Dendam Winarsih

Maafkan Aku Narsih



Maafkan Aku Narsih

0Dino kembali ke luar karena sudah selesai bertemu dengan Deki, dia berharap Deki di lindungi, dia mengaku salah ke Narsih dan dia juga mau bertanggung jawab, karena dia memikirkan anaknya dan Narsih juga tidak sekejam yang dipikirkan dan tentu saja membuat Deki bisa bernafas lega karena Narsih tidak membunuhnya.     

"Dino, kenapa kamu diam saja, kita ke mana lagi ini?" tanya Ian ke Dino yang sepanjang keluar dari kamar Deki hanya diam dan sekali-kali tersenyum sendiri.     

"Aku tidak senyum, aku hanya berpikir kalau Narsih itu tidak seperti yang kita pikirkan kejam, dan sadis tapi dia sebenarnya sangat baik, dia memikirkan anak Deki dari pada dendamnya itu," ucap Dino yang menekan tombol segitiga di lift dan mereka langsung masuk ke dalam.     

"Benar juga, aku rasa Narsih emang tidak seburuk yang di pikirkan, dan juga tidak sekejam yang orang katakan," ucap Ian yang melirik ke arah Narsih yang tiba-tiba muncul.     

"Kamu mendengarnya Narsih?" tanya Paijo yang melihat Narsih hanya memandang datar di depan pintu lift.     

Ting!     

Pintu terbuka dan Dino juga yang lainnya keluar dari lift menuju tempat yang tadi mereka pertama datang.     

Mereka sengaja keluar dari rumah sakit lewat jalan belakang, dengan celingak celinguk mereka sampai di tempat yang tadi. Mereka langsung keluar mencari ojek pangkalan untuk membawa mereka ke rumah sakit Deka, mereka ingin segera ke rumah sakit itu karena ingin melihat kondisi Deka apa sudah siuman atau tidak.     

Di rumah sakit, Deka juga sudah sadar, walaupun dia masih belum bisa banyak bergerak, tapi Deka bisa lebih sadar dan melihat dunia lagi.     

"Pak, Deka, akhirnya pak Deka selamat juga ya, saya berpikir pak Deka tidak sadar, saya takut sekali, karena saya selalu takut ada yang mencelakai pak Deka," ujar pak supir Surya ke Deka.     

Deka tersenyum kecil karena masih ada yang peduli dengan dia, Deka memikirkan anaknya, dia berharap anaknya tidak bersama Bram.     

"Bagaimana dengan anak saya, apa tidak di serahkan ke Bram kan pak?" tanya Deki kepada pak supir.     

"Tidak, yang jaga Nyonya besar, dia melarang siapapun menjaga anak anda, dan sahabat anda juga ke sini, mereka berusaha mencelakai anda, tapi ada sosok yang menghalangi mereka dan saya tidak tahu, siapa, dia bawa golok dan dia juga tidak membiarkan mereka mendekati pak Deka," ucap pak Surya kepada Deka dan membuat Deka terdiam karena mendengar apa yang dikatakan oleh pak Surya.     

Deka yang mendengar apa yang dikatakan oleh pak Surya hanya bisa menatap ke arah pak Surya, dia ingin tahu apakah pak Surya berbohong atau tidak, ternyata benar, dia tidak berbohong dan dia tahu siapa yang di maksudkan oleh pak Surya itu siapa lagi kalau bukan Narsih.     

"Pak, bisa bawakan anak saya ke sini, saya mohon," pinta Deka kepada pak Surya.     

"Jangan dulu, tunggu sembuh dulu, takutnya ada yang mencoba membunuh pak Deka lagi, biarkan sembuh dulu ya," ucap pak Surya ke Deka.     

Deka yang tidak di berikan melihat anaknya hanya pasrah, dia pun tidak mau membiarkan mereka membunuh anaknya, kalau dia tidak masalah tapi tetap dia belum siap karena anaknya membutuhkan dia.     

