Dendam Winarsih

Deki Sadar Kembali



Deki Sadar Kembali

0Dino yang sudah bersiap untuk kerja, melihat sahabatnya sudah bergerak untuk ke kantor.     

"Kalian sudah siap ke kantor kah?" tanya Dino yang masih duduk di dekat mang Dadang.     

"Iya, kamu sudah benar-benar sehatkan, leher kamu aman kan?" tanya Ian kepada Dino yang duduk di sebelahnya.     

"Aku tidak apa, kamu tenang sja, aku baik saja, dan masih bisa bekerja, kalian kapan ke rumah sakit untuk bertemu dengan sahabat Bram yang di pindahkan itu? Kita harus cek dia, bisa saja dia sudah sadar dan jika dia sudah sadar kita bisa bertanya ke dia, apa yang terjadi," ucap Dino kepada Ian.     

Paijo ikut duduk dan meletakkan tas kerjanya, dia menunggu sarapan di siapkan, walaupun masih ngantuk dia tetap semangat kerja.     

"Pulang kerja saja, dan kalian tahu tidak kita harus bawa mobil kita itu, mobil pak ustadz remuk itu, kita tidak mungkin kan membiarkan mobil pak ustadz remuk," ucap Paijo kepada kedua sahabatnya.     

"Tidak apa, nanti saya akan bawakan ke bengkel, saya antar kalian dulu baru saya ke bengkel, tidak banyak juga remuknya, saya sudah lihat, paling dua tiga hari sudah baik itu," ucap pak ustadz kepada Paijo dan yang lainnya.     

"Tapi, kita harus patungan, karena kita mobilnya remuk," ucap Dino yang tidak enak hati karena mereka mobil pak ustad harus rusak.     

"Tidak usah Dino, ada langganan saya di dekat pengkolan arah lampu merah, di sana ada yang ngerjain mobilnya gratis, jadi jangan khawatir ya," ucap pak ustadz kepada Dino.     

Mang Dadang yang melihat ke arah Dino, Paijo dan Ian, ketiganya merasa bersalah kepada pak ustadz. Mang Dadang melihat ke arah pak ustadz dan menghela nafas.     

"Kalau begitu, kami hanya bisa minta maaf, sudah merepotkan pak ustadz. Habis dari sana mau saya jemput pak? Atau mau pulang ke rumah pak ustadz?" tanya mang Dadang yang tidak berniat mengusir pak ustadz.     

"Dukun itu sudah memanggil dukun yang lebih kuat dia ingin melakukan sesuatu ke Narsih, saya tidak tahu apa tapi itu yang terjadi, karena saya merasakan ada yang tidak beres, jadi tidak masalahkan saya di sini dulu," ucap pak ustadz.     

"Tidak masalah pak, saya malah senang, kami juga butuh bantuan pak ustadz, ilmu kami hanya sedikit masalah seperti ini, kami ingin segera cepat selesai dan Narsih tenang dan bisa kembali ke alamnya," jawab Dino yang di anggukkan oleh mang Dadang, Ian dan Paijo.     

Paimin dan Toni keluar dari kamar, mereka sudah siap untuk ikut ke kantor, Dino ingin mengajak Paimin kerja, dan dia sudah menanyakan ke pak manajer, dan pak manajer tidak masalah dan meminta dia ikut dan di wawancarai.     

Mang Jupri berlari dari dapur menuju ke tempat di mana keberadaan Dino dan yang lainnya. Dino dan yang lainnya terkejut karena mang Jupri lari seperti di kejar setan.     

"Mang, masih pagi, setan udah tidur, jangan lah mang berlari," ejek Ian kepada mang Jupri.     

Mang Jupri hanya bisa menatap jengah ke arah Ian yang mengejek dirinya. Ian tersenyum melihat ke arah Ian yang terkikik.     

"Jangan lari mang, nanti jatuh, jalan aja, ingat nggak mang masuk ke dalam got waktu itu, jangan lagi mang, malu, sakitnya tidak seberapa tapi malunya itu loh," ucap Paijo yang mengingat mang Jupri jatuh saat mau pergi takziah.     

