku tidak mau kamu menyentuhku," teriak Nona yang memukul tangan Bram dengan kuat.     

"Jangan harap aku melepaskan kamu, dan kamu jika mendekat aku akan membunuh dia, aku pastikan dia akan mati, kamu pilih Narsih." Bram mencekik leher Nona, walaupun dia masih sakit di punggungnya karena benturan yang cukup keras, Bram masih bisa mencekik lehernya.     

"Sa-sakit Bram, kamu gila, aku tidak akan memaafkan kamu, aku membenci kamu," erangan Nona yang merasakan lehernya sakit di cekik oleh Bram.     

"Sakit hmm, sakitan aku bodoh, aku sakit karena kamu tidak mau bersamaku, dan kamu mengkhianati aku jadi rasakan ini, aku akan buat kamu habis di tanganku, aku sudah muak dengan apa yang telah kamu lakukan Nona, kamu memilih dia dari aku," hardik Bram yang wajahnya sudah merah.     

Narsih tidak bisa mendekati Bram atau pun Nona dia menunggu Bram lengah baru di serang balik. Nona melirik ke arah Narsih, dia meminta Narsih untuk membantunya. Bram yang mulai burem perlahan melonggarkan cekikkannya, tubuh Bram tiba-tiba panas dan lemah, Nona menatap ke arah Narsih, kali ini serangan Narsih membuat Bram melemah, dia ikut mencengkram luka Bram yang tiba-tiba muncul dengan sendirinya.     

"Akhhhhh," pekik Bram dan bughhh.     

Bram pingsan karena cengkraman tangan Narsih ke lengannya membuat dia merasakan sakit dan tidak bisa dia tahan lagi dan langsung pingsan. Nona yang terjatuh bersama Bram berusaha menarik tangan Bram untuk lepas dari tubuhnya.     

"Akhh, dia kenapa bisa luka mbak?" tanya Narsih yang melihat luka Bram dan luka itu mengeluarkan ulat belatung.     

"Nanti aku jelaskan, sekarang ayo pergi," ucap Narsih kepada Nona.     

"Apa mbak baik saja?" tanya Nona yang melihat Narsih begitu lemah dan mungkin jimat itu yang membuat tubuhnya lemah.     

"Tidak apa, nanti juga baik, ayo cepat, kita akan terlambat jika tidak segera pergi," ucap Narsih kepada Nona.     

Nona akhirnya pergi dari kamar dan berjalan keluar, satu persatu dia menurunu anak tangga dan saat di luar anak buah Bram tertidur dan tidak ada yang bangun, Nona melihat ke arah Narsih tapi Narsih tidak ada reaksi apapun, sampai di pintu pagar pun dia tidak melihat pintunya di kunci.     

"Ayo cepat," ajak Narsih kepada Nona dan saat keluar pagar Nona berlari dan persimpangan komplek, ada mobil dan berdiri pria di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.