Dino dan yang lainnya tiba di rumah sakit, mereka lagi-lagi lewat belakang, alasanya tetap sama, takut ada anak buah Bram atau Diman yang mengikuti mereka. Setelah merasa aman, mereka langsung pergi dari tempat persembunyian mereka ke tempat yang aman dan mereka bergerak ke kamar Deka.     

Ting!     

Pintu lift terbuka dan mereka semuanya masuk ke dalam lift dan menekan tombol ke lantai di mana Deka di rawat. Deka tidak tahu akan kedatangan Dino dan sahabatnya.     

Narsih terus ikutin Dino dan dia menunjukkan kamar tempat Deka di rawat, sampai di kamar Deka, pak supir keluar karena mau mencari makanan. Pak supir terkejut karena melihat ada orang lain berdiri di depan pintu majikannya.     

"Ka-kalian siapa?" tanya pak Surya yang mengigil karena dia berpikir jika itu adalah anak buah dari pak Bram yang berusaha membunuh majikan mereka.     

"Jangan takut, kami bukan anak buah Bram, kami ini mau bertemu dengan Deka, kami kenal dia, kalau tidak percaya bapak bisa ikut kami masuk juga ke dalam, apa pak Dekanya sudah siuman?" tanya Ian kepada orang yang membantu Deka selama di rumah sakit.     

Pak Surya mulai bingung mau izinkan atau tidak karena dia takut jika berbohong, Dino yang tahu khawatir pak tua ini menepuk pak tua ini dan tersenyum.     

"Bapak tenang saja, kami ini dari kantor berita, ini kartu nama kami, dan aku harap bapak tidak takut dengan kami, kami hanya sebentar saja kok," ucap Dino yang sudah menunjukkan kartu tanda pengenalnya.     

Pak Surya melihat detail dan benar saja, mereka bukan anak buah yang suka mengincar majikan mereka, pak Surya mempersilahkan mereka masuk di dalam sudah ada Narsih, tapi Narsih tidak terlihat oleh mereka semuanya. Hanya Dino dan yang lainnya.     

Deka yang melihat kedatangan Dino terkejut, dia tidak menyangka kalau Dino dan yang lainnya datang ke sini.     

"Pak, bisa tinggalkan kita, bukannya bapak mau beli makanan? Tapi, jangan lama-lama ya," ucap Deka kepada pak Surya.     

"Pak Deka tidak apa saya tinggal di sini?" tanya pak Surya yang sedikit ragu tapi melihat anggukkan dari Deka membuat pak Surya akhirnya pergi.     

Sepeninggal Pak Surya, Narsih muncul di depan mata Deka, Deka yang melihat Narsih di depan matanya langsung takut, Deka mundur ke belakang dia berusaha mundur dan bangun tapi karena tidak bisa, dia pasrah.     

Dino yang tahu Deka takut berusaha mendekati Deka dan tersenyum ke arah Deka. Dia berusaha menenangkan Deka dan menganggukkan kepala ke arah Deka.     

"Tidak apa, saya yakin mbah Narsih tidak akan menyakiti kamu, bukannya kamu mau mengakui semua perbuatan kamu?" tanya Dino ke Deka yang di anggukkan oleh Deka.     

"Saya sudah mengatakan dia, tapi saat itu saya kecelakaan, dan di sini, kata supir saya, saya mau di bunuh, supir saya selamat dan saya yang koma, tapi saya sudah siuman," ucap Deka kepada Dino dan yang lainnya.     

"Saya, tahu itu, dan yang selamatkan kalian itu dia, dia melakukannya demi anak kamu, kalau bukan karena anak kamu, mungkin kamu sudah di bunuh oleh dia," jawab Dino yang memandang ke arah Deka.     

Deka yang melihatnya hanya memandang ke arah Narsih, dia bersalah di masa lalunya membuat Narsih meninggal dengan tragis.     

"Maafkan aku Narsih, karena aku kamu meninggal, dan terimakasih karena masih memberikan kesempatan untuk saya bertemu anak saya, maafkan saya Narsih," ucap Deka dengan suara lirih ke arah Narsih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.