Dendam Winarsih

Akan Aku Akui



Akan Aku Akui

0Deka melihat Narsih yang tidak juga menyahut apapun yang dia katakan oleh dirinya, apa dia tidak mau memaafkan dia, atau malah ingin membunuhnya.     

"Bram, sudah ingin membunuhmu, tapi dia tidak akan bisa, karena dia akan perlahan menemukan ajalnya, aku hanya menunggu dia dan sahabatnya itu mendapatkan karmanya, aku tidak akan pernah memaafkan kalian, tapi aku tidak melarang kalian untuk mengakui kesalahan kalian, aku tidak membunuh kamu karena anakmu yang masih membutuhkanmu, aku hanya butuh pengakuanmu, untuk maaf itu akan terlihat dengan sendirinya," jawab Narsih dengan wajah datarnya.     

"Dia sudah memaafkan kamu, dan kamu tahu kan maksudnya apa, dia hanya mau kamu mengakui kesalahan kamu, apa kamu siap apapun konsekuensinya?" tanya Ian ke Deka.     

"Akan aku akui semua salahku, kamu jangan takut aku nggak akan lari dan ingkar janji, aku terima kasih karena sudah menyelamatkan aku dan supirku, aku hutang budi kepadamu Narsih, sekali lagi maafkan aku ya," ucap Deka dengan tulus dan itu bisa dilihat dari matanya.     

Narsih tersenyum tapi tidak terlihat sama sekali, karena dia juga tidak ingin memperlihatkan kalau dia sudah memaafkan mereka, dia sudah lama memaafkan mereka tapi ada hal yang membuat dia sulit memaafkan mereka termasuk Bram dan Diman yang masih keras kepala karena tidak mau mengakui kesalahan.     

Ceklekk!     

Pintu terbuka dan terlihat supir yang tadi menjaga Deka datang dengan membawa makanan, Dino melirik ke arah Ian, dia ingin segera pulang karena pasti Deka mau istirahat.     

"Aku rasa kita harus pulang, sudah malam juga, kami tidak ingin menganggu, jam besuk juga sudah habis, kami pulang dulu mas Deka, semoga kamu sehat dan bisa berkumpul lagi dengan anak kamu lagi ya," ucap Dino yang pamit ke Deka, dia juga lelah karena bekerja seharian.     

"Mas-mas makan dulu, saya sudah belikan ayam bakar, pak Deka yang minta makanan ini, dan dia juga meminta saya belikan," ucap pak Surya kepada Dino dan sahabatnya.     

"Tidak perlu, kami sudah makan, kami juga nggak mungkin lama di sini," ucap Dino yang menolak untuk makan.     

"Kapan mas Deka mengabari bapak? Bukannya tidak ada telpon ya di pegang oleh mas Deka?" tanya Ian yang heran kenapa bisa di beli makanan untuk mereka.     

"Kamu nggak lihat itu di samping dia, kamu saja yang melamun Ian, aku saja lihat dia mengirim pesan ke pak supirnya. Tapi, kami sudah telat pulang, nggak enak mas, lain kali saja," ucap Paijo lagi.     

"Tapi, sudah di beli oleh pak Surya, lihat itu, makan lah, saya tidak bisa kasih apa-apa, ini bukan sogokkan," ucap Deka kepada Dino dan rekannya.     

"Ayo mas, pak Deka emang seperti ini, pak Deka baik, jadi makanya saya bingung kenapa bisa ada yang ingin membunuhnya," celoteh pak Surya yang sibuk menyiapkan makanan di depannya.     

Mereka saling pandang saat pak Surya mengatakan hal itu, Deka tersenyum kecut karena perkataan dari pak Surya, Dino yang tahu menepuk pelan pundak Deka dan tersenyum kecil ke arah Deka. Deka ikut tersenyum kepada Dino.     

"Mereka baik, tidak seperti yang aku pikirkan selama ini," gumam Deka dalam hati.     

