Dendam Winarsih

Aku Akan Mengakuinya



Aku Akan Mengakuinya

0Dino dan sahabatnya yang lain juga Narsih masuk ke dalam rumah sakit dari pintu belakang, Ian yang melihat keadaan di belakang rumah sakit merinding dan tentu membuat dia merinding.     

"Kenapa aku merinding ya?" tanya Ian kepada Dino yang jalan di sebelahnya.     

Dino mengangkat bahunya, dia tidak tahu kenapa bisa Ian merinding, Ian yang melihat Dino mengangkat bahunya hanya berdecih. Paijo tersenyum mengejek ke arah Ian yang di acuhkan oleh Dino.     

Toni dan Paimin ikut tersenyum melihat Ian masam dan kesal ke Dino. Mereka mengendap dan berpura-pura ingin melihat keluarga mereka. Ian celingak celinguk melihat ke semua arah, takut ada yang melihat mereka, dan menghindari anak buah Bram atau anak buah sahabatnya yang lain.     

"Kamu lihat ada yang mencurigai nggak?" tanya Paijo ke Ian.     

"Aku rasa tidak, tapi yang orang curigai kita, kita seperti pencuri ayam kampung, apa tidak bisa kita biasa saja kah?" tanya Ian kepada Paijo.     

"Aku ikut si Dino saja, dia seperti itu aku juga seperti itu, jadi apa salahku hmm, aku tidak salahkan, jika aku seperti itu juga," ucap Paijo kepada Ian yang di tanggapi oleh deheman oleh Ian.     

Narsih terus hilang timbul dan tembus dinding, sampai pada lift, mereka naik lift dan masuk menuju ke lantai tempat ruangan kamar Deki.     

"Dia dapat uang dari mana? Bukannya keluarganya tahu dia sudah meninggal, yang tahu kan hanya supirnya, kita dan sahabatnya itu, jadi menurut aku lebih baik keluarganya tahu kalau si Deki masih hidup," ucap Paijo yang menyarankan ke Dino untuk mengatakan ke keluarga Deki kalau Deki masih hidup.     

"Aku juga gitu mas, kasihan anaknya, bukannya anaknya masih kecil kan, aku yakin, keluarga tidak akan kasih Bram untuk mendekati Deki jika kita katakan sejujurnya ke keluarganya," ucap Toni.     

"Aku juga setuju, karena anaknya butuh ayahnya, kan dia sudah mau mengakui ke polisi, dan mbak Narsih juga sudah tidak mempermasalahkan bukan, jimatnya masih bersama dengan dia mbak?" tanya Ian ke Narsih.     

"Sudah tidak ada lagi, keduanya sudah tidak pakai itu lagi, dokter yang membuangnya karena tanahnya sudah tidak di jimat itu lagi, dia sudah lenyap dan kembali ke tempat aku, makanya dia tidak kena kutukanku," jawab Narsih kepada semuanya.     

"Maksudnya?" tanya Ian yang tidak dijawab karena pintu lift terbuka.     

Mereka sudah sampai di tempat di mana Deki di rawat, mereka mengikuti Narsih dan tepat di ruangan VVIP, mereka berhenti seketika dan menunggu di depan pintu, Narsih masuk dan setelah itu dia keluar.     

"Ayo masuk saja tidak ada supir, aku sudah bertemu dengan dia, dia belum tidur, kita tidak bisa lama, setelah ini kita ke tempat Deka, aku yakin dia sudah bangun," ucap Narsih kepada Dino dan yang lainnya.     

"Baiklah, ayo kita masuk, aku yakin kita pasti bisa membuat Deki masih berpihak ke kita," doa Ian sebelum masuk dan di amini oleh semuanya.     

Cekelkkk!     

Pintu terbuka dan terlihat Deki masih terbaring, dengan banyak alat medis di sana, ada rasa kasih apa yang di alami Deki, sudah istrinya meninggal di bunuh sahabatnya, sekarang dia harus menerima kenyataan sahabatnya mencoba membunuh dia.     