"Sudah lah, kamu ini, benar-benar lah, saya mau katakan, kalau mbah dukun itu datang ke rumah Bram dan katanya dia sakit, dan entah sakit apa, tapi yang membuat aku heran, katanya kamarnya bau, entahlah, kenapa bau dan ada menyan dan macam-macam lah," ucap mang Jupri kepada yang lainnya.     

"Biar betul mang, mang dapat dari teman mang itu ya?" tanya Ian kepada mang Jupri dan di anggukkan oleh mang Jupri.     

Semuanya saling pandang dan tentu mereka bingung sakit apa yang Bram derita, mereka melihat ke arah pak ustadz. Pak ustad yang di lihatin kikuk, dia saja bingung apa yang harus dia katakan.     

"Hahhh, itu karena dia dapat karma, karena perbuatannya, kita masih belum tahu apa itu," ucap pak ustad yang masih ragu dengan apa yang terjadi dengan Bram.     

"Sekarang kita harus pergi ke kantor dan setelah itu kita ke rumah sakit, mang Jupri harus tanya ke teman mang itu, jika perlu korek rahasia Bram, dia orang dekat Bram pasti kan, jadi kita harus cari tahu mang," ucap Dino kwpada kepada Mang Jupri.     

Semuanya menganggukkan kepala dan bangun untuk sarapan dan selesai makan, mereka langsung pergi ke kantor bersama pak ustad, sampai di kantor pak ustad bergegas ke bengkel.     

Waktu terus berjalan, Dino dan Ian juga yang lainnya pulang kantor, mereka mencari tahu apakah ada yang mengikuti mereka lagi atau tidak, karena mobil mereka sudah terlalu lama di sana.     

"Lihatlah, kita tidak bisa pergi, karena kita harus menghadapi anak buah Bram yang betah menunggu kita, jadi kita naik apa pulangnya?" tanya Ian yang mengendap seperti pencuri.     

"Kita naik ojek saja, ayo kita sudah kesorean juga ke rumah sakit, ayo kita pergi, jangan pikir kan mereka," ucap Dino kepada yang lainnya.     

Akhirnya mereka memutuskan untuk naik ojek ke rumah sakit, jalanan yang macet tidak menyurutkan mereka untuk pergi ke rumah sakit.     

"Dino, ini macet sekali, duh bisa kekejar nggak kita ke sana," teriak Ian di ojek sebelahnya.     

"Aku rasa iya, kita bisa sampai, kamu tenang saja," ucap Dino dari ojek di sebelahnya.     

Dan benar saja, mereka sampai di rumah sakit dengan cepat, setelah membayar, semuanya turun dan langsung bertemu dengan Narsih yang berdiri di sebelah rumah sakit yang gelap.     

Ian menunjuk ke arah sebelah dinding rumah sakit ke arah Dino, Dino dan yang lainnya ikut melihat ke arah yang di tunjuk oleh Ian.     

"Ayo kita ke sana sekarang, mungkin kita lewat jalan belakang." Dino berjalan ke arah Narsih dan tentu membuat mereka harus mengendap agar tidak ketahuan pihak rumah sakit.     

"Mbak kenapa di sini? Apa mbak tahu kamar si Deki?" tanya Dino kepada Narsih.     

Narsih menganggukkan kepala dan memandang ke arah Dino. Dino dan yang lainnya senang karena mereka tahu kamar Deki.     

"Deki sudah sadar kembali, dan dia juga di jaga oleh supirnya, selain supir tidak boleh ada yang masuk," jawab Narsih dengan suara datar.     

"Kita temui supirnya saja, kita tidak boleh menyerah, kita katakan kita datang dengan baik-baik jika dia tidak percaya bisa kita minta dia bertanya ke Deki, dia kan sudah sadar, jadi kita minta dia tanya," ucap Dino dengan penuh keyakinan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.