Pak Surya membawakan makanan untuk Deka, karena Deka ingin makan ayam bakar, sejak sadar dia makan makanan yang di sediakan oleh rumah sakit jadi dia bosan dan ingin makan makanan di luar.     

"Ini pak, makanlah, kalau sambalnya jangan di makan ya, nanti sakit lagi, makan ayamnya saja, ayo mas, makan di sini, sebelum ketahuan dokter dan suster." Pak Surya mengajak Dino dan yang lainnya ikut dengan dirinya untuk makan.     

"Baiklah, kalau seperti itu, harusnya kami bawa buah tangan, untuk mas Deka ini malah kami yang di berikan makan oleh mas Deka," ucap Dino yang duduk di sebelah Paijo.     

Toni, Paimin duduk berhadapan dengan Dino dan Ian duduk sebelah pak Surya sedangkan Narsih berdiri di jendela dia melihat sekitar rumah sakit.     

"Tidak apa, selama ini saya belum pernah makan bersama teman, jadi saya ajak kalian, semoga kalian tidak keberatan untuk makan bersama saya," ucap Deka kepada Dino dan yang lainnya.     

"Tidak mas, kami malah senang, dan kalau bisa sering-sering ya," celetuk Ian yang mendapat sentilan kening oleh Paijo.     

"Pasti itu, tapi saya akan lama di penjara, mungkin saat saya keluar nanti saya akan traktir kalian lagi," gumam Deka dalam hati.     

Deka hanya tersenyum kecil karena dia mendengar apa yang dikatakan oleh Dino. Dino makan dengan lahap begitu juga dengan yang lainnya, sambil berbincang kecil, Narsih yang berdiri di jendela melihat anak buah Bram, dia tersenyum ke arah anak buah Bram.     

Dino melihat sekilas Narsih yang tersenyum ke arah jendela, dia tahu makna senyum dari Narsih. Ian yang melihat Dino melihat Narsih ikut melihat ke arah Narsih tapi sudah tidak ada Narsih di dekat jendela.     

Selesai makan, pak Surya di bantu Toni merapikan bekas makanan, untuk dibuang ke tong sampah. Ian mendekati Dino karena dia curiga dengan Dino dan Narsih.     

"Kenapa, kamu melihat Narsih dan kemana dia perginya?" tanya Ian sambil berbisik.     

"Aku tidak tahu, mungkin saja dia mengetahui ada penyusup," jawab Dino dengan pelan.     

Ian yang mendengar apa yang Dino katakan mengangga, dia tidak tahu kenapa bisa Dino katakan seperti itu.     

"Maksud kamu apa Dino? Aku tidak mengerti sama sekali, siapa penyusupnya?" tanya Ian yang memandang Dino dengan wajah yang penasaran.     

"Kita lihat saja nanti di bawah, ayo kita pergi sekarang," ucap Dino kepada Ian.     

Ian pun terdiam sambil memandang ke arah Dino, Dino melirik Paijo, sudah terlalu malam, dia ingin segera pulang. Paijo yang tahu langsung menganggukkan kepala.     

"Mas Deka kami permisi dulu ya, karena kami ingin pulang, karena saya tidak enak ganggu istirahat mas Deka," jawab Dino kepada Deka.     

"Ya sudah, kalian bisa di antar oleh pak Surya saja, sudah malam juga ini, pak Surya antar mereka pulang ya," pinta Deka ke pak Surya yang di anggukkan oleh pak Surya.     

"Eh, tidak perlu, kami kan pulang sendiri saja, jangan risaukan kami ya, kami bisa naik angkutan umum, tidak perlu pak, jaga mas Deka saja," ucap Dino yang berjalan ke arah Deka dan membisikan ke telinga Deka, Deka yang di bisik menatap ke arah Dino dan Dino menganggukkan kepala ke arah Deka.     

"Baik, terimakasih banyak, kalian hati-hati ya," jawab Deka kepada Dino dengan salaman ke Dino.     

Dino dan yang lainnya keluar dari ruangan Deka dan langsung ke arah lift, dia tahu kalau saat ini di bawah ada menunggu mereka semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.