Dendam Winarsih

Mendekat Mati



Mendekat Mati

0Dino sekarang berada di lift bersama dengan sahabatnya, Paijo melihat keanehan sahabatnya itu, dia juga bingung kenapa sahabatnya ini hanya diam saja, Ian yang gelisah mulai menggarukkan kepalanya.     

"Dinosaurus ada apa?" tanya Paijo kepada Dino yang tenang tapi wajahnya ketat.     

"Jangan kamu tanyakan ke Dinosaurus ini, dia ini benar-benar tidak mau mengatakannya, aku saja bertanya ada apa di dalam kamar itu hanya di tanggapi tunggu saja, apa yang aku tunggu Dinosaurus?" tanya Ian yang kesal karena Dino main teka teki ke dia.     

Paimin dan Toni saling pandang dan tentu saja mereka bingung ada apa. Pintu lift terbuka langsung ke lantai satu, Dino berjalan di susul oleh Ian, Paijo dan Paimin juga Toni.     

"Aku rasa kita harus segera pergi, dari depan kita naik angkutan kota saja, ayo kita pergi, itu ada angkutannya," tunjuk Dino ke arah angkutan umum yang di depan mereka.     

Dino melirik ke arah ujung sisi rumah sakit, ada beberapa yang menunggu mereka di sana. Dino dan yang lainnya naik, Narsih muncul dan duduk di sebelah Dino.     

"Pak kami sewa boleh? Nanti kami bayar lebih pak, apa bapak tidak masalah?" tanya Dino yang di pandang tajam oleh Ian, Paijo, Toni dan Paimin, mereka heran kenapa harus sewa, mau kemana rupanya pikir mereka lagi.     

"Wah, rezki saya ini mas, dari tadi sepi, bahkan tidak ada ada yang naik, sama sekali, saya juga bingung, terima kasih banyak ya mas. Mas mau saya hantar ke mana?" tanya pak supir kepada Dino.     

"Nanti saya kasih tahu, jalan saja ya," ucap Dino yang memandang ke arah Narsih dengan goloknya sudah dia pegang dengan kencang di tangannya.     

"Kamu tahu kenapa ke duanya sangat aneh, apa ada sesuatu yang aneh tidak? Aku hanya bingung saja, kenapa keduanya aneh dan lihat saja itu, aneh bukan. Aku tidak mengerti sama sekali kenapa mereka seperti ini." Paijo lagi-lagi bingung kenapa dengan mereka.     

"Katanya ada penyusup, tapi aku tidak tahu penyusup dalam hal apa," jawab Ian ke Paijo.     

Paijo yang tahu artinya menutup mulutnya ke arah Dino, dia ingin meminta Dino mengatakan apa yang di otaknya dan Dino melihat ke arah Paijo dan Paijo menganggukkan kepala pelan.     

Toni dan Paimin melihat ke arah belakang dan benar saja ada yang mengikuti mereka, Toni mendekati Paijo dan berbisik.     

"Dia anak buah siapa?" tanya Toni berbisik kecil.     

Ian yang duduk di sebelah Paijo baru tahu maksudnya dia melihat ke arah belakang dan ada yang mengikuti mereka dan lihat lah sekarang Narsih sudah bersiap.     

Mereka memasukki kawasan yang gelap dan hanya ada pohon saja dan jelas ini tidak baik untuk mereka. Mobil melaju ke arah depan menghalangi angkutan mereka tepat di depan.     

Cittttt!     

Rem mendadak di berikan oleh pak supir, dia menggigil karena akan di rampok. Dino menepuk pelan pundak pak supir, dia tahu pak supir takut dan dia tidak ada hubungannya dengan ini semuany.     

Narsih membuat pak supir pingsan dan tertidur di depan, Dino menatap ke arah Narsih dan Narsih melihat ke arah Ian, Paijo Toni dan Paimin.     

Mereka yang di lihat oleh Narsih menelan salivanya, mereka benar-benar deg degan melihat Narsih yang sudah siap memangsa mereka.     

"Aku mendukungmu mbak, jangan lupa pulang," cicit Ian yang menggigil karena Narsih sudah menghilang dari hadapan mereka.     

"Ke luar kalian yang di dalam, jangan bersembunyi, cepat keluar," ucap pria bertubuh besar dan membuat Dino akhirnya ke luar.     

Dino ke luar dengan tatapan mata yang tenang, dia tidak menunjukkan wajah yang takut walaupun hatinya takut, Paijo ke luar menemani Dino, di susul dengan Ian, Paimin dan Toni.     

"Wah, lihat banyak yang berada di dekat mereka, selama ini kita mengikuti mereka dan kita mendapatkan mereka, aku suka sekali seperti ini, kalian bisa menghajar kami satu persatu jika kalian ingin, sini, pukul aku cepat sini," ujar pria bertubuh besar yang mungkin teman mereka.     

"Aku tidak akan mengejar kalian, sama sekali aku tidak menghajar kalian, karena aku tidak ingin merusak tanganku, kalian hadapi dia saja, kalian berani tidak?" tanya Dino dengan senyum mengejek dan menunjuk dengan mulutnya ke arah Narsih yang berada di belakang mereka.     

Anak buah Bram memandang ke arah belakang dan saat melihat sosok yang di belakang mereka beda dengan manusia, sebagian menghindar dan menjauh.     

"Mendekat mati, itu selogan untuk kalian, jadi silahkan maju jika ingin mati," ucap Dino kepada mereka.     

"Ka-kamu siapa?" tanya pria yang bertubuh besar kepada Narsih dengan wajah pucat pasi.     

"Dia sosok yang dibunuh oleh bos kalian dan ingat ya, kalian harus tahu kalau dia kejam dan dia tidak meninggalkan nafas kalian sedikitpun," ucap Ian yang membuat mereka memandang ke arah Ian.     

"Jadi, jangan lupa, siapkan kuburan kalian, itu pun kalau kalian bisa menyiapkannya jika tidak, ya kalian akan di bawa dia ke rumahnya, di desa salak, tahu kan pembunuhan yang sadis itu, nah dia arwahnya," jelas Paijo kepada mereka semuanya.     

"Bos, aku takut sama dia, aku tahu kalau dia tidak akan ampuni kita, ayo kita pergi saja, aku tidak ingin lama-lama di sini, aku mau hidup bos," bisik anak buah pria berbadan tegap itu ke bosnya     

"Jangan takut kalian, ingat, kita harus ambil rambutnya, kalian halangi dia," ucap pria itu kepada anak buahnya.     

Anak buahnya benar-benar takut tapi karena perintah dari bosnya dia berusaha untuk mengalihkan arwah yang mengerikan itu.     

Dino yang melihat ke arah anak buah Bram mulai beraksi, curiga, ada yang satunya di belakang Narsih, ada ini pikir Dino dalam hati.     

Pria tegap itu sudah bersiap dengan gunting, dia mendekati Narsih yang hanya diam saja, Dino mencoba mendekati tapi mata Narsih melihat ke arah Dino untuk tidak mendekati dia.     

"Dia mau apa dengan gunting itu dan dia mendekati Narsih dari belakang, apa dia mau ambil golok Narsih dari belakang?" tanya Ian yang penasaran dengan pria tegap itu yang mendekati dari belakang dan saat mata di picingkan dia melihat benar ada gunting di tangannya.     

"Dia mau ambil rambut Narsih, apa dia anak buah dukun yang mengirim arwah yang waktu kah?" tanya Paimin kepada Dino.     

Dino memandang ke arah Paimin, Dino mengerti kenapa mereka semuanya mengepung Narsih dan dia juga tidak bisa mendekati Narsih karena Narsih melarangnya itu bisa terlihat dari mata Narsih.     

"Aku akan mengambil rambutmu," ucap pria itu dan dengan cepat dia menarik rambut Narsih tapi dengan cepat juga Narsih berbalik dan memotong tangan pria itu dengan sekali sabetan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.