Deki menoleh ke arah Dino dan Ian juga ke yang lainnya. Senyum terukir jelas di sudut bibirnya Narsih berada di depan dia dan memandang ke arah Deki.     

"Kalian tahu aku di sini dari dia kah?" tanya Deki dengan suara lemah.     

"Iya, kami tahu dari dia, apa yang terjadi dengan kamu, apa kamu ingin mengakui kesalahan kamu ke polisi kah?" tanya Ian kepada Deki.     

"Apa menurut kamu aku akan mengakuinya? Aku mau orang yang membunuh istriku juga ikut bersamaku, aku akan membalasnya," ucap Deki dengan wajah tidak terlihat tidak bersahabat.     

Dino menghela nafas dan duduk di sebelahnya, dia tahu kalau Deki begitu membenci sahabatnya, hingga dia ingin membalas sakit hatinya.     

"Kamu tahu, saat istri kamu di bunuh kamu sakit hati bukan? Nah, begitu juga dengan dia, dia punya ayah dan ibu yang anaknya di bunuh dengan sangat tidak wajar dan sekarang kamu merasakan apa yang kedua orang tua itu rasakan bukan, dendam bukan ke mereka, begitu juga dengan kedua orang tua sepuh itu," ucap Dino yang memandang Deki yang tiba-tiba menangis.     

Dino menepuk pelan tangan Deki, dia tahu, anaknya masih butuh orang tua, tapi karena sesuatu hal membuat sahabatnya tega membunuh istri Deki.     

"Kamu akui saja ke polisi untuk urusan sahabat kamu yang lain biar itu urusan Narsih, dia akan lihat apakah sahabat kamu akan mengakuinya atau tidak, jika tidak maka, jangan salahkan Narsih membalas semuanya," jawab Dino lagi ke Deki.     

Deki meraba di lehernya, tidak ada jimat lagi, dia sekarang tidak ada pelindung dari Narsih yang dia lihat Narsih sangat menyeramkan.     

"Jimat itu sudah hilang, tidak perlu takut padaku, aku sudah katakan padamu, kalau aku tidak akan membunuh kamu, itu semua aku lakukan demi anak kamu bukan karena kamu, aku selalu bermain dengan dia, dia masih kecil, jadi aku tidak ingin dia kesepian," jawab Narsih yang membuat Deki makin diliputi rasa bersalah.     

"Aku merasa bersalah padamu, aku minta maaf, tolong jaga dia, selama aku di sini, setelah aku mengakuinya dan jauh dari dia aku harap dia ada yang mengajaknya bermain," ucap Deki dengan suara lirih.     

"Aku akan minta Nona yang menemani dia, karena mbak Narsih tidak mungkin melakukannya karena saya yakin, dia akan kembali ke alamnya," jawab Ian yang akan membawa Nona ke rumah Deki.     

"Aku akan izinkan, sampai aku keluar dari penjara, aku yakin anakku itu anak yang kuat dan sangat kuat," ucap Deki dan di anggukkan oleh semuanya.     

"Sembuh nanti, kamu akan mengaku kah?" tanya Paijo lagi ke Deki.     

"Iya, aku aka tanya ke dokter, jika dokter katakan sudah baik, maka aku akan segera mengakuinya, karena aku ingin cepat selesai, aku minta kalian tolong awasi anakku ya, mbak, tolong jaga dia dulu ya," ucap Deki yang meminta mereka menjaga anaknya.     

Dino, Ian, Paijo dan Toni juga Paimin menganggukkan kepala, dia ingin semuanya selesai, sekarang tinggal satu lagi yang belum mereka temui.     

"Kami pulang dulu, nanti kami ke sini lagi ya, aku harap kamu sembuh dan bisa berkumpul dengan anak kamu lagi ya," pamit Dino kepada Deki.     

"Terima kasih, bisa kasih nomor telpon kalian, aku akan minta supir aku kabari kalian, jika aku sudah di izinkan pulang," minta Deki kw Dino dan di anggukkan oleh Dino, Dino mencatatkan nomornya dan memberikan ke Deki, Deki tersenyum ke Dino dan